AKTUALISASI DIRI (SELF ACTUALIZATION)

SELF ACTUALIZATION


[ewafebri.com] | AKTUALISASI DIRI (SELF ACTUALIZATION)

Aktualisasi diri atau Self Actualization adalah level puncak seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya stage (level) ini didapat melalui Peak Experience atau pengalaman puncak yang berhubungan dengan ranah spiritualitas. Jadi ketika kita membicarakan tentang Self Actualization, artinya kita sedang membahas tentang kebutuhan rohani yang telah dicapai oleh manusia. Nah apa sih sebenarnya aktualisasi diri ini ? Dan apa saja contohnya ?

AKTUALISASI DIRI (SELF ACTUALIZATION)


Sudah lama banget saya pingin membahas topik yang satu ini. Alhamdulillah setelah membahas tentang jenis-jenis kecerdasan manusia, rasanya memang cocok untuk terus melanjutkan ke topik ini. Karena aktualisasi diri ini erat hubungannya dengan kecerdasan eksistensial atau kecerdasan spiritual.

PENGERTIAN AKTUALISASI DIRI


Istilah aktualisasi diri atau self actualization memang lebih dikenal sebagai teori yang disampaikan oleh Abraham Maslow. Namun sebenarnya orang pertama yang memperkenalkan sebutan ini adalah Kurt Goldstein (1940an). Ia berpendapat bahwa :

“ Self Actualization is the ultimate goal of every organism or man’s desire for self fullfillment.”

Jadi menurut Goldstein, manusia bukan satu-satunya makhluk yang mampu mengaktualisasi dirinya, tetapi juga setiap makhluk hidup akan memiliki puncak kebutuhan yang sama. Pada saat tertentu mereka membutuhkan sesuatu yang melebihi materi, yaitu kepuasaan dan makna hidup dari apa yang dijalaninya.

Menurut Abraham Maslow, seorang psikolog yang merunut kebutuhan manusia dari mulai tingkat dasar hingga titik puncaknya, aktualisasi diri adalah sebagai berikut :

“Self Actualization is the realization of person’s full potencial.”

Ini artinya aktualisasi diri adalah keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Bahasa gampangnya adalah keinginan manusia untuk tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya.

Aktualisasi diri merupakan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya lebih dari materi, dalam hal ini berhubungan dengan rohaninya. Ia bisa merasakan kepuasan atas dirinya sendiri. Ia tak lagi hidup tergantung pada omongan orang lain ataupun keinginan orang lain. Ia juga punya keberanian untuk mengatakan “tidak” pada sesuatu yang kontradiktif dengan dirinya. Ia mampu mengekspresikan dirinya sendiri tanpa membutuhkan pengakuan dari orang lain.

Namun untuk bisa mencapai tahapan ini, menurut Maslow, manusia harus memenuhi hirarki kebutuhannya. Di antaranya kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, pakaian atau tempat tinggal. Dan juga kebutuhan rohaninya misalnya jalinan antar keluarga, cinta dan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan psikologi lainnya. Jika kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, maka ia akan lanjut ke level puncak yaitu aktualisasi diri.

Adapun tingkatan kebutuhan menurut Maslow ada 5 level. Setiap levelnya merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, baru kemudian akan meningkat pada level selanjutnya. Oleh sebab itu, untuk mengilustrasikan tentang tahapan kebutuhan itu, Maslow mempresentasikannya melalui bentuk piramida.

