TADABBUR QURAN: AL JASIYAH 22

TADABBUR QURAN: AL JASIYAH 22

Hai pencari cahaya! ✨🌝 

 بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Catatan 24 Juli 2025,

Beberapa waktu belakangan, hidup memperlihatkan kepada saya satu demi satu potret keadilan yang bekerja secara sunyi namun pasti. Tanpa saya minta, Allah menunjukkan bagaimana beberapa orang yang pernah menyakiti saya ternyata mengalami hal yang sama—meski dalam bentuk atau waktu yang berbeda. 


TADABBUR QURAN: AL JASIYAH 22

Bukannya saya merasa senang atau terpuaskan, justru kejadian itu membuat saya merenung dalam. Ada rasa ngeri, karena ternyata segala sesuatu yang kita lakukan—baik maupun buruk—tidak akan pernah hilang tanpa bekas. Ia seperti bumerang yang dilemparkan jauh, namun akan kembali pada pelemparnya, seberapapun lama ia terbang.

Allah berfirman dalam QS Al-Jāṡiyah: 22:

وَخَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

"Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak dan agar setiap jiwa diberi balasan (setimpal) dengan apa yang diusahakan serta mereka tidak akan dizalimi."

(QS Al-Jāṡiyah: 22)

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, penciptaan langit dan bumi tidaklah sia-sia, melainkan untuk menunjukkan hikmah, keadilan, dan kekuasaan-Nya. Setiap amal manusia akan dibalas dengan setimpal dan adil—tanpa ada satu pun yang dizalimi. Tidak ada perbuatan yang akan luput dari perhitungan dan balasan-Nya, karena semua itu tercatat dengan amat rinci.

Tafsir Tahlili menggarisbawahi bahwa penciptaan alam ini bukanlah permainan. Semua unsur, termasuk manusia, hadir dengan tujuan yang ditetapkan secara adil. Allah tidak menciptakan tanpa arah, dan manusia diberikan kebebasan untuk memilih antara baik dan buruk. Ketika seseorang memilih untuk menyakiti atau membantu, semua itu akan kembali kepada dirinya. 

Sementara itu, An-Nafahat Al-Makkiyah menafsirkan bahwa keadilan Allah tampak dari penciptaan langit dan bumi sebagai bukti kekuasaan dan keesaan-Nya. Dari sanalah kemudian manusia diuji untuk melihat mana yang taat dan mana yang durhaka. 

Semua perbuatan akan mendapatkan balasan yang adil dan sempurna. Demikian pula dalam Hidayatul Insan, dijelaskan bahwa penciptaan dunia ini adalah bentuk kebijaksanaan agar manusia hanya menyembah Allah, lalu dihisab berdasarkan ketaatan atau kemaksiatannya.

Dunia adalah Tempat Belajar dan Ujian

Dunia merupakan arena tempat jiwa manusia diuji dan ditempa. Dalam setiap luka, kecewa, kegagalan, maupun keberhasilan, ada pelajaran yang membuat kita semakin dekat kepada Allah atau justru menjauh. 

Namun, jiwa-jiwa yang terus membersihkan dirinya, bersabar atas ujian, dan menjadikan hidup ini sebagai sarana untuk bertakwa—dialah yang akan kembali dengan selamat. Jiwa itu akan menjadi nafsul muṭmainnah, jiwa yang tenang, yang dipanggil untuk kembali kepada Rabb-nya dengan penuh ridha dan keridhaan (QS Al-Fajr: 27–28).

Maka, ketika engkau merasa telah diperlakukan tidak adil, bersabarlah. Allah tidak tidur. Dan bila engkau tergoda untuk berlaku zalim, ingatlah bahwa setiap perbuatan akan pulang ke asalnya. Dunia ini bukan hanya tempat singgah, tapi tempat penyucian jiwa. Dan hanya jiwa yang bersihlah yang akan beruntung.

Ini bukan sekadar konsekuensi logis, melainkan bagian dari sistem keadilan Ilahi yang tak pernah tertukar. Bahkan, balasan yang diberikan pun ditentukan setelah menilai apakah seseorang melakukannya dengan sadar, sengaja, atau karena kondisi tertentu. Di sanalah letak keadilan Allah yang sempurna.

Pengalaman pribadi saya menjadi bukti kecil dari keagungan ayat ini. Bahwa tak ada satu pun perbuatan yang akan sia-sia. Setiap kata, sikap, dan niat, akan mendapatkan balasannya. Maka jika kita menanam kebaikan, walau tak dilihat manusia, yakinlah ia akan kembali dalam bentuk kebaikan pula. Namun jika yang ditabur adalah keburukan, maka bersiaplah menyambut buahnya.

Tadabbur ini menjadi pengingat bagi saya pribadi: bahwa hidup bukan hanya tentang yang tampak. Tapi tentang memilih dengan sadar dan lillāhi ta‘ālā setiap tindakan kita. Karena Allah tidak akan pernah menzalimi siapa pun—kitalah yang akan memanen apa yang kita tanam. 🌾

Posting Komentar

0 Komentar