JOURNALING ALA CHARLES DARWIN

Charles Darwin's Journal


[ewafebri.com] | JOURNALING ALA CHARLES DARWIN

Charles Darwin seorang naturalist yang terkenal karena teorinya yang kontroversial, Teori Evolusi. Jika kemarin kita mengambil tokoh-tokoh dari seni, science, filsafat, kini kita akan membahas bagaimana cara membuat journal ala Charles Darwin.

JOURNALING ALA CHARLES DARWIN

Tokoh dunia yang cukup berpengaruh bagi kehidupan di dunia ini, bisa kita kenali melalui manuskrip yang ditinggalkannya. Dari mulai journal hingga surat menyurat. Yang pasti legacy dan peninggalan mereka berbentuk tulisan. Sepenting itu ternyata tulisan. Bayangkan kita mengenal sejarah dari para Mpu tanah Jawa pun berasal dari tulisan dalam kitab-kitab yang mereka tulis. So, tidak kah kalian juga ingin mencobanya ? hihihi...

A. BIOGRAFI


Charles Robert Darwin atau terkenal dengan nama Charles Darwin adalah Biologist, geologist maupun naturalist yang lahir pada 12 Februari 1809 (waduh, sama Ultahnya nih !) di The Mounth, Shrewbury. Ia terlahir dari pasangan Robert Darwin yang merupakan seorang Dokter dan Suzannah Wedgewood.

Darwin berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya yang seorang dokter berasal dari keluarga yang cukup berpengaruh juga, Kakek Darwin bernama Erasmus Darwin pernah mengungkapkan kekagumannya pada konsep umum evolusi dalam bukunya yang berjudul Zoonomia pada tahun 1794. Ya mungkin kecerdasan naturalis yang dimiliki oleh Darwin diwarisi dari kakeknya. Nama Darwin cukup dikenal sebagai seorang ahli dalam biologi evolusioner yaitu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang evolusi atau asal usul spesies yang memiliki nenek moyang yang sama.

Perjalanan hidup Charles Darwin cukup menarik. Pada tahun 1818, ia bersekolah di area dekat rumahnya, Shrewbury, di tahun ini ia mulai tertarik pada ilmu biologi. Namun kebiasaannya yang suka bermain dengan binatang kesayangannya membuat ayahnya sempat merasa resah.

Untuk mengobati keresahan sang Ayah, ia pun kemudian masuk ke sekolah kedokteran. Di tahun 1825 pada musim panas, Darwin magang sebagai seorang dokter untuk membantu ayahnya merawat orang-orang miskin di Shropshire.

Darwin kemudian melanjutkan studinya Universitas Edinburg. Di tahun kedua ia bergabung dengan perhimpunan mahasiswa dan mulai ikut aktif di dalamnya. Ia menjadi salah satu murid dari Robert Edmond Grant. Yang kemudian membuatnya terlibat dalam sebuah penelitian untuk menemukan bukti homologi di pantai Firth Of Forth.

Dari penelitian ini kemudian akan ada lagi penelitian lainnya termasuk saat dia mengikuti ekspedisi HMS Beagle bersama Fritzroy dan beberapa misionaris lainnya. Pada perjalanannya, sekitar tahun 1834 ia mengalami penyakit yang tidak diketahui apa jenisnya. Ia bahkan harus tinggal di tempat tidur selama satu bulan.

Tahun 1837 ia pun mulai mengalami gejala penyakit perut seperti mual, jantung berdebar-debar, bisul dan gemetaran lainnya. Penyakit ini akan bertambah parah ketika ia harus menghadapi sebuah tekanan besar. Seperti misalnya ketika ia harus menghadiri pertemuan atau berhadapan dengan argumentasi yang menolak atas teori yang diungkapkannya. Ia kemudian wafat pada 19 April 1882 di Down, Kent, England.

B. KARIER DARWIN


Perjalanan karir Charles Darwin tidak terhenti pada bidang kedokteran saja. Justru perjalanannya dalam membangun gagasan yang akan akan membentuk teori evolusi di awali dari berhentinya dia secara diam-diam dari sekolah kedokteran.

Pengalamannya di Firth Of Forth pada akhirnya membuat Darwin semakin mencintai dunia biologi. Hasil penelitian yang ia lakukan tersebut kemudian ia presentasikan di hadapan perhimpunan Plinian2. Kala itu ia menemukan bahwa spora hitam yang ada di atas kulit tiram adalah telur dari sejenis lintah (skate leech).

Ketertarikannya pada alam membuatnya semakin serius untuk belajar dan mengobservasi. Ia kemudian mengikuti kuliah Robert Jameson mengenai sejarah alam, serta belajar tentang geologi stratigrafi dan juga tentang bagaimana mengklasifikasikan tanaman.

