TADABBUR QURAN: AL BAQARAH AYAT 9

TADABUR QURAN 17 MEI 2025: AL BAQARAH AYAT 9

[ewafebri.com] | TADABBUR QURAN: AL BAQARAH AYAT 9

Bismillah...

Hallo para pejuang cahaya (ilmu)! Setelah sekian lama membuat Quran Journaling di buku, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuat versi digitalnya. Kali ini saya memanfaatkan Canva untuk membuat catatan, mengingat Notion saya belakangan malah jadi rusak. Bila kalian sudah sering mampir ke Blog ini, mungkin sudah tidak heran dengan istilah Quran Journaling. Namun belakangan ini, saya mulai belajar tentang tadabur quran dari berbagai sumber secara konsisten dan serius. 

TADABBUR QURAN: AL BAQARAH AYAT 9

Owh iya, dalam mencatat hasil belajar tadabur quran, biasanya saya mengambil Ayat-ayat yang relevan dengan kehidupan saya sehari-hari. Termasuk ayat yang saya gunakan sebagai acuan untuk menyembuhkan diri. Sebagai orang yang belajar sembuh dari penyakit dunia, saya sering mencari obat dari Al Quran yang dilengkapi dengan kajian, tafsir dan ilmu-ilmu yang relevan. 

Jadi, saya membuat catatan ini bukan untuk orang lain, tapi untuk diri saya sendiri. Dalam prosesnya, saya kemudian berfikir, "mungkin saja di luar sana ada orang-orang yang membutuhkan teman untuk mencari cahaya bersama seperti saya," dan alasan inilah yang kemudian membuat saya membagikan ini di blog. 

Iya! Setelah sekian lama merenung, akhirnya saya ingin membawa Blog ini sebagai ruang perantara tumbuh bersama bagi teman-teman yang sedang berproses sama seperti saya, sehingga kalian tidak merasa sendirian. Jujur, kadang berjuang sendiri itu terasa sangat menakutkan ya? Hahaha... 

Sumber Belajar Tadabur Quran

Di episode perdana via digital ini, saya membuat tadabur tentang QS. Al Baqarah Ayat 9 yang membahas tentang kebohongan dan kemunafikan. Catatan ini saya dapat setelah saya belajar dan membaca tafsir dari para ulama seperti Ibnu Katsir, Tafsir As Sa'di oleh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di. Tafsir Tahlili yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia. 

Ada juga sumber dari kajian dari Ustadz Adi Hidayat, Gus Baha, Mufti Menk, Dr. Omar Soelaiman, serta buku-buku dari Minhajul Abidin, Ihya Ulumuddin, Sirrul Asrar (Syekh Abdul Qadir Jailani, dan lain-lain.) Hal ini saya lakukan agar tidak ngawur dalam memahami ilmu, dan yang pasti bermanfaat untuk diri saya sendiri lebih dulu, baru orang lain. 

Biasanya ayat-ayat Quran yang saya pelajari adalah ayat yang penah saya alami, sehingga saya merasa terkoneksi dengan ilmu dan kajiannya. Dengan cara begitu, saya bisa menyembuhkan diri tidak hanya melalui ikhtiar dalam bentuk fisik, tetapi juga rohani. 

QS. Al Baqarah Ayat 9


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ

Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.


Mengapa saya mentadaburi ayat ini? 

Awalnya karena saya membuat sebuah eBook yang berjudul Labirin Citta. Sebuah eBook yang membahas tentang bagaimana kebohongan itu bisa menjadi penjara tak kasat mata bagi jiwa kita. Gagasan ini saya ambil karena beberapa tahun lalu saya mengalami hal ini. 

Terkadang, ada masa di mana hidup kita itu berada dalam satu labirin yang muter-muter aja. Kita kesulitan mendapatkan solusi karena di dalam pikiran kita serasa banyak jalan buntu. Nah, setelah saya renungi, sering kali jalan buntu ini terjadi karena kebohongan yang kita buat sendiri.

Saya akui, dulu saya sering memilih berbohong untuk menghadapi ketakutan, dengan alasan agar bisa terhindar dari masalah yang menimpa. Namun semakin hari, saya merasa terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar lagi. Di sanalah kemudian saya mulai berusaha memperbaiki diri. Dan berikut ini catatan yang saya dapatkan selama belajar tadabur tentang ayat ini. 

TADABUR QURAN 17 MEI 2025: AL BAQARAH AYAT 9  Part 1

Sumber dari Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, makna QS Al Baqarah Ayat 9 adalah: 

Mereka menipu orang yang jujur dengan menampakkan sesuatu yang bukan merupakan diri mereka untuk menyamar. Namun kenyataanya, mereka menipu diri mereka sendiri. dan Allah mengetahui isi hati mereka. 

