Malala Yousafzai adalah seorang aktivis dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda yang dikenal karena perjuangannya dalam mempromosikan pendidikan bagi kaum perempuan. Kisah hidupnya telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia, dan salah satu elemen penting dalam perjalanan hidupnya adalah kebiasaannya dalam menulis jurnal. Jurnal ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjuangannya, tetapi juga alat penting yang membantu mengubah sejarah hidupnya.
Malala Yousafzai Dan Journalnya : Bagaimana Jurnal Memicu Perubahan
Setelah sekian lama absen membahas tentang tokoh inspiratif dalam menulis jurnal, kali ini saya membawa kisah seorang perempuan yang pernah membuat geger karena kisah tragisnya saat berjuang mendapatkan pendidikan namun justru dilarang, Yakni Malala Yousafzai.
Biografi Malala Yousafzai
Malala adalah seorang aktivis pendidikan perempuan Pakistan yang selamat dari upaya pembunuhan pada usia 15 tahun dan menjadi orang termuda yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014. Malala mulai mengadvokasi pendidikan untuk perempuan sejak dia masih anak-anak, yang mengakibatkan Taliban mengeluarkan ancaman kematian terhadapnya. Berikut adalah ringkasan biografi Malala Yousafzai:
Awal Kehidupan
Malala Yousafzai lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Dia berasal dari keluarga Pashtun dan menganut agama Islam Sunni. Nama Malala diambil dari penyair dan pejuang wanita suku Pashtun, Malalai dari Maiwand. Dia dibesarkan bersama dua adik laki-laki dan didorong oleh ayahnya, yang juga seorang penyair dan aktivis pendidikan, untuk mengejar pendidikan dan berbicara mengenai hak-hak pendidikan.
Aktivisme dan Blogging
Pada awal tahun 2009, ketika berumur sekitar 11 hingga 12 tahun, Malala menulis di blognya di bawah nama samaran untuk BBC, ia mendeskripsikan kehidupan di bawah pemerintahan Taliban dan upaya mereka untuk menguasai Lembah Swat, serta pandangannya tentang pendidikan untuk anak perempuan.
Hal inilah yang menurut Taliban menjadi bentuk ancaman sehingga ia berusaha dieksekusi di dalam bus sekolah. Ia Pidato pertama kali di depan publik adalah pada tahun 2008, dengan seruan berani terhadap Taliban yang merampas hak perempuan atas pendidikan. [Resource : Malala Yousafzai: Biography, Activist, Nobel Peace Prize Winner]
Penembakan dan Pemulihan
Pada tanggal 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban ketika kembali pulang di bus sekolah. Dia sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk perawatan lebih lanjut. Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan.
Penghargaan Nobel Perdamaian
Pada tahun 2014, Malala bersama Kailash Satyarthi dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian atas perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Malala merupakan orang paling muda di dunia yang mendapatkan penghargaan Nobel pada saat itu.
Kehidupan Pribadi
Setelah kejadian yang tragis itu, Malala menetap di Inggris. Ia melanjutkan dan menyelesaikan pendidikannya di SMA Edgbaston dan meneruskan studinya di Universitas Oxford. Dia menikah dengan Asser Malik pada tahun 2021. Pengalaman akan sulitnya meraih pendidikan bagi kaum peremouan menginspirasinya untuk membuka Malala Fund. Dia berharap dengan adanya organisasi ini bisa mewadahi para perempuan yang membutuhkan support untuk pendidikan mereka.
Jurnal Perubahan
Sebagai seorang blogger dan penggiat pendidikan, biasanya memang tak akan lepas dari namanya buku catatan atau jurnal. Pun berlaku juga bagi seorang Malala yang suka menulis. Jurnal Malala adalah sebuah catatan pribadi yang memberikan pandangan mendalam tentang kehidupan di bawah ancaman Taliban dan hasratnya untuk belajar. Jurnal ini kemudian diterbitkan oleh BBC Urdu dengan nama samaran "Gul Makai". Melalui jurnal inilah, dunia luar menjadi sadar akan kondisi yang dihadapi anak-anak perempuan di Pakistan.
Pada 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala oleh anggota Taliban dalam upaya untuk membungkamnya. Namun, dia selamat dari peristiwa ini bahkan justru membuat suaranya semakin meluas dan kuat di seluruh dunia. Jurnal Malala menjadi sebuah simbol keberanian dan ketekunan dalam menghadapi penindasan.
Jurnal Malala tidak hanya menjadi catatan pribadi, tetapi juga dokumen penting yang menyuarakan kebrutalan dan ketidakadilan. Tulisan-tulisan Malala menggugah kesadaran internasional tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan dan menjadi katalis bagi perubahan sosial. Ketika Taliban menyerangnya pada tahun 2012, dunia tidak hanya melihat Malala sebagai korban, tetapi juga sebagai lambang perlawanan dan harapan.