Ayahnya yang tidak senang dengan perilaku Darwin yang secara diam-diam meninggalkan studi kedokterannya, kemudian mendaftarkannya di program Bachelor Of Art pada bagian Chris’s College (Jurusan kependetaan) di Universitas Cambridge.

Namun, karena program tersebut tidak diminati oleh Darwin, ia hanya menghabiskan waktu kuliahnya dengan cara bermain-main saja. Bersama sepupunya yang bernama William Darwin Fox ia justru gemar mengumpulkan kumbang.

Melalui sepupunya inilah kemudian dia diperkenalkan kepada seorang pendeta yang sekaligus merupakan seorang profesor botani, John Steven Henslow. Dari Henslow ia berniat untuk mempelajari lebih lanjut tentang ilmu per-kumbang-an, hihihi. Ia kemudian ikut kelas sejarah alam dan menjadi salah satu murid kesayangan sang profesor.

Selama proses belajar bersama Henslow, ia tertarik dengan tulisan karya William Daley, termasuk di dalamnya argumen tentang rancangan Ilahi dalam alam. Ketertarikannya inilah yang kemudian membuatnya semakin serius untuk mempelajari alam semesta melalui penelitian.

Tahun 1831, ia menjadi peringkat 10 dari 178 orang mahasiswa yang lulus. Namun tuntutan residensi mewajibkan dia untuk tetap tinggal hingga bulan Juni, 1831 di Cambridge. Ia pun mengikuti saran dan nasihat sang profesor untuk tidak terburu-buru menjadi seorang pendeta.

Di tahun yang sama, Darwin berencana mengunjungi Pulau Tenerife untuk mempelajari sejarah alam di daerah tropik. Rencana tersebut terinspirasi setelah ia membaca tulisan Alexander Von Humboldt. Namun ia memutuskan untuk mengikuti kelas geologi Pendeta Adam Sedgwick yang kemudian membantu sang pendeta untuk melakukan pemetaan lapisan masyarakat (strata) di Wales.

Atas rekomendasi Pendeta Henslow, yang sekaligus seorang profesor botani, Darwin direkomendasikan pada seorang Kapten yang akan melakukan sebuah ekspedisi selama dua tahun menjelajahi Amerika Selatan. Robert Fritzroy adalah seorang kapten dari kapal HMS Beagle yang diperkenalkan pada Darwin oleh Henslow. 

Pada awalnya, tujuan ekspedisi adalah untuk membuat peta kelautan. Namun secara diam-diam, Fritzroy berencana untuk mencari bukti-bukti penciptaan seperti yang tertulis di Kitab Injil sekaligus. i Dan ia menjatuhkan pilihan kepada Darwin untuk membantunya dan menemaninya selama ekspedisi. Terlebih lagi Darwin adalah seorang pendeta, Fritzroy berharap bahwa misinya dalam menemukan bukti yang tertulis dalam kitab Injil akan berhasil.

Selama dalam ekspedisi, Darwin lebih banyak menghabiskan waktunya di daratan. Setidaknya dua per tiga dari total waktu Darwin, ia habiskan untuk menjelajahi daratan dan melakukan observasi. Ia mulai menyelidiki beraneka ragam penampilan geologis, fosil dan organisme hidup. Ia juga menjumpai beraneka ragam jenis manusia dari mulai pribumi maupun kolonial.

Dalam observasinya tersebut ia mulai mengumpulkan sejumlah spesimen. Temuan-temuannya saat itu banyak di antarannya merupakan spesimen baru bagi ilmu pengetahuan. Hasil temuannya tersebut semakin mengukuhkan reputasinya sebagai seorang naturalis serta menjadikannya seorang perintis dalam bidang ekologi. Khususnya bidang biologi yang membahas tentang Biocoenosis.4

Selama ekspedisi ia mencatat apa saja yang ditemui dalam jurnalnya. Entah itu hasil temuan tentang spesimen baru, deskripsi dari setiap hal yang ia temui dan hal-hal detail lainnya. Berdasarkan catatannya inilah kemudian ia membentuk dasar atau fondasi bagi pekerjaannya. Setidaknya ia kemudian paham tentang tugasnya sendiri dalam memahami alam semesta. Premisnya kemudian ia jadikan dasar untuk menyimpulkan sudut padang dalam berbagai permasalahan, seperti antropologis sosial dan geo politik yang telah ia kunjungi.

Selama pelayaran bersama HMS Beagle, selain melakukan observasi dan penelitian ia juga menyibukkan dirinya dengan membaca buku. Salah satu buku yang ia baca adalah Principles Of Geologi karya Charles Lyell. Dalam buku tersebut menjelaskan tentang penampilan geologi karena pengaruh proses yang terjadi secara bertahap dalam kurun waktu yang sangat panjang. Ia kemudian mengabarkan kepada keluarganya melalui surat (kalo sekarang bisa langsung VC ya gaes) bahwa ia mampu melihat bentuk-bentuk tanah yang berbeda-beda. Ia mampu melihat dataran dari mulai lapisan yang tipis (shingle) yang terjal, hingga kerang-kerang di Patogonia yang terlihat menanjak.

