JOURNALING RAMADAN: MENEMUKAN MAKNA SETIAP HARI

Journaling Ramadan: Menemukan Makna Setiap Hari


[ewafebri.com] | Journaling Ramadan: Menemukan Makna Setiap Hari

Waktu cepat berlalu ya, Gaes? Tahu-tahu sekarang udah 1 Ramadan lagi. Untuk menyambut ramadan kali ini, saya berencana ingin menulis setiap hari selama puasa. Mungkin sebagian dari kalian tahu, kadang memang saya gak bisa ODOP sih 😁. Tapi saya akan berusaha untuk menyelesaikannya.  In Shaa Allah.

Journaling Ramadan: Menemukan Makna Setiap Hari

Kalian tahu, kan? Ramadan itu bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Tapi juga waktu yang penting dalam perjalanan spiritual kita. Salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah mengajak kita untuk lebih sadar akan diri sendiri, hubungan dengan Tuhan, dan interaksi dengan sesama.

Sayangnya, banyak orang melewati Ramadan hanya sebagai rutinitas tahunan tanpa benar-benar menyerap maknanya. Makanya, kali ini saya ingin membuat tulisan tentang sebuah peran Ramadan dalam refleksi, tadabur, dan tafakur untuk hidup yang lebih berkualitas. 

Journaling Ramadan

Salah satu cara untuk menemukan makna Ramadan setiap hari adalah dengan memanfaatkan kegiatan journaling. Saya sih biasa menyebutnya Quran Journal. 

Sebenarnya Quran Journal ini gak melulu tentang tadabur saja loh, tapi kita bisa manfaatkan juga untuk hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan ibadah kita. Misalnya untuk tafakur, mencatat kajian ilmu dan bahkan membuat tracker tentang ibadah yang kita lakukan. 

Dengan journaling, kita bisa mendokumentasikan perjalanan spiritual kita selama Ramadan, merefleksikan perubahan diri, dan menyusun langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Kenapa Perlu Journaling di Bulan Ramadan?

Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa juga harus journaling? Lawung tadarus, tarawih dan ibadah lainnya saja sudah cukup kok. Iya, benar! Journaling ini hanyalah cara kita untuk mengenal diri lebih dalam terutama menyangkut sisi spiritual yang tidak kita sadari. Kira-kira apa saja sih manfaat journaling itu? 
  1. Mengenali Diri dengan Jujur – Ramadan adalah waktu terbaik untuk berintrospeksi. Apa kebiasaan buruk yang masih sulit ditinggalkan? Apa hal yang selama ini kita anggap benar, tapi ternyata butuh diperbaiki?
  2. Menghubungkan Diri dengan Tuhan – Kita sering berdoa, tapi apakah kita memahami isi doa kita? Apakah ibadah kita dilakukan dengan hati yang hadir atau sekadar menggugurkan kewajiban?
  3. Mengamati Pola Pikiran dan Perasaan – Apakah kita lebih tenang di bulan ini? Atau justru semakin emosional? Apa yang Ramadan ajarkan tentang ketenangan batin?
  4. Memaknai Ayat-Ayat Al-Qur’an dengan Personal – Setiap ayat yang kita baca bisa memiliki makna berbeda bagi setiap orang. Journaling membantu kita menangkap pesan-pesan yang Allah kirimkan khusus untuk diri kita.

Tadabur: Menemukan Pesan Allah dalam Setiap Peristiwa

Tadabur bukan hanya membaca Al-Qur’an, tapi juga merenungi maknanya dalam kehidupan nyata. Setiap kejadian di Ramadan punya hikmah, tapi sering kali kita terlalu sibuk untuk memperhatikannya.

Contoh Tadabur dalam Journaling:


Hari ini aku merasa kesal karena seseorang mengomentari caraku beribadah. Aku ingin membalasnya, tapi lalu aku ingat QS. Al-Furqan: 63, bahwa hamba Allah yang baik adalah mereka yang membalas keburukan dengan kebaikan.


Baru kemudian kalian bisa menambahkan tafsir dan pengetahuan tentang ayat tersebut dalam Journaling, sehingga tidak hanya berakhir sebagai curhatan saja namun memiliki nilai ilmu agama dari berbagai sumber tafsir, hadis ataupun kajian oleh ulama. Atau, kamu juga bisa memulai journalingmu seperti ini:

Aku membaca QS. Al-Baqarah: 286, bahwa Allah tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya. Aku sadar, mungkin tantangan yang aku hadapi selama ini adalah bentuk kasih sayang-Nya, bukan hukuman.

Kemudian kamu bisa merefleksikan peristiwa yang kamu alami dengan ayat di atas. Tambahkan kajian dan tafsir dari berbagai sumber. 

Dengan menuliskan refleksi ini, kita tidak hanya menghafal ayat, tetapi juga benar-benar menghidupkannya dalam keseharian.

Tafakur: Merenungi Kehidupan dan Keberadaan Diri

Tafakur adalah berpikir mendalam tentang kehidupan, alam semesta, dan perjalanan diri. Ini adalah proses mencari jawaban atas pertanyaan yang mungkin sering kita abaikan.

Beberapa pertanyaan tafakur untuk journaling Ramadan, misalnya:
  1. Jika Ramadan adalah bulan pengampunan, apakah aku sudah benar-benar memaafkan diriku sendiri dan orang lain?
  2. Apakah aku menjalani hidup dengan makna atau hanya sekadar mengikuti arus?
  3. Bagaimana jika ini adalah Ramadan terakhirku? Apa yang harus aku perbaiki?
  4. Apa yang sebenarnya aku cari dalam hidup? Apakah aku sudah berjalan ke arah yang benar?

Saat menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, kita mungkin akan menemukan bagian dari diri kita yang selama ini terlupakan.

Cara Praktis Memulai Journaling Ramadan

Tidak perlu rumit. Cukup siapkan jurnal fisik atau digital, lalu tuliskan hal-hal berikut:
  • Judul Refleksi Hari Ini (misal: Kesabaran dalam Ujian, Hikmah dari Kesalahan, atau Perasaan Setelah Salat Tarawih)
  • Ayat atau Hadis yang Berkaitan dengan topik.
  • Peristiwa yang Dialami dan Pelajaran yang Didapat
  • Afirmasi atau Doa untuk Hari Esok
  • Tambahkan Kajian dari ulama untuk lebih memahami konteks dengan baik. 

Jika sulit memulai, gunakan prompts seperti:
  • "Hari ini aku belajar bahwa…"
  • "Aku ingin lebih baik dalam…"
  • "Ayat/hadis yang paling berkesan hari ini adalah…"

Menjadikan Ramadan sebagai Titik Awal Perubahan

Journaling Ramadan bukan hanya untuk mengenang hari-hari puasa, tapi juga untuk menciptakan transformasi yang bertahan lebih lama dari sekadar satu bulan. 

Dengan rutin menuliskan pemikiran, refleksi, dan hikmah yang didapat, kita bisa menjalani Ramadan dengan lebih sadar, lebih bermakna, dan lebih dekat dengan Allah.

Jadi, sudah siap menemukan makna Ramadan setiap hari? Ambil jurnalmu, dan mulai menulis hari ini.

Post a Comment

0 Comments