HIRARKI KEBUTUHAN (HIERARCHY OF NEEDS)


Image from hellosehat.com


Ada sekitar 5 kebutuhan yang terletak pada tiap-tiap levelnya. Dan beberapa level dikelompokkan ke dalam satu jenis kebutuhan manusia. Misalnya Basic Needs atau kebutuhan paling mendasar manusia itu terdiri dari dua level. Pun psychological needs juga memiliki dua level. Supaya gak bingung, berikut ini uraiannya :


  • BASIC NEEDS : kebutuhan paling mendasar manusia itu menurut Maslow ada dua level. Level yang pertama atau paling bawah adalah Physiological Needs atau kebutuhan manusia akan lahiriahnya (fisiologis) misalnya : makan, minum, tidur, seks, tempat tinggal dan kebutuhan mendasar (pokok) lainnya. Jika kebutuhan ini sudah terpenuhi, maka akan naik ke level berikutnya yaitu, Safety Needs. Yakni kebutuhan manusia akan rasa aman dan kenyamanan. Jadi gak heran kalo ada orang-orang yang sudah bisa makan, minum, dan tidur pasti yang dicari selanjutnya adalah rasa aman. Misalnya gimana caranya mereka bisa tidur nyenyak tanpa takut merasa kehilangan barang atau disakiti orang lain, dst.
  • PSYCHOLOGICAL NEEDS : Tatkala kebutuhan mendasar sudah terpenuhi, maka manusia itu akan membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang yang terjalin dalam sebuah hubungan (hablum minnanas), tahapan ini disebut dengan Belongingness Needs. Jikalau dia sudah merasa mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang, maka yang ia butuhkan selanjutnya adalah Esteem Needs yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis. Misalnya saja, prestise/martabat, merasa puas akan pencapaiannya, pengakuan yang sifatnya dari eksternal ataupun internal, dst. Kebanyakan manusia itu terjebak di level esteem needs ini, jadi langkah mereka seringkali terhenti untuk bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya.
  • SELF FULFILMENT NEEDS : Bilamana kebutuhan tersebut di atas sudah terpenuhi, barulah manusia itu kemudian memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan potensi yang dia miliki. Biasanya, mereka yang telah mencapai tahapan ini, bisa memenuhi kebutuhannya dengen menggunakan kreativitas yang dimilikinya. Kreativitas tak harus bersifat artistik ya ? Tapi maksudnya ia mampu memenuhi keinginan dan kebutuhannya secara kreatif melalui potensi yang dimiliki dan disadarinya. Misalnya saja, hidup menjadi seorang penulis. Berdagang namun dengan cara yang unik dan kreatif sesuai apa yang dia sukai.

Pada dasarnya self actualization adalah proses di mana manusia menyadari sepenuhnya tentang apa yang ia miliki sebagai bekalnya untuk hidup di dunia ini. Berapa banyak dari kita yang sebenarnya tidak pernah menyadari potensi yang ada dalam diri kita. Itulah sebabnya terkadang kita bekerja dengan rasa terpaksa karena BU alias butuh uang. Sehingga apa yang kita kerjakan rasanya kok ya kayak sayur asem kurang bumbu. Hihihi..

Berbeda jika kita sudah menemukan kesadaran akan diri kita sendiri. Kita paham apa kelebihan dan kekurangan kita. Dan berdasarkan itulah kemudian kita memenuhi kebutuhan hidup kita. Banyak kan orang yang banting setir dari karyawan kemudian menjadi freelance tapi hidupnya sangat enjoy. Seperti Si Puty misalnya, dia mengandalkan kemampuannya dalam membuat illutrasi untuk kebutuhan hidupnya. Tidak cuma kebutuhan jasmaninya saja yang terpenuhi tetapi juga kebutuhan rohaninya terjamin, karena ia melakukannya dengan suka rela dan penuh cinta.

KARAKTERISTIK


AKTUALISASI DIRI


Ada beberapa ciri yang bisa kita temukan pada orang-orang yang telah mencapai tahapan ini. Dengan karakteristik berikut ini, kita bisa mengetahui bahwa mereka ini telah mengaktualisasi dirinya pada apa yang dikerjakannya. Adapun karakternya, seperti di bawah ini :

KEMANDIRIAN [AUTONOMY]


Orang yang telah mencapai tahapan aktualisasi diri, biasanya sangat mandiri. Mereka tidak tergantung pada apapun kecuali Tuhan. Tentu saja hal ini hanya bisa terwujud dengan cara ikhtiar yang kemudian dibarengi dengan tawakal. Artinya mereka mengandalkan kemampuannya sebagai bentuk usaha lahiriahnya, kemudian selanjutnya ia pasrahkan kepada Tuhan sebagai bagian dari penerapan sisi rohaniahnya.

