PENGALAMAN TERSESAT DALAM PENDIDIKAN DAN KARIER

PENGALAMAN TERSESAT DALAM PENDIDIKAN DAN KARIER


[ewafebri.com] | PENGALAMAN TERSESAT DALAM PENDIDIKAN DAN KARIER. 

Kalian pernah nggak merasa tersesat dalam memilih pendidikan dan juga karir? Misalnya saja, sebenarnya kamu suka belajar behasa, tetapi saat kuliah, kamu malah masuk ke fakultas teknik. Atau sebaliknya. Pun tentang pekerjaan, di mana bidang pekerjaanmu tidak sesuai dengan mata pelajaran yang kamu pelajari pada saat kuliah. Saya rasa banyak dari kita yang mengalami pengalaman seperti ini. Lantas, bagaimana cara kita meresponsnya ?

PENGALAMAN TERSESAT DALAM PENDIDIKAN DAN KARIER

Tulisan ini mengandung banyak curhatan random yang ingin saya bagikan kepada kalian semua. Siapa tahu kalian mengalami nasib yang sama dan bingung bagaimana harus menyikapinya. 

Apakah aku harus menyesali ? Atau justru menjadikannya pengalaman yang berbuah kebijaksanaan. Kisah ini adalah kisah pribadi yang sebagian pernah saya bagikan di blog ini. 

Jurusan Bahasa 

Kisah saya awali saat berada di bangku Sekolah Menengah Atas, ya ? Karena saya merasa terlalu kelamaan jika saya ceritakan sejak usia balita. Hahaha.. Yang pasti, usia ini adalah awal saya mulai menelusuri bagaimana saya tersesat dalam dunia pendidikan dan karir. 

Saat berada di Sekolah Menengah Atas, saya masuk penjurusan ke kelas Bahasa. Di kelas ini kami diajarkan materi tentang tata bahasa dan juga dua bahasa tambahan, yakni Bahasa Inggris dan Jepang. 

Di momen inilah ketertarikan saya pada bahasa Jepang mulai muncul. Saking tertariknya saya bercita-cita untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. 

Fakultas Teknik

Sayangnya, cita-cita saya saat SMU tersebut tidak berbanding lurus dengan kenyataan. Faktanya saya kuliah mengambil jurusan Menajemen Informatika. 😁

Tetapi kejadian ini karena peristiwa lain yang tak kalah serunya 

Jadi selepas SMU saya sempat mengikuti ujian nasional memasuki Universitas Negeri. Saat itu istilahnya masih menggunakan UMPTN. Dan Alhamdulillah saya berhasil! 

Keberhasilan saya menembus PTN inilah yang mengubah skenario proses mengejar cita-cita. Ternyata saya diterima UMPTN karena jurusan yang tidak saya suka, Pendidikan Bahasa dan Daerah. 

Kenapa tidak suka? Sejujurnya nilai Bahasa Indonesia dan Daerah saat di bangku sekolah dulu, tidak pernah mencapai di atas 6. Hal ini tentu membawa ketakutan bagi diri saya, "waduh, ntar malah nggak lulus-lulus." Begitu pikiran saya kala itu.  

Beruntung saat itu saya mendapatkan undangan jalur khusus dari UNIKOM (Bandung) dan UNESA di Surabaya. Saat melihat selebaran pada UNIKOM ada tulisan Bahasa Jepang. Sementara UNESA saya masuk seleksi jurusan Teknik Informatika.

Saya sadar diri, bahwa saya bukan anak yang pintar dalam pelajaran yang berhubungan dengan angka-angka dan fisika. Oleh karena itu, saya tetap memilih jurusan bahasa, tepatnya Bahasa Jepang; meski tidak harus masuk ke PTN.

Singkat cerita, berangkatlah saya ke Bandung, Unikom. Saya berharap bisa langsung mendaftarkan diri masuk ke jurusan Bahasa Jepang. Tapi ternyata, harapan saya hancur 😁. Karena jurusan bahasa Jepang saat itu belum ada. Jadi hanya tulisan di selebarannya saja. 