Pelajaran Dari Kisah Malala
Dari kisah Malala kita bisa banyak belajar tentang kehidupan. Mungkin bagi kita yang bisa menempuh dunia pendidikan dengan cara yang lebih mudah seringkali menyepelekan pengetahuan atau pendidikan itu sendiri. Bahkan sering kita tidak sungguh-sungguh belajar di dalam kelas dan malah berghibah. Hihi..
Padahal bagi orang lain yang tak berkesempatan untuk belajar formal, bisa sekolah merupakan impiannya. Bahkan ada orang-orang seperti Malala yang harus berjuang untuk belajar dan menyuarakan kaum perempuan di negaranya agar mendapatkan pendidikan. Selain kisah di atas, apa saja sih pendidikan moral yang bisa dipelajari dari Malala ? Berikut ini ulasannya :
- Keberanian dan Keteguhan Hati >> Malala mengajarkan kita bahwa keberanian untuk berbicara tentang ketidakadilan adalah langkah pertama menuju perubahan. Meskipun menghadapi ancaman nyata terhadap hidupnya, dia tidak mundur dari perjuangannya.
- Pentingnya Pendidikan >> Jurnal Malala menyoroti pentingnya pendidikan sebagai hak dasar manusia dan alat untuk pemberdayaan. Malala menunjukkan bahwa pendidikan dapat menjadi sarana untuk mengubah dunia.
- Kekuatan Kata-kata (The Power Of Words) >> Melalui tulisannya, Malala membuktikan bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menyadarkan, dan memobilisasi tindakan. Jurnalnya adalah bukti bahwa pena bisa lebih kuat daripada pedang. Hal ini mengingatkan saya pada QS Al Qalam ayat 1 di mana Allah SWT justru bersumpah menggunakan pena dibandingkan dengan menggunakan pedang. Kita tahu bahwa kata pedang justru tidak pernah kita temukan di dalam Al Quran.
- Peran Wanita dalam Perubahan Sosial >> Malala menjadi simbol bahwa wanita memiliki peran penting dalam mendorong perubahan sosial. Entah berapa banyak Malala-Malala lain yang saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan hak pendidikan.
Sebagai seorang muslim perempuan saya juga ingin menyoroti hal ini. Kita tahu bahwa Tuhan menyuruh kita untuk belajar tak peduli kita perempuan atau laki-laki. Sejauh ini saya memiliki pengalaman yang baik tentang pendidikan di Indonesia. setidaknya saya memiliki kesempatan yang sama dengan apa yang dimiliki oleh kaum laki-laki. Kisah Malala juga pernah dialami oleh Ibu Kartini, di mana di masa itu sangat sulit untuk bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan secara formal.
Perspektif Islam Dalam Pendidikan Perempuan
Bagi sebagian orang, pendidikan untuk kaum perempuan itu tidak menjadi sebuah prioritas. Mereka berdalih bahwa kelak seorang perempuan itu akan dinafkahi oleh suaminya, sehingga tidak perlu mengenyam pendidikan formal yang tinggi. Padahal pendidikan tidak melulu harus berakhir menjadi wanita karier. Karena ilmu pengetahuan itu adalah makanan bagi setiap jiwa manusia. Sementara tubuhnya cukup dengan 4 sehat 5 sempurna.
Dalam Islam, pendidikan dianggap sebagai hak asasi yang sangat penting bagi setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin. Perspektif Islam terhadap wanita yang memperjuangkan pendidikan dapat diringkas sebagai berikut :
- Pendidikan sebagai Kewajiban >> Islam menekankan bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini didasarkan pada banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits yang mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu. Salah satunya QS Al Alaq ayat 1 - 5 di mana Tuhan mewajibkan kita untuk membaca dan menulis agar kita belajar segala sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya. Selain itu banyak sekali ayat yang menyinggung tentang "akal", di mana untuk bisa mendapatkan dan memiliki "akal sehat" maka kita harus banyak pula belajar.
- Kesetaraan dalam Pendidikan >> Ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang pendidikan sering kali ditulis dalam kata-kata yang netral gender, menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan harus sama bagi laki-laki dan perempuan [Resource : Women's Education in the Muslim World.]
- Peran Wanita dalam Sejarah Islam >> Sejarah Islam mencatat banyak wanita yang berperan penting dalam penyebaran ilmu, termasuk para istri Nabi Muhammad SAW, yang mengajarkan Hadits dan ilmu-ilmu lainnya kepada umat Islam setelah wafatnya Nabi [Jstor.org, Women's Education in the Muslim World.]
- Pendidikan untuk Kesejahteraan Umat >> Pendidikan wanita tidak hanya dianggap penting untuk kesejahteraan individu tetapi juga dianggap penting untuk kesejahteraan umat secara keseluruhan, karena wanita memainkan peran kunci dalam mendidik generasi berikutnya. Wanita menjadi orang pertama yang mengajarkan anak-anaknya tentang pengetahuan dalam ruang lingkup kecil. Jika peran ini dilakukan dengan baik maka generasi berikutnya juga akan semakin baik.
