WARNING ! Bullet Journal ditambah Buku Personal Development sama dengan Bahaya ! Kenapa ? Karena Bullet Journal berpotensi mengubah hidupmu 180 derajat. Hihi.. Yes ! Bullet Journal mungkin hanya berfungsi sebagai alat produktifitas tapi jika digabungkan dengan metode produktifitas hasilnya luar biasa.
[Table Of Content]
5 METODE PRODUKTIFITAS
Pernahkah teman-teman berpikir
" Pake Bullet Journal udah, Tapi Kok Kerjaan masih numpuk gak habis-habis sih.. ! Hih.. ! "
Jangan kuatir. Saya juga dulu sering mikir begitu. Hihi.. Sampai kemudian saya menemukan cara bagaimana memotivasi diri sendiri untuk mengerjakan semua tugas yang ada.
Yang pertama dimiliki selain Bullet Journal adalah Tekad. Tekad untuk mengerjakan masalah yang ada. Tanpa tekad, Bullet Journal hanyalah hamparan layout semata (halaaah.. Haha.. ).
Semua sistem planning, se-efektif dan se- efisien apapun, jika gak ada tekad untuk mengerjakan, Gak akan pernah berhasil. Hihi.. Setelah kita merevolusi mindset dengan tekad, mari kita bahas tentang sistem produktifitas penunjang lainnya.
Ada setidaknya 5 metode produktifitas yang bisa kita padukan dengan Bullet Journal. Kelimanya memiliki langkah yang berbeda meskipun tujuannya sama. Menjadi Produktif ! Apa saja ke Metode tersebut ?
Pernah mendengar istilah ini.. ? Istilah ini sering digunakan oleh Bullet Journalist sebagai patokan untuk membuat atau menentukan materi planningnya.
Getting Things Done sendiri dipopulerkan oleh David Allen. yang bertujuan untuk membantu kita mengorganisir pekerjaan yang ingin kita selesaikan.
Ada beberapa proses mendasar yang ditawarkan oleh metode Getting Things Done.
1. Capture
Capture adalah proses dimana kita menumpahkan semua unek-unek yang ada dikepala kita. Proses capture sendiri bisa diimplementasikan menjadi Braindump pada Bullet Journal. Semua hal bisa kita tuangkan disini. Dari to do list, wish list, pekerjaan tertunda, sedang berlangsung, atau bahkan ide-ide baru.
2. Clarify
Clarify adalah proses dimana kita mengklasifikasikan Braindump. Dalam proses ini biasanya saya mulai mengklasifikasikan sesuai dengan 6 level of life . Karir, finansial, spiritual, pengetahuan, sosial, personal (self development, love/affection), kesehatan.
Dalam hal ini jenis klasifikasi bisa dibuat menurut kebutuhan kita. Misal pekerjaan berbasis bulanan, mingguan, harian. Atau misal tentang personal, general projects, school. Wujud klasifikasinya bisa bermacam-macam tergantung apa yang kita inginkan.
Credit : David Allen |
3. Organize
Tahap Organize adalah tahap memilah kegiatan apakah hal tersebut diatas layak dilanjutkan, didelegasikan, atau dibuang. Dalam sistem GTD ada 8 bucket/keranjang [label] yang bisa kita gunakan sebagai acuan.
A. In The Trash
Jika project, benda, atau apapun itu sudah tidak relevan lagi bagi kita.
B. On the someday/maybe list.
Jika kita masih ingin mengerjakannya, tetapi tidak tahu pasti kapan akan dilakukan. Semisal, ingin D.I.Y tottebag. Karena gak punya banyak waktu tapi masih pingin mencobanya, kita bisa menaruhnya di bucket ini.
C. In The next Reference.
Yang ini sifatnya ingin banget dilakukan tapi tidak dalam waktu dekat. Misalnya : ada beberapa pilihan project yang ingin dilakukan. Kemudian kita buat list mana yang paling prioritas hingga yang biasa. Dari data itu kita akan tahu mana yang biasa aja dan ingin dicoba. Nah, project tersebut bisa masuk ke dalam bucket ini.
D. On list task.
Yang ini adalah task yang sedang kita kerjakan. Untuk lebih memudahkan, selain ide, kita juga perlu menambahkan langkah yang akan kita ambil.
Misal : Hari ini bikin draft blog tentang metode produktifitas. Yang harus saya lakukan adalah :
Misal : Hari ini bikin draft blog tentang metode produktifitas. Yang harus saya lakukan adalah :
- Browsing sebanyak-banyak tentang materi tersebut
- Buat catatan materinya
- Mulai menulis sesuai dengan pengetahuan dan berbasis catatan
- Insert images
- Edit draft
- Schedule
Step action seperti ini bertujuan untuk menciptakan progress pada project tersebut.