Manusia yang mandiri biasanya tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Karena dia sadar akan kemampuannya sendiri. Meskipun mereka juga mau mendengarkan nasehat namun bukan berarti apa yang diterimanya kemudian direalisasikan begitu saja. Ia perlu mengadaptasi apakah nasehat yang diterimanya tersebut bisa cocok dengan apa yang dilakukannya atau tidak. Oleh sebab itu, untuk bisa mencapai level ini, biasanya manusia meningkatkan kecerdasan intrapersonal nya terlebih dahulu, supaya tidak mudah terjerumus kata-kata tetangga.

Mereka yang sudah mandiri, biasanya tidak lagi membutuhkan motivasi dan pengakuan dari orang lain. Karena mereka sudah memiliki apresiasi yang tumbuh dalam dirinya sendiri. Kepuasan dan kebutuhannya akan pujian dari orang lain sudah tidak diperlukan lagi.

KREATIVITAS [CREATIVITY]


Seperti yang telah saya singgung tadi, bahwasannya kreativitas itu tidak selalu berhubungan dengan artistik. Akan tetapi kreatif di sini mengacu kepada sifatnya. Yaitu spontanitas (uhuy!), fleksibel, berani mengambil resiko, open minded dan juga rendah hati.

Orang yang kreatif biasanya susah diprediksi (jaya, jaya, jaya !) karena mereka lebih suka mengikuti hidup yang mengalir begitu saja. Ia menikmati setiap momen dan menghargai waktunya dengan baik. Mereka sadar bahwa, masa depan itu tidak akan pernah ada, jika tidak dibangun mulai saat ini.

RASA KEADILAN [SENSE OF JUSTICE]


Manusia yang telah mencapai maqam aktualisasi diri biasanya memiliki rasa keadilan (sense of justice) melalui sifat empatinya yang tinggi. Ia peduli terhadap hidup orang lain. Meskipun ia tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, namun mereka tetap memiliki rasa simpati dan empati pada sesama. Bukan tipikal orang egois lah pokoknya. Dan setiap yang ia lakukan terhadap orang lain, bukan berdasarkan ingin dipuji, tetapi memang bentuk kerelaan untuk berkorban.

Mereka juga terdorong untuk mencegah kejahatan atau menentang ketidakadilan / perilaku yang tidak etis meskipun akhirnya dimusuhi banyak orang. Baginya apa yang seharusnya tidak dilakukan , ya jangan dilakukan apalagi kalo dampaknya akan mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Tak hanya itu, mereka juga menghormati (menaruh respek) kepada orang lain. Dan mau belajar pada orang lain yang nantinya akan disesuaikan dengan apa yang ia pikirkan. Belajar itu kan menyerap informasi, yang kemudian dilanjutkan dengan mengolahnya. Jadi tidak diamalkan mentah-mentah begitu saja, akan tetapi melewati proses pemikiran terlebih dahulu.

PENERIMAAN DIRI [SELF ACCEPTENCE]


Orang yang mampu mengaktualisasi dirinya adalah orang-orang yang telah menerima dirinya apa adanya. Ia sadar akan dirinya dan jujur akan perasaannya. Misalnya dia tidak suka terhadap sesuatu, ia bisa mengekspresikannya tanpa harus merendahkan orang lain.

Ia juga bisa menerima orang lain apa adanya. Artinya tidak mudah menghakimi orang lain. Mereka juga tidak memiliki keinginan untuk mengubah orang lain, apalagi memerintah dan mengatur orang lain. Baginya, orang lain juga memiliki hak autonomy yang sama seperti dirinya. Mereka juga tidak merasa terancam akan kehadiran orang lain. Oleh karena itu, mereka tidak suka berkompetisi dengan orang lain. Mereka lebih memilih untuk kompetitif dengan dirinya sendiri agar bisa mengoptimalkan versi terbaiknya sendiri.

