بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Catatan 1 Agustus 2025.
Setelah menelusuri makna mendalam dari QS. Adh-Dhuha ayat 11 tentang pentingnya menyampaikan nikmat melalui berkarya, saya mulai mempertanyakan kembali: mengapa saya terus berusaha produktif dari waktu ke waktu? Apa yang membuat saya tetap menulis, berbagi, dan berkarya—meski terkadang tidak ada sambutan yang besar atau hasil yang instan?
TADABBUR QURAN: AL INSYIRAH 7
Pertanyaan-pertanyaan di atas membawa saya pada perenungan QS. Al-Insyirah ayat 7. Di ayat ini, saya menemukan jawaban yang sangat personal: bahwa hidup memang diciptakan untuk terus bergerak, dari satu tugas ke tugas lainnya, dari satu upaya ke upaya berikutnya.
Saya sadar bahwa setiap fase hidup bukan akhir, melainkan jembatan menuju fase berikutnya. Menyelesaikan satu amanah bukan berarti usai segalanya, tetapi justru menjadi panggilan untuk melanjutkan. Ketika saya tadabbur ayat ini, saya merasakan bahwa semangatnya bukan tentang kesibukan yang membebani, tapi tentang keberlanjutan yang bermakna.
Allah memanggil kita untuk terus hidup dengan kesadaran, untuk terus mengisi waktu yang ada dengan amal yang ikhlas. Dari sinilah saya ingin mengawali tadabbur ini—sebagai bentuk refleksi atas perjalanan produktif yang saya jalani, dengan harapan agar maknanya tidak hanya berhenti di tulisan, tetapi juga tumbuh dalam tindakan.
Mengapa Saya Terus Berkarya
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain)”QS. Asy-Syarḥ [Insyirah] [94]:7
Seiring waktu, saya semakin menyadari bahwa hidup ini dipenuhi dengan nikmat dan kesempatan. Ada begitu banyak hal yang Allah karuniakan kepada saya, yang dahulu saya impikan, dan kini sedang saya jalani. Tapi, kenapa saya masih terus merasa perlu untuk produktif? Mengapa saya terus menulis, meski hasilnya tidak selalu berupa cuan atau popularitas?
Jawabannya saya temukan saat merenungkan ayat ketujuh dari Surah Al-Insyirah ini. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ: "Apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain." Ayat ini seperti menjadi alarm spiritual dalam diri saya. Bahwa hidup tidak berhenti hanya karena satu tugas selesai.
Justru dari satu selesai, kita diajak untuk bersungguh-sungguh menyambut tugas berikutnya. Ada kesinambungan dalam hidup yang harus terus dijaga. Bukan dalam bentuk keterpaksaan, tetapi dalam semangat syukur dan pengabdian.
Saya pun merenung lebih dalam. Dulu, saya bermimpi menjadi penulis yang aktif berkarya. Hari ini, saya sedang menjalani mimpi itu. Namun karena dilakukan setiap hari, kadang saya lupa bahwa ini adalah anugerah.
Saya lupa bersyukur karena yang saya jalani kini terasa biasa-biasa saja. Padahal, bukankah ini dulu yang saya panjatkan dalam doa? Ayat ini mengingatkan saya: jangan berhenti hanya karena satu impian tercapai—tumbuhlah lagi, berkaryalah lagi, manfaatkanlah hidup ini sebaik-baiknya.
Produktif yang Tidak Selalu Terlihat
Dalam tafsir Kemenag, ayat ini dijelaskan sebagai perintah untuk tetap bekerja keras, bahkan setelah satu urusan selesai. Tidak berhenti di satu titik. Saya membacanya bukan sebagai tuntutan untuk menjadi sibuk tanpa jeda, tapi sebagai ajakan agar hidup saya punya arah dan keberlanjutan.
Ketika selesai dari urusan dunia, lanjutkan dengan urusan ibadah. Ketika selesai ibadah, teruskan dengan doa. Ketika selesai menulis, lanjutkan dengan belajar. Inilah alur hidup yang membuat jiwa terasa lapang, seperti yang dijanjikan Allah di ayat-ayat sebelumnya dalam surat ini.
Dalam Tafsir Tahlili, Allah menyuruh Nabi Muhammad ﷺ untuk menyukuri nikmat dengan terus tekun beramal saleh. Menulis bagi saya adalah salah satu bentuk amal itu. Meski tidak menghasilkan banyak keuntungan secara finansial, tapi saya mendapatkan rezeki lain: ilmu, pemahaman, inspirasi, dan perasaan tenang karena merasa berguna.
Kadang tulisan saya baru dibaca dan diapresiasi orang lain dua atau tiga tahun kemudian. Tapi dari sanalah saya belajar bahwa berkarya tidak harus instan. Ia bisa menjadi manfaat yang tertunda, dan saya tidak harus tahu kapan itu akan terjadi.