Jauh-jauh datang ke Bandung, gak jadi masuk bahasa Jepang? Ironis sekali memang. Dan saya akui, saya terlalu naif dalam mengambil keputusan. 

Kenapa nggak nelfon dulu sih, hih?

Ya namanya skenario hidup, nggak seru kalau nggak ada plot twist-nya kan ? 

Saya tidak ingin pulang dengan tangan kosong tanpa memilih jenis studi sama sekali. Akhirnya saya memilih "Manajemen Informatika" dengan pertimbangan tidak akan banyak pelajaran menghitung di dalamnya. 

Saya berasumsi bahwa "Manajemen" itu adalah studi yang banyak menghafal dan memahami, bukan yang mengulik angka. Ternyata saya salah 😁. Karena di dalamnya saya harus belajar statistika, pemrograman, algoritma, komputerasi akutansi dan kalkulus. Sungguh membagongkan. Naif sekali saya! 

Cuti Kuliah

Alhamdulillah, meski melalui drama kehidupan, saya mampu bertahan hingga semester 4. 

Permasalahan finansial menjadi aktor baru dalam plot twist selanjutnya. Karena alasan ini, saya memutuskan untuk rehat sejenak dari bangku perkuliahan dan cuti sementara dengan harapan bisa mendapatkan uang untuk biaya melanjutkan. 

Saya kemudian pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Saya berupaya untuk mencari pekerjaan agar bisa mendapatkan penghasilan. 

Sayangnya, drama baru muncul ke permukaan. Saat itu saya terlambat membayar registrasi semester, yang menyebabkan saya di DO dari perkuliahan. 

Dan itu menjadi salah satu mimpi buruk yang pernah saya alami. 

Namun saya tidak ingin berlama-lama menangisi keadaan. Saya tetap bekerja menjadi sales pakaian laki-laki di Metro Dept. Store, Pondok Indah. 

Setahun kemudian, saya pun pindah tempat kerja. Kali ini saya kerja di toko peralatan lukis, Aneka Warna di wilayah Kemang, Jakarta Selatan. Dan di sinilah, kehidupan baru saya dimulai lagi. 

Seni Lukis

Karir seni lukis

Di Aneka Warna inilah, saya mengenal seni lukis dan tertarik untuk mempelajarinya. Alhamdulillah saya bisa bertahan hingga 15 tahun di sana. 

Aneka Warna adalah tempat saya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih bernalar dan sadar 😁. 

Keterlibatan saya dengan para seniman lukis setiap hari membawa pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi tertarik untuk mengulik dunia seni rupa terutama tentang pengetahuan material, pigmentasi dan beberapa aliran seni yang ada. 

Hal ini saya lakukan agar ketika berkomunikasi dengan mereka, saya memiliki topik pembicaraan yang sesuai. Ya masa, kerja di tempat alat seni, gak ngerti sama sekali tentang seni ya? Kan aneh ? 

Saya juga sangat beruntung memiliki bos yang memberikan ruang pada saya untuk belajar dan berkembang, sehingga saya tidak hanya bekerja untuk menghasilkan pendapatan saja tetapi juga ilmu pengetahuan.

Dan agar saya bisa memberikan pengetahuan yang relevan, saya pun tidak hanya belajar tentang teorinya, tetapi juga belajar mempraktikkannya. 

Momen inilah yang membuat saya terjun di dunia seni, bukan hanya dari balik etalase toko saja. 

Setelah mengalami proses dan progres, tahun 2019 saya ikut dalam sebuah pameran lukisan bertemakan 30 x 30. Perjalanan ini menjadikan saya lebih percaya diri lagi tentang menjadi seniman. Namun, Tuhan Menghendaki saya untuk fokus pada jalan lainnya. 

Blogger

Saat masih bekerja di toko lukis tersebut, ternyata gairah saya menulis tidak padam. Di sela-sela pekerjaan yang saya geluti, secara perlahan saya aktif menjadi blogger. Salah satunya mengelola dengan serius blog ini. 