Ini yang saya garis bawahi, terkadang kita melakukan kebohongan dengan alasan takut resikonya, feedbacknya, menutupi kelemahan (insecure) atau agar terlihat lebih wah dari yang seharusnya. Dengan harapan agar orang lain bisa melihat kelebihan kita sebagai manusia. Namun, setelah dipikir-pikir, ternyata kitalah yang denial dan halu. Orang bahkan tidak peduli siapa kita dan bagaimana kita. Tapi kitalah yang sering kali merasa butuh validasi dari orang lain. 

Hal ini pernah saya bahas dalam topik bagaimana menghadapi mythomaniac? beberapa tahun lalu. Ternyata, kadang tanpa sadar kita sering terjebak dalam sikap yang seperti ini tanpa sadar.

Kini saya paham, mengapa dalam Al Quran, Allah selalu mengingatkan kita untuk tidak mengada-ada dan berbohong, karena pada dasarnya bukan orang lain yang sedang kita bohongi, tetapi diri kita sendiri. Bukankah yang tahu dan sadar bahwa kita sedang berbohong adalah diri kita sendiri? ini artinya kita tidak memvalidasi kebenaran yang datang pada diri kita sendiri. 

Kemunafikan

Dan ternyata, ayat ini tidak hanya berhenti pada sikap tentang "betapa ruginya kita berbohong" saja. Tetapi jika dilakukan secara terus menerus, maka kita akan menjadi orang yang munafik. Menurut Ibnu Juraij, ciri-ciri orang munafik itu adalah perilaku dan omongannya tidak sejalan, alias bertentangan. 

Ibnu Juraij Mengatakan:

 “Orang munafik itu saling bertentangan baik ucapan dan perbuatannya, yang tersembunyi dan tampak, atau yang ada di dalam hatinya dan yang dikeluarkan.


Ternyata sikap munafik ini memiliki sejarah panjang. Awalnya, hanya ada dua jenis orang di kehidupan dunia: orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Namun, setelah itu muncul satu kaum yang dinamakan "kaum munafik" yang bermunculan di saat terjadinya perang Badar. Secara garis besar, Tafsir Sa'di menjelaskan konteks sejarahnya seperti berikut ini: 

Pada masa awal dakwah Nabi Muhammad ﷺ, baik di Makkah maupun awal hijrah ke Madinah, belum muncul kemunafikan i’tiqadi, semua sikap terhadap Islam terlihat jelas, antara yang beriman dan yang menolak. Namun, setelah kemenangan besar kaum Muslimin dalam Perang Badar, kondisi berubah drastis. 

Posisi umat Islam yang makin kuat membuat sebagian orang yang tak sungguh-sungguh beriman berpura-pura masuk Islam demi menjaga posisi sosial, harta, atau nyawa mereka. Secara lahiriah mereka terlihat sebagai Muslim, tapi hati mereka tetap kafir—tujuannya bukan karena keimanan, melainkan demi keuntungan dan keselamatan pribadi.

Ciri-Ciri Orang Munafik Menurut Al Baqarah Ayat 9

TADABUR QURAN 17 MEI 2025: AL BAQARAH AYAT 9 Part 2

Dalam perspektif Islam, munafik dibagi menjadi dua jenis, yakni: Nifaq ‘Amali (Perbuatan) dan Nifaq I’tiqadi (Keyakinan). Menurut Tafsir Sa'di ada beberapa karakteristik yang bisa menjadi pertandai dari sikap ini, yakni: 

Nifaq ‘Amali (Perbuatan):

  • Tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
  • Ciri-ciri yang disebutkan oleh Nabi Muhammad ﷺ:
  • Jika berbicara, berdusta.
  • Jika berjanji, mengingkari.
  • Jika dipercaya, berkhianat.
  • (Dalam riwayat lain) Jika bertengkar, melampaui batas.

Tanda-tanda di atas adalah bentuk kemunafikan dalam akhlak dan perilaku manusia.

Nifaq I’tiqadi (Keyakinan):

  • Mengeluarkan seseorang dari Islam.
  • Sifatnya adalah menyembunyikan kekufuran dalam hati sementara menampakkan keislaman secara lahiriah.
  • Merupakan bentuk penipuan terhadap Allah dan kaum Muslimin.

Termasuk dalam sifat orang-orang yang disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur'an, seperti dalam surat Al-Baqarah dan At-Taubah (64).

Dari tanda di atas, kita bisa bermuhasabah dan menghisab diri apakah kita menjadi salah satunya. Dengan begitu kita bisa memperbaiki diri dan terus berusaha meningkatkan karakter kita menjadi hamba yang baik dan hamba yang berserah. Amin Allahuma Amin.

Oke sekian tadabur Al Qurannya, bila kalian punya ilmu dan sudut pandang lainnya, boleh komen ya! Supaya teman yang lain bisa juga belajar. 

Posting Komentar

0 Komentar