SPONTANITAS [SPONTANEITY]


Ada orang-orang yang hidupnya mengalir begitu saja. Mereka memiliki sifat adaptable yang tinggi terhadap lingkungannya. Misalnya saja suatu peristiwa terjadi dalam hidup mereka, reaksi yang mereka berikan tidak langsung panik. Ia sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah ada sunatullahNya. Pun ada kebijaksanaan yang tersembunyi dalam suatu peristiwa, makanya hidup mereka lebih mengalir seperti air.

Orang yang telah mampu mengaktualisasi dirinya juga tidak terkungkung pada rutinitas. Kalo kalian sering dengar lagunya Fourtwenty, “zona nyaman”, itu adalah gambaran orang-orang yang telah mencapai tingkatan ini. Mereka mampu memenuhi hidupnya dengan kemampuan yang ada dalam dirinya dan mendengarkan panggilan jiwanya.

PENGALAMAN PUNCAK [PEAK EXPERIENCE]


Wah ini ! Peak Experince adalah momen di mana manusia menemukan euforianya. Ia mampu melihat keajaiban-keajaiban dalam hidupnya. Ia juga menemukan kebahagiaan yang sifatnya hakiki. Yaitu kebahagiaan yang tidak bersumber pada materi.

Orang yang berada pada maqam pengalaman puncak biasanya diawali dengan spiritual awakening. Yaitu kesadaran manusia akan adanya dunia spiritual. Dan Peak Experience ini hubungannya sangat lekat dengan ranah spiritualitas, alias bukan hal yang sifatnya duniawi (materi). Karena pengalaman inilah, ia kemudian mampu mencari makna-makna dalam hidupnya.

Pada akhirnya, apa pun yang dilakukan dalam hidupnya akan berdasarkan sebuah nilai / value. Misalnya saja kegiatan menulis Blog ini. Saya melakukannya bukan hanya sekadar untuk meningkatkan DA/PA saja, tetapi juga sebagai media saya untuk belajar dan beramal.

Jika dulu saya menulis artikel sebagai upaya untuk mengedukasi orang lain, sekarang mindset tersebut di balik. Justru motivasi utama saya menulis ini untuk mengedukasi diri sendiri terlebih dahulu, baru kemudian menyebarkan kebermanfaatannya pada teman-teman sekalian. Hehehe...

CARA MENCAPAINYA


SELF FULFILLMENT


Tidak semua orang memang bisa mengalami self fulfillment ini, tetapi bukan berarti level ini tidak bisa kita capai loh ya ? Bagi mereka yang serius dan berusaha untuk mencapainya, tentu saja bisa dilakukan dengan beberapa tips berikut ini. Yang patut dicatat adalah bahwa proses setiap orang untuk mencapainya itu berbeda-beda. Ada yang bisa mencapainya pada usia muda, ada juga orang yang bisa mencapainya di usia tua, ada orang yang mengalaminya tapi tidak menyadarinya atau bahkan ada pula orang yang tidak bisa mengalaminya hingga tutup usia.

Apa pun kemungkinan yang terjadi pada diri kita, jangan lupa untuk berusaha. Kemudian serahkan lah pada Tuhan proses keberhasilannya. Karena tanpa pertolongan dan kehendakNya, mustahil sesuatu akan terjadi dalam hidup kita. Dan ingat kehendak Tuhan tak selalu seperti keinginan kita. Yang seharusnya dilakukan adalah kita belajar menyelaraskan diri dengan KehendakNya, dengan cara ridho akan takdirNya.