Ewafebri adalah blog yang saya buat di tahun 2006, namun baru serius saya kelola di tahun 2017. Saat itu, saya tertarik membahas tentang journaling dan self-development yang menjadi "niche" dalam blog ini. 

Tentang perjalanan karir menjadi blogger, sebenarnya bisa kalian temukan di sini, karena sudah membagikan kisahnya dari waktu ke waktu. 

Setahun setelah membangun blog ini, saya pun membuat satu blog khusus seni, ewafebriart

Blog ini saya bangun sebagai media khusus untuk mengekspresikan ketertarikan saya pada seni. Di dalamnya banyak topik dan pengetahuan yang saya bagikan berdasarkan pengalaman saya selama bekerja dengan material seni dan juga mencoba beberapa tekniknya. 

Tak hanya itu, ewafebriart juga saya gunakN untuk media membagikan gagasan tentang perspektif saya tentang seni visual. 

Tahun 2020, setelah kurang lebih 15 tahun saya bekerja di Aneka Warna Store, saya memutuskan untuk resign dan pulang kampung. Ini merupakan keputusan besar dalam hidup saya, karena saya tidak ingin berada dalam zona nyaman seterusnya. 

Pulang Kampung

Setelah berada di kampung halaman, saya pun menjadi bingung 😁. Ternyata kenyataan tak seindah bayangan saya. 

Pada awal kehidupan di kampung, saya membuka warung kopi untuk mendukung finansial kehidupan sehari-hari. Namun ternyata bukan untuk itu saya ditakdirkan kembali ke kampung halaman. 

Genap 1 tahun berdagang, saya pun memutuskan untuk berhenti. Selain karena modal usaha yang sudah habis, juga karena saya mulai menyadari satu hal. 

Selama berdagang, ternyata yang justru mendapatkan penghasilan dari proses menulis. Penghasilan ini kemudian saya gunakan untuk modal berdagang. Momen inilah yang membuat saya sadar bahwa ternyata "berdagang" bukanlah jalan yang cocok untuk pribadi seperti saya. 

Menjadi Penulis

Bagaimana menjadi penulis?

Pasca berhenti berdagang, saya pun aktif menulis. Dan saya mendeklarikan pada diri saya sendiri, bahwa saya adalah penulis.

Pengakuan ini memiliki konsekuensi yang cukup penting dalam langkah kehidupan saya selanjutnya. Dengan memproklamirkan diri sendiri sebagai penulis, mau tidak mau saya harus menyikapinya dengan serius. 

Keputusan ini membuat saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seorang penulis yang sesungguhnya. Saya pun belajar tentang tata cara kepenulisan, membuat daftar pustaka, mengolah dan memproses informasi, riset dan lain-lain. 

Menyadari Takdir

Saya baru menyadari, bahwa pelajaran tata bahasa yang saya dapatkan saat SMU amat sangat berguna di bidang ini. Dan saya sedkit menyesal, karena saat itu saya tidak serius mempelajarinya 😁. 

Momen ini juga membuat saya berpikir tentang, "Mengapa saya dulu masuk ke manajemen informatika saat kuliah?" 

Dan saya baru sadar bahwa Tuhan memang sudah menyiapkan proses tersebut untuk memudahkan saya bekerja di masa sekarang. 

Pelajaran yang saya dapat saat kuliah dulu, ternyata bermanfaat sekali bagi seorang blogger. Saya yang sering mengotak-atik blog, pada akhirnya tidak terlalu buta dengan pemrograman yang dulu pernah saya pelajari. 

Di sinilah saya sangat bersyukur, ternyata saya tidak salah jalan. Tetapi Tuhan memang sudah menyiapkan segala apa yang saya butuhkan untuk menghadapi kehidupan saat ini. 