E. Immediately Complete.
Ini adalah bucket untuk pekerjaan yang bisa kita kerjakan dalam kurun waktu hanya kurang dari 2-5 menit saja.
Misalnya : ngelap meja, buang sampah, rapiin tempat tidur, nyuci piring.. Dll.
F. Delegate.
Ini adalah project yang cukup menyita waktu dan pikiran. Project yang tidak mampu kita lakukan seorang diri.
Misalnya : jika teman-teman punya bisnis sendiri dan sudah mulai keteteran menangani sendiri, nah sudah saatnya beberapa hal didelegasikan kepada orang lain. Entah bikin laporan, menyiapkan keperluan. Dll.
Misalnya : jika teman-teman punya bisnis sendiri dan sudah mulai keteteran menangani sendiri, nah sudah saatnya beberapa hal didelegasikan kepada orang lain. Entah bikin laporan, menyiapkan keperluan. Dll.
G. Next action.
Bucket ini berisi tentang project yang akan dilakukan (dan pasti dilakukan) apabila project yang sedang berlangsung sudah selesai. Misal : Bikin draft blog selesai.
Next action :
- Publish Blog.
- Share media sosial.
H. On your calendar.
Fungsi dari future log atau kalendar adalah untuk bucket yang seperti ini. misalnya : tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba mantan ngasih undangan pernikahan untuk bulan depan. Yang seperti ini bisa di mark di kalendar atau masuk ke bucket in the trash.. (#eh).. Beebaaaaasss.. !! Hahha..
4. Reflect
Jika sudah masuk tahap ini, artinya kita sudah mulai melaksanakan/melakukan task yang sudah kita list diatas. Nah, tahap ini adalah tahap dimana kita mereview pekerjaan kita. Review bisa kita lakukan satu minggu sekali atau sebulan sekali.
Manfaat review sudah pernah saya bahas di postingan Monthly Review. Silahkan, jika ingin belajar bagaimana membuat monthly review.
Manfaat review sudah pernah saya bahas di postingan Monthly Review. Silahkan, jika ingin belajar bagaimana membuat monthly review.
5. Engage.
Tahap ini adalah tahap dimana kita sudah mulai belajar untuk setia (bahasanya apa ya yang cocok.. Hmm.. Stick on it) terhadap sistemnya. Jika kita sudah pada tahap review, kita sudah mulai kembali lagi pada tahap pertama. Yaitu mencapture, mengklasifikasikan, mengorganisir, hingga merefleksi, dan begitu seterusnya.
Saran saya tidak perlu menulis dari awal lagi. Kita hanya perlu mengetahui di bucket mana project tersebut akan diletakkan (tahap 3).
Saran saya tidak perlu menulis dari awal lagi. Kita hanya perlu mengetahui di bucket mana project tersebut akan diletakkan (tahap 3).
Baiklah.. Itu tadi tentang GTD, mari kita lanjut ke metode lainnya.
Pomodoro technique diciptakan oleh Francesco Cirillo pada tahun 90an. Teknik ini cukup terkenal dan digemari karena terbukti mampu meningkatkan produktifitas.
Caranya mudah :
- Siapkan timer.
- Set timer 20 - 25 menit.
- Lakukan pekerjaan apapun itu selama 20 sampai dengan 25 menit tanpa henti, tanpa ada gangguan atau interupsi apapun (apalagi dari chatting, browsing, nonton tv, dll).
- Jika timer sudah bunyi sesuai dengan settingan kita, baru kemudian kita istirahat selama 5 menit. Bisa kita gunakan buat ngecek wassap, minum, ke toilet (lah.. pake dibahas..), dll.
- Jika kalian sudah melakukan ke 3 kali dengan sistem yang sama secara terus menerus, kalian bisa mengambil istirahat panjang, sekitar 15 menit.
Pomodoro bisa digunakan untuk pekerjaan yang memang membutuhkan waktu cukup lama. Misalnya kurang lebih memerlukan 2 jam untuk menyelesaikannya. Nah daripada dilakukan terus menerus tapi banyak gangguan, seperti chatting dll. Lebih baik menggunakan teknik Pomodoro, 25 menit kerja, 5 menit istirahat.
Metode Eat That Frog ini diciptakan oleh Brian Tracy. Berawal dari istilah ini :
" Eat a live frog in the morning and nothing worse will happen to you the rest of the day "
Hmm.. Nganu, Jangan tanya saya artinya, hihi.. Lieur !
Saya akan jelaskan intinya saja ya.. ? Bahwasannya, Jika kita melakukan pekerjaan yang kita anggap menjengkelkan, bikin lelah, gak mungkin banget, bikin males (mikirinnya aja males), atau pekerjaan yang paling sering dapat predikat "ntar aja" di pagi hari, maka sisa hari kita selanjutnya akan lebih baik. Hihi..