Adapun beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencapainya adalah sebagai berikut :

  • SELF AWARE : Hal terpenting dalam aktualisasi diri adalah proses pengenalan diri sendiri. Bagaimana kita akan mengoptimalkan kemampuan kita, jika kita tidak mengetahuinya ? Apabila kita sudah menemukan kelemahan dan kelebihan kita, barulah kemudian kita melakukan tindakan lanjutan. Kita bisa memperbaiki yang menjadi kelemahan kita, kemudian kita juga bisa meningkatkan kelebihan yang sudah ada.
  • BE ACCEPTING : Belajar menerima diri apa adanya. Dan juga belajar menerima orang lain sesuai dengan kapasitas nya. Pun ketika kita tidak setuju dengan pendapat atau perilaku nya, cukup utara kan dengan rasa hormat atas keberatan kita. Memang sih, kadang kita sering menghadapi orang-orang yang semaunya sendiri. Nah kalo hal tersebut berhubungan dengan kita, maka tolak lah apa yang tidak sesuai dengan keinginanmu dengan cara yang baik. Jika mereka tidak bisa menghargai keputusanmu, itu adalah urusan mereka. Bukan urusan kita lagi. Karena apa yang bisa kita ubah dan perbaiki adalah diri kita sendiri bukan orang lain. Ridho lah terhadap takdir Tuhan, dengan begitu kita bisa menerima hidup dan diri kita apa adanya.
  • BE MINDFUL : Hidup dengan cara belajar menikmati momen saat ini. Dan menyadari bahwa hidup itu justru adanya di masa sekarang, bukan di masa lalu apalagi masa depan. Masa depan dibangun di masa sekarang. So,jika kita fokus pada masa depan namun tidak memaksimalkan waktu di masa sekarang, itu artinya kita hanya hidup dalam angan-angan. Namun apabila kita terlalu dipengaruhi oleh masa lalu, yang mana sudah tidak lagi berpengaruh pada sekarang, itu artinya kita menyianyiakan waktu yang ada. Bukan kah sering kali terjadi kita terjebak hidup di masa lalu ? sehingga kita tak menyadari apa yang sedang dilakukan di masa sekarang. Kita selalu membandingkan diri kita di masa lalu, namun tidak menjadikannya sebagai bahan pelajaran di masa sekarang. Kita meratapi masa lalu, namun tidak belajar untuk memperbaiki diri di masa sekarang. Itulah yang membuat kita justru hidup mundur ke belakang. Dan karena alasan itu pula, kita justru tidak menciptakan masa depan. Tatkala kita bisa menikmati hidup di masa sekarang artinya kita sudah tidak lagi sedih akan masa lalu ataupun merasa takut akan masa depan.
  • OPENMINDED : Memiliki pikiran terbuka terhadap segala kemungkinan. Belajar untuk tidak mudah menghakimi siapa pun dan apa pun. Terkadang memang kita mendengar sebuah informasi yang bertentangan dengan apa yang kita yakini atau kita ketahui. Namun bukan berarti informasi tersebut salah. Bisa jadi informasi tersebut diambil dari sudut pandang yang berbeda. Semakin kita bisa menerima data dan informasi, semakin luas wawasan kita, semakin mudah pula untuk bisa mencapai tingkat aktualisasi diri. Terkadang kita terhambat dalam mengaktualisasikan diri karena wawasan kita terlalu dangkal. Sehingga kita terhenti hanya berada di level basic atau psikologi saja.
  • WORKING ON BEING EMPHATICAL : Sifat empati sebenarnya adalah sifat fitrah manusia. Namun berjalannya waktu sifat ini kemudian memudar dan tergantikan dengan sifat narsistik. Untuk mengetahui hal ini, tentu kita harus sering melakukan introspeksi diri sendiri. Dengan begitu kita bisa menyadari dan mengetahui sifat yang mendominasi diri kita. Apakah kita ini tipe empatik atau narsistik ?
  • DON’T WORRY ABOUT OTHER’S OPINION : Hal yang paling sering merintangi kita untuk maju dan berkembang adalah kebiasaan kita mendengarkan dan terpengaruh opini orang lain. Kita harus menyadari bahwa setiap manusia diberikan keunikan dan jalan yang berbeda-beda oleh Tuhan. Bukan kah di Alquran pun Tuhan menegaskan bahwa kita diciptakan dengan latar belakang yang berbeda-beda ? bukan untuk saling menghina, namun agar kita saling mengenal dan hidup dalam keberagaman. Jadi opini orang lain itu bisa kita serap yang sesuai dengan karakter kita, dan tinggalkan lah yang memang bertolak belakang dengan personalitas kita. Tak semua opini perlu kita respons atau direaksi. Cukup didengar, lalu senyumin aja, Hehehe..