- Tantangan Kontemporer >> Meskipun Islam menganjurkan pendidikan untuk semua, ada tantangan kontemporer yang dihadapi oleh wanita di beberapa negara Muslim, termasuk norma sosial dan hukum yang membatasi akses mereka ke pendidikan. Namun, ini lebih merupakan masalah interpretasi budaya dan politik daripada ajaran Islam itu sendiri. Seperti apa yang menimpa Malala. [Resource : WOMEN AND EDUCATION FROM AN ISLAM ]
Secara keseluruhan, Islam mendukung penuh hak wanita untuk mendapatkan pendidikan dan mengejar pengetahuan, dan menganggap hal itu sebagai bagian penting dari kehidupan yang taat dan produktif. Apa yang terjadi pada Malala juga menjadi salah satu bukti bahwa Allah SWT melindungi hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan.
Keselamatan yang didapat oleh Malala karena insiden tersebut tak lain karena pertolongan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jika Allah SWT berkehendak, bisa saja Malala tak bisa berjuang hingga sejauh ini. Namun karena pertolongan dan rahmatNya lah yang membuat kita di bumi belahan lain menyadari bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat berharga. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa :
Ilmu bukan hanya tentang pendidikan tinggi untuk mendapatkan kehidupan yang layak saja, tetapi ilmu juga sebagai media kita untuk mengenal Allah SWT dengan lebih baik lagi. Tanpa ilmu kita akan kesulitan memahami dan mengenali sifat-sifat Allah SWT. Sehingga kita sering berburuk sangka kepadaNya.
Maka, jika kamu punya kesempatan untuk belajar dan menempuh pendidikan, jangan pernah disia-siakan karena bisa jadi kesempatan itu hilang dan kamu tiba-tiba sangat menginginkannya. Ingatlah apa yang kamu alami saat ini, ada begitu banyak rahmat di dalamnya, hanya saja kamu harus berjuang menemukannya. Untuk bisa menemukannya, kamu membutuhkan pengetahuan dan pengamatan. Oleh sebab itu, bersyukur dengan apa yang ada, karena Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang bersyukur.
Kebiasaan Menulis Jurnal Malala
Malala mulai menulis jurnal pada usia muda, dengan tujuan mencatat pengalamannya sehari-hari. Ternyata pengalaman itu menjadi pengetahuan bagi yang lain. Kebiasaannya dalam menulis jurnal melibatkan beberapa aspek penting:
- Konsistensi >> Malala menulis secara teratur, mencatat setiap kejadian penting dan refleksinya. Konsistensi ini membantu memperkuat ingatannya dan memberikan gambaran yang jelas tentang perjuangannya. Dan percaya atau tidak, konsistensi itu membutuhkan tekad yang kuat dan perjuangan karena sering kali kita kalah akan kemalasan.
- Keterusterangan dan Kejujuran >> Tulisan Malala dikenal karena keterusterangan dan kejujurannya. Dia tidak ragu untuk menggambarkan situasi yang sulit dan perasaannya secara terbuka. Meski awalnya tulisan ini bersifat personal. namun kemudian menjadi sebuah artikel yang dikenal oleh banyak orang.
- Penggunaan Jurnal sebagai Terapi >> Menulis jurnal bagi Malala adalah cara untuk menyalurkan emosi dan pikiran yang mungkin sulit diungkapkan secara lisan. Ini menjadi cara untuk memahami dan mengatasi rasa takut serta kekhawatirannya.
- Komitmen terhadap Pendidikan dan Perubahan >> Jurnal Malala tidak hanya berisi pengalaman pribadi tetapi juga pandangannya tentang pentingnya pendidikan dan perubahan sosial. Dia menggunakan jurnal sebagai platform untuk menyuarakan pendapatnya dan mempengaruhi orang lain.
Malala adalah seorang Anne Frank dengan latar belakang sejarah yang berbeda. Jika Anne Frank merekam pengalaman dan apa yang dihadapi selama kepemimpinan Nazi, maka Malala mengulas pengalamannya tentang sekitar dan pandangannya tentang pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan di negaranya.
Kisah Malala Yousafzai dan jurnalnya menunjukkan kekuatan tulis-menulis sebagai alat perubahan. Dari jurnalnya, kita belajar tentang keberanian, pentingnya pendidikan, dan kekuatan kata-kata dalam mendorong perubahan sosial. Kebiasaannya dalam menulis jurnal adalah contoh bagaimana refleksi pribadi dan komitmen terhadap tujuan mampu membantu mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan yang luar biasa. Malala telah menginspirasi dunia dan terus menjadi simbol harapan bagi jutaan anak perempuan yang memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan.
Bagaimana apakah kamu akan menjadi Malala selanjutnya dengan memanfaatkan jurnalmu untuk perubahan ? Yuk berjuang yuk, meski mungkin belum berdampak begitu besar seperti apa yang terjadi pada Malala, namun setidaknya berpengaruh pada kehidupan kita terlebih dahulu.
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