Pada metode Eat That Frog, pekerjaan yang kita anggap sulit dan butuh waktu lama, kita selesaikan terlebih dahulu. Baru dilanjutkan dengan pekerjaan yang lebih ringan dan singkat. Ini bertujuan untuk mengurangi penumpukan pekerjaan karena alasan " males ngerjain " hihi..
Saya akan jelaskan intinya saja ya.. ? Bahwasannya, Jika kita melakukan pekerjaan yang kita anggap menjengkelkan, bikin lelah, gak mungkin banget, bikin males (mikirinnya aja males), atau pekerjaan yang paling sering dapat predikat "ntar aja" di pagi hari, maka sisa hari kita selanjutnya akan lebih baik. Hihi..
Pada metode Eat That Frog, pekerjaan yang kita anggap sulit dan butuh waktu lama, kita selesaikan terlebih dahulu. Baru dilanjutkan dengan pekerjaan yang lebih ringan dan singkat. Ini bertujuan untuk mengurangi penumpukan pekerjaan karena alasan " males ngerjain " hihi..
Bagaimana Caranya ?
- Tulis semua hal yang ingin kita kerjakan.
- Pilih atau tandai pekerjaan yang bikin kita sebel ngerjainnya. (Atau pekerjaan yang berpotensi males ngerjain dan berakhir tertunda-tunda terus.
- Kerjakan pekerjaan yang bikin males tersebut justru di pagi hari. Biar siang harinya gak sebel. Hihi..
Misal : menyetrika , ini pekerjaan yang paling sering saya beri tanda " ntar aja ah ". Justru saya kerjakan lebih dulu dibandingkan pekerjaan lainnya.
Seinfeild method dipopulerkan oleh Jerry Seinfeild. Ide utamanya adalah
" Don't break The chain "
Dalam metode Seinfeild, kita diharapkan untuk melakukannya secara berkala atau terus menerus (berulang) tanpa jeda. Metode ini cocok digunakan untuk menciptakan sebuah habit atau kebiasaan (rutinitas).
Misal : Menciptakan Morning Routine
· 4.30 am bangun
· 4.45 am kegiatan spiritual
· 5.15 am bikin kopi
· 5.30 am olah raga dst.
Usahakan melakukan setiap hari, di jam yang sama tanpa ada jeda hari. Dalam kurun waktu minimal 1 bulan InshaAllah akan tercipta Habit. Pada penerapan Bullet Journal, metode ini bisa menggunakan Habit tracker sebagai layoutnya.
Itulah tadi 4 metode produktifitas yang bisa kita padukan dengan Bullet Journal kita. Saya pribadi mencoba menggunakan 4 metode tersebut sekaligus. Hihi..
- Getting Things Done saya gunakan untuk mengcapture, memilah, merorganisir, mereview semua pekerjaan secara umum. Setelah masuk pada tahap mengorganisir, saat itulah tahap saya untuk menentukan metode yang cocok untuk pekerjaan saya.
- Pomodoro saya gunakan untuk pekerjaan yang mengandalkan fisik. Misal beberes gudang, konmari, mengorganisir barang-barang yang berbentuk fisik, dll.
- Metode Eat that frog saya gunakan untuk menentukan prioritas utama pekerjaan yang ingin saya selesaikan. Setiap hari saya membuat list 3 pekerjaan penting yang harus saya selesaikan. 1 pekerjaan bersifat fisik dan tentu saja yang sifatnya "males ngerjainnya ah". 2 diantaranya yang sifatnya tidak banyak mengeluarkan tenaga, misal input data, saya bisa mengerjakan sambil duduk. Nah yang dapet predikat inilah yang biasanya saya kerjakan lebih dulu. Selebihnya, tinggal yang sifatnya penting tapi lebih menyenangkan.
- Metode Seinfeild saya gunakan untuk project atau pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama (Minimal 3 bulan). Misalnya : Reading challenge. Reading Challenge membutuhkan waktu 1 tahun untuk melengkapinya. Untuk bisa mencapai target, saya menggunakan 15 Menit Membaca Setiap Hari.
Jika kita terus menerus melakukan metode ini, makin lama mindset kita akan terbentuk. Dan tanpa kita sadari, secara otomatis kita mampu mengklasifikasikan pekerjaan dan menentukan metode mana yang cocok untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah dari pencampuran beberapa metode produktifitas sekaligus ini sering disebut A Hybrid atau Custome Method.
Nah.. Metode manakah yang ingin kalian coba terapkan ? Kalian bisa mencoba salah satunya atau semuanya untuk mengetahui teknik yang cocok. Tak perlu ke empat-empatnya kayak saya. Hahaa.. saya mah maruk anaknya. Hadeh !
Terima kasih sudah membaca postingan ini. Jangan lupa follow, biar makin kece.
Terima kasih sudah membaca postingan ini. Jangan lupa follow, biar makin kece.
Social Plugin