Satu hal yang menjaga saya tetap produktif dari waktu ke waktu adalah keyakinan bahwa hidup ini adalah ladang amal yang terus tumbuh, selama saya tidak berhenti menyiramnya. Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal, meskipun kecil atau tersembunyi. Maka saya pun ingin terus melanjutkan langkah ini, walau pelan, walau tak terlihat.
Teladan dari Nabi yang Terus Bergerak
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini dimaknai sebagai perintah kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk berpindah dari satu tugas ke tugas lain dengan semangat dan keikhlasan. Mujahid menafsirkan bahwa ketika urusan dunia selesai, Nabi ﷺ diajak untuk mendirikan shalat.
Zaid bin Aslam dan Adh-Dhahhak mengatakan bahwa ketika selesai berjihad, Nabi ﷺ diperintahkan untuk kembali beribadah. Bahkan Ibnu Abbas menafsirkannya sebagai dorongan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa setelah selesai dari suatu urusan.
Saya belajar dari itu semua bahwa Nabi Muhammad ﷺ pun tidak pernah "berhenti". Tapi bukan berarti beliau hidup dalam tekanan. Justru dengan terus beramal dan berganti tugas, beliau mendapatkan ketenangan.
Ada kebijaksanaan dalam pergerakan dan tindakan. Dan saya ingin meneladani itu—bukan sebagai beban, tapi sebagai ekspresi syukur. Hari ini menulis, besok belajar, lusa berdzikir, minggu depan berkarya lagi. Semua itu bagian dari perjalanan mendekat kepada Allah.
Saya merasa bahwa produktif versi saya adalah bentuk ibadah yang tak selalu terlihat sujudnya, tapi selalu terasa syukur dan niatnya. Maka ketika saya selesai dari satu aktivitas, saya ingin mengisinya dengan aktivitas lain yang tetap bermakna. Seperti nasihat Imam Hasan Al-Bashri, "Waktu adalah kehidupanmu. Jika waktu itu hilang darimu, maka hilang pula sebagian dari hidupmu."
Ketika Produktivitas Bukan Lagi Soal Hasil
Saya sering bertanya-tanya, apakah saya cukup berarti jika tidak menghasilkan sesuatu yang besar? Namun surat ini, terutama ayat 7, memberi saya kelegaan. Karena ternyata yang Allah minta bukanlah hasil besar, tapi upaya yang sungguh-sungguh. Kata “فَانصَبْ” dalam ayat ini mengandung makna kerja keras, usaha yang tidak main-main. Maka selagi niat dan upayaku tulus, saya yakin Allah tidak akan menyia-nyiakannya.
Ayat ini menyadarkan saya bahwa setiap waktu luang adalah peluang baru untuk kembali mendekat. Bila satu tugas selesai, bukan berarti selesai segalanya. Tapi justru disitulah letak keindahan produktivitas: selalu ada ruang untuk mempersembahkan sesuatu yang baru bagi Allah, bagi sesama, dan bagi jiwa saya sendiri.
Produktif tidak selalu berarti sibuk, tetapi berarti berniat untuk terus berkontribusi, sekecil apa pun bentuknya.
Hidup saya hari ini adalah kombinasi dari impian-impian kecil yang perlahan diwujudkan oleh Allah. Saya tidak ingin menyia-nyiakan fase ini. Maka selagi masih diberi kesempatan, saya akan terus menulis, merefleksi, dan berbagi. Bukan karena saya harus, tapi karena saya ingin menjaga semangat ayat ini tetap menyala dalam jiwa saya.
Dari Satu Urusan ke Urusan Lain
Tadabbur ini mengingatkan saya bahwa Allah memanggil kita bukan untuk berdiam, tapi untuk terus bertumbuh. Dari satu urusan ke urusan lainnya. Dari satu fase ke fase lainnya. Bukan karena Allah menuntut produktivitas semata, tapi karena dalam setiap langkah itu ada peluang untuk memperbaiki diri demi bekal kembali kepada-Nya.
Saya ingin menjadikan ayat ini sebagai pengingat ketika saya mulai merasa lelah, ragu, atau tidak percaya diri dalam berkarya. Karena ternyata, produktif itu bukan soal seberapa banyak yang kita hasilkan, tapi seberapa ikhlas dan tekun kita menjalaninya.
Semoga tadabbur ini bisa menjadi teman perjalananmu, menguatkan langkah kita untuk terus bergerak, berniat baik, dan menumbuhkan diri dari waktu ke waktu. Tak mengapa jika hari ini belum tampak hasilnya. Selama niat kita tulus dan langkah dijalani dengan sadar, In syaa Allah—akan ada buah kebaikan yang tumbuh dan kita petik di waktu yang tepat. Teruskan saja, pelan tapi pasti. Semangat.
0 Komentar
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