Bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi momen refleksi spiritual serta pengendalian emosi saat puasa. Dalam Islam, puasa tidak sekadar ibadah fisik, tetapi juga latihan mental dan emosional.
Ramadan dan Mental Health: Menjaga Keseimbangan Emosi saat Berpuasa
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa puasa adalah tameng dari amarah dan perilaku negatif, sebagaimana sabdanya,
"Jika seseorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia berkata: ‘Aku sedang berpuasa.’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mengelola emosi dan memperkuat ketahanan mental.
Secara psikologis, puasa dapat berdampak positif bagi kesehatan mental jika dijalani dengan keseimbangan. Kurangnya asupan makanan dan perubahan pola tidur dapat memengaruhi suasana hati, tetapi dengan pendekatan yang tepat, Ramadan bisa menjadi kesempatan untuk melatih self-regulation, yaitu kemampuan mengendalikan diri dari impuls-impuls negatif.
Secara psikologis, puasa dapat berdampak positif bagi kesehatan mental jika dijalani dengan keseimbangan. Kurangnya asupan makanan dan perubahan pola tidur dapat memengaruhi suasana hati, tetapi dengan pendekatan yang tepat, Ramadan bisa menjadi kesempatan untuk melatih self-regulation, yaitu kemampuan mengendalikan diri dari impuls-impuls negatif.
Psikologi modern menyebutkan bahwa praktik mindfulness dan refleksi diri dapat membantu seseorang tetap tenang dan sadar atas emosi yang muncul. Dalam Islam, konsep ini sejalan dengan muhasabah (introspeksi diri) yang dianjurkan selama Ramadan.
Salah satu tantangan dalam menjaga kesehatan mental saat berpuasa adalah perubahan pola hidup yang dapat memicu stres atau ketidakseimbangan emosional.
Salah satu tantangan dalam menjaga kesehatan mental saat berpuasa adalah perubahan pola hidup yang dapat memicu stres atau ketidakseimbangan emosional.
Oleh karena itu, penting untuk tetap memenuhi kebutuhan fisik dan mental, seperti menjaga pola tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi saat sahur dan berbuka, serta menghindari aktivitas yang berlebihan.
Selain itu, menetapkan niat yang kuat dan mengingat tujuan berpuasa juga dapat membantu menjaga kestabilan emosi.
Memperbanyak Ibadah
Momen bulan Ramadan tentu sangat cocok untuk meningkatkan sisi relijius dan spiritualitas kita. Bukan hanya tentang kuatintas beribadah saja ya? tetapi juga kualitasnya.Banyak jenis ibadah yang bisa kita lakukan selain sholat dan puasa, seperti: tadabur Al Quran, mendengarkan kajian, mendatangi majlis ilmu dan lain-lain.
Dalam Islam, dzikir bukan hanya ibadah syariat, tetapi juga metode holistik untuk menenangkan hati. Penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa meditasi dan afirmasi positif dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram." ~ Ar-Ra‘d [13]:28
Bagi seorang Muslim, berdzikir dan membaca Al-Qur’an bisa menjadi bentuk spiritual mindfulness yang meningkatkan ketenangan batin. Bukan anya itu, dzikir dan membaca KalamNya (Al Quran) membuat hubungan kita sama Allah SWT jadi semakin kuat.
Self Compassion
Cara yang kedua adalah dengan mengelola ekspektasi dan menerapkan self-compassion. Apa sih self compassion? Self Compassion adalah suatu sikap baik, penuh pengertian, dan tidak menghakimi terhadap diri sendiri, terutama saat mengalami kegagalan, kesalahan, atau momen sulit.Jadi, bersikap baik itu tidak hanya kita gunakan untuk orang lain, tapi juga pada diri sendiri. Namun mesti dipahami, bahwa bersikap baik pada diri bukan berarti "menuruti hawa nafsu dan memuaskannya." Tetapi justru mendisplinkannya supaya menjadi lebih sehat.
Kadang, kita terlalu keras pada diri sendiri dengan menuntut kesempurnaan dalam ibadah atau kegiatan sehari-hari. Padahal, Islam mengajarkan keseimbangan dan kelembutan terhadap diri sendiri.
Jika merasa lelah atau kewalahan, beri diri waktu untuk beristirahat, melakukan hal yang menyenangkan, atau sekadar berbincang dengan orang terdekat. Sikap menerima dan memahami diri sendiri dapat membantu menjaga kesehatan mental selama Ramadan.
Meningkatkan Hubungan Sosial
Ramadan bisa menjadi momen untuk meningkatkan kualitas hubungan sosial. Kita bisa saling membantu dan berbagi dalam kebaikan. Bagaimana pun kita harus menyadari bahwa membantu dan menolong dalam hal-hal keburukan adalah hal yang dilarang dalam Islam. Hal ini termaktub dalam QS. Al Maidah Ayat 2:Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِWahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah) jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram) jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya." ~ Al-Mā'idah [5]:2
Dalam Islam, bersilaturahmi dan berbagi dengan sesama memiliki keutamaan yang besar. Dari sisi psikologi, interaksi sosial yang positif dapat meningkatkan hormon oksitosin yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia dan mengurangi stres.
Oleh karena itu, berbagi makanan saat berbuka, membantu sesama, atau sekadar mengobrol dengan keluarga dapat menjadi cara untuk menjaga keseimbangan emosi.
Jadwal Harian Yang Seimbang
Salah satu faktor yang sering menyebabkan ketidakseimbangan emosi selama Ramadan adalah kurangnya perencanaan yang baik.
Menyesuaikan jadwal tidur, bekerja, beribadah, dan beristirahat dapat membantu mengurangi rasa lelah dan mudah tersulut emosi. Jika kalian merasa kesulitan mengatur jadwal, bisa menggunakan bullet journal secara manual atau pun digital.
Dalam Islam, keteraturan dalam hidup sangat dianjurkan, seperti yang tercermin dalam disiplin waktu shalat. Mengatur aktivitas harian dengan baik akan membantu menjaga stabilitas mental selama Ramadan.
Ramadan adalah waktu yang penuh berkah untuk tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga untuk menjaga kesehatan mental dan emosional.
Ramadan adalah waktu yang penuh berkah untuk tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga untuk menjaga kesehatan mental dan emosional.
Dengan mempraktikkan keseimbangan antara spiritualitas dan psikologi, puasa bisa menjadi ajang latihan untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, tenang, dan penuh kasih.
Ketika mental dan hati seimbang, ibadah pun akan terasa lebih khusyuk, dan Ramadan bisa menjadi pengalaman yang membawa ketenangan jiwa.
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