Itulah beberapa cara yang bisa kita gunakan untuk bisa mencapai tahapan aktualisasi. Meskipun banyak juga cara lainnya. Tapi menurut saya yang terpenting dalam proses ini adalah kesadaran diri dan juga, terjaganya hubungan baik kita dengan Sang Pencipta. Aktualisasi diri adalah bukti dari karuniaNya yang bersifat spiritual.

MY POINT OF VIEW


Dari bahasan di atas saya bisa memahami bahwa manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya, karena beberapa hal berikut ini :

  • Mereka adalah orang-orang yang memiliki dan mengoptimalkan kecerdasan spiritualnya atau kecerdasan eksistensialnya. Sehingga ia mampu melangkah menuju tingkatan pencarian makna hidup.
  • Namun sebelum ia bisa memaksimalkan kecerdasan spiritualnya, terlebih dahulu ia mengoptimalkan kecerdasan intrapersonalnya. Karena untuk bisa cerdas secara spiritual, setidaknya kita harus meningkatkan intrapersonal lebih dahulu.
  • Tidak tergantung pada apa pun, kecuali pada Allah SWT. Mereka yang mampu membebaskan dirinya dari tergantungan terhadap makhluk, pikiran, gagasan, konsep atau apa pun, akan mudah mencapai aktualisasi diri. Hal ini disebabkan karena mereka bisa terbebas dari rasa takut, cemas dan kuatir akan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada.
  • Manusia yang belum mampu mengalami puncak aktualisasi diri, biasanya sering terjebak pada level esteem needs. Jika seseorang sudah mampu menembus batas ini, maka ia bisa melanjutkan perjalanan hingga puncak. Terkadang esteem need ini memang tidak didapat oleh seseorang, namun jika ia tetap mampu menakhlukkannya maka ia bisa terus melanjutkan langkahnya hingga akhir. 
  • Aktualisasi diri adalah puncak kebutuhan manusia yang melampaui kebutuhan lahiriahnya. Ia sudah tidak lagi terjebak pada kebutuhan jasmani. Segala yang dilakukannya kini berdasarkan makna dan value.

Aktualisasi diri akan terjadi jika manusia sadar akan potensi dirinya sendiri. Untuk bisa mengetahui apa potensi maksimal yang dimiliki, artinya ia harus memahami dirinya sendiri atau memiliki self awareness terlebih dahulu. Dengan begitu ia bisa mengetahui apa kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.

Jadi untuk bisa mencapai level ini, manusia harus melakukan perjalanan dalam dirinya. Ia harus sering berintrospeksi diri dan memperbaiki apa yang menjadi kekurangannya. Ia belajar menghargai dan lebih banyak bersyukur terhadap apa yang ada dalam hidupnya. Orang akan sulit mencapai tingkat ini jika ia tidak memiliki perasaan puas akan dirinya (contentment).

Baiklah, akhirnya PR saya tentang materi ini telah terbayarkan juga. Hahaha.. Semoga catatan saya tentang topik ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga kita juga bisa mengalami tahapan ini dalam perjalanan hidup ini ya ? Yang pasti jangan pernah mengabaikan hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena hanya dengan kuasa dan rahmatNya kita bisa mengalami keajaiban yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA :

Post a Comment

0 Comments