Ebook Creator

Tahun 2022, saya ingin meng-upgrade diri menjadi seorang penulis yang menghasilkan karya dalam bentuk buku. Ya, setidaknya eBook. Kebetulan, cita-cita saya saat masih kecil dulu adalah memiliki toko buku sendiri. Dan Alhamdulillah, pelan namun pasti, Allah telah mewujudkannya meski dalam bentuk toko digital

Ternyata, apa yang dulu saya anggap "tersesat" merupakan step by step yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk saya lalui dan menjadi seperti saat ini. 

Tidak ada pengalaman, pengetahuan dan ilmu yang sia-sia. Meski banyak plot twist dalam hidup, ternyata setiap hal yang kita jalani akan bermanfaat di kemudian hari. Dengan catatan, ini hanya berlaku pada aktivitas dan kegiatan yang positif dan kebajikan, atau dengan niat "beribadah".

Ilmu akan bisa menghancurkan diri kita, apabila dalam pelaksanaannya kita hanya mengandalkan "ego / nafsu" saja, serta memiliki niatan tidak baik. Niat tidak baik ini, misalnya saja saat kita mencari ilmu dengan tujuan agar menang berdebat dengan orang lain atau merasa lebih pintar dari orang lain. 

Bila kita mencari ilmu dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup agar semakin mengenal Allah SWT dan bertakwa, maka ilmu tersebut akan menjadi rahmat yang tiada tara. 

Ilmu, hikmah, pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan inilah yang kemudian sering saya tuangkan dalam bentuk eBook. Tujuannya bukan semata-mata untuk menggurui orang lain, tetapi hanya sebagai referensi pengetahuan bagi siapa pun yang membutuhkannya. Alhamdulillah. 

Belajar Bahasa Jepang

20 tahun lebih saya tidak lagi belajar bahasa Jepang. Dan tenyata Allah SWT mengabulkan apa yang dahulu saya mimpikan. Meski terdengar telat, saya sangat bersyukur, Allah SWT mengabulkan mimpi saya yang pernah sirna dua puluh tahun lalu.

Oktober 2023 adalah momen saya kembali menata mimpi yang telah hilang. Seseorang yang saya kenal baik, mengabarkan berita gembira pada saya. 

"Mbak, di tempat saya ada kursus bahasa Jepang, Gratis! Mau ikut daftar seleksi nggak?" Begitu isi berita yang saya dengar. Tanpa berpikir panjang, saya pun mengiyakan. 

Momen inilah yang menyadarkan saya bahwa "apa yang telah Tuhan tetapkan untukmu, maka ia akan kembali padamu, termasuk sebuah kesempatan sekali pun. Meski kamu sudah merelakan dan melupakannya." Alhamdulillah. 

Sekarang sudah memasuki tahun kedua saya belajar bahasa Jepang. Saat ini saya tidak hanya belajar tentang kotoba (vocabs) ataupun bunpō (tata bahasa) saja, tetapi juga kanji. 

Saya menyadari bahwa, jika saat itu saya diterima di fakultas bahasa Jepang, belum tentu kehidupan saya akan semenarik ini. Pun bisa jadi saya nggak bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Lebih terkesan semata-mata karena kewajiban siswa saja. 

Sementara di usia saya saat ini, saya belajar bahasa Jepang dengan sadar "mindful" dan berupaya sebaik-baiknya. 

Hal ini mengingatkan saya bahwa, "takdir Tuhan itu selalu datang pada waktu yang pas." In Shaa Allah.

Jadi, hal positif apa pun yang sedang kamu jalani saat ini, nikmatilah dan manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. 

Apa yang kamu lakukan hari ini, akan berpengaruh pada masa depanmu (In Shaa Allah).  

So, ketika sekarang kamu lebih banyak melakukan aktivitas / rutinitas yang berdampak negatif, maka berhentilah.

Gantilah dengan kebiasaan yang positif agar di masa depan bisa menjadi pribadi yang lebih baik, banyak bersyukur dan bahagia. In Shaa Allah. Alhamdulillah. 

Jangan menyia-nyiakan waktumu, karena waktu tak bisa kembali, namun usia tetap terus melaju pada pintu kematian. 

Semangat Minasan. 

Post a Comment

0 Comments