Saat berada di Amerika Selatan, Darwin menemukan fosil-fosil mamalia raksasa yang telah punah. Termasuk di antaranya adalah megatheria dan gliptodon. Ia menemukan fosil tersebut dalam lapisan tanah yang tidak memperlihatkan tanda mengalami katastrofi.

Dari sini kemudian Darwin mulai menemukan banyak hal-hal baru yang mampu memperkaya ilmu pengetahuan. Seperti misalnya ketika ketika ia berada di kepulauan Galapagos, ia menemukan bahwa mockingbird memiliki perbedaan dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Ini artinya letak geografi juga sangat mempengaruhi suatu fauna meskipun jenisnya sama.

Saat Darwin kembali dari ekspedisinya, ia melihat bahwa anggota keluarganya terlihat nampak liar di matanya. Ia bahkan merasa bahwa mereka lebih liar dari binatang meskipun dalam kadar persentase yang tidak banyak. Ia juga melihat bahwa perbudakan dan perlakuan tidak manusiawi lainnya di muka bumi ini bukanlah sebuah pembenaran. Pada akhirnya ia berpendapat bahwa manusia tidaklah jauh dari binatang. Kesimpulan ini tentu berbeda dari teman-temannya sesama agamawan.

Pendapat Darwin ini sesungguhnya sudah tercantum dalam Al Quran. Terutama QS Al Baqarah ayat 171 di mana Allah berfirman :

“ Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak mengerti.”

Bahkan Allah pun memberikan perumpamaan seperti binatang bagi mereka yang tidak mau mendengar perintahnya. Mereka tidak memanfaatkan karunia yang telah dianugerahkan padanya dengan cara yang benar. Dalam perumpamaan tersebut Allah menegur manusia bahwasannya meskipun kita dikarunia telinga, tetapi kita tidak menggunakannya untuk mendengar kecuali setelah diteriaki. 

Meskipun Allah memberikan karunia mata untuk melihat, namun tetap saja kita tidak memanfaatkan penglihatan itu dengan baik. Misalnya ada dua jalan. Yang satu jalan menuju kemaksiatan. Yang satu lagi jalan menuju Ridho Tuhan. Kita tahu bahwa jalan menuju kemaksiatan hanya akan membuat hidup kita menderita. Namun toh kita tetap saja memilihnya. Ini menandakan bahwa meskipun kita memiliki mata yang mampu untuk melihat, namun kita memilih untuk membutakannya (tidak memfungsikannya).

Begitu pun dengan mulut kita. Tuhan menganugerahkan mulut untuk dimanfaatkan dengan mengatakan kebenaran. Namun toh kita justru sering menggunakannya untuk tujuan lainnya. Misalnya berghibah, menyakiti hati orang lain, atau pun memilih mengatakan hal yang bohong.

Jadi intinya Tuhan mengingatkan kepada kita bahwa segala hal yang telah dianugerahkan, jika kita tidak memanfaatkan dengan semestinya, sama saja seperti seekor binatang yang memiliki telinga, mulut dan mata namun tetap tidak mengerti juga karena tidak menggunakan akalnya.

Hmm.. jadi kira-kira apa yang tidak kita maksimalkan sehingga Tuhan mengibaratkan kita seperti binatang ?

“Akal Pikiran ! Tuhan menganugerahkan kita akal pikiran agar difungsikan secara maksimal !

Dengan akal pikiran, kita bisa memerintahkan telinga untuk mendengar. Mendengar ketika orang lain menyampaikan pendapat, mendengar nasihat, mendengar informasi dan data sebagai sumber ilmu pengetahuan. Jangan hanya mendengarkan ghibahan saja. Ya tapi kalo dalam ghibahan tersebut ada value baik yang bisa kita terapkan, ya gak apa-apa juga sih. Hihi.. Lupakan isi ghibahan yang buruk ! Terapkan isi ghibahan yang baik dan bermanfaat serta semakin mendekatkan diri kita pada Allah SWT.

So, ketika teman kalian ada yang hanya mengangguk-angguk saja ketika diajak curhat atau berghibah. Mungkin dia hanya ingin memfungsikan telinganya untuk mendengar dengan maksimal. Bukan berarti dia bodoh hanya karena tidak langsung memberikan respons terhadap ceritamu. Begitu gaes !

Dengan akal pikiran juga, kita bisa memerintahkan mulut untuk tidak berkata kasar atau berbohong. Dengan akal pikiran kita bisa memerintahkan mata untuk tidak melihat hal yang membuat murka Allah SWT. Misalnya menonton film porno atau melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihat !

Kira-kira begitulah kurang lebih tentang bagaimana kita harus bersikap, supaya tidak disamakan dengan binatang oleh Allah SWT. Manfaatkan lah anugerah Allah yang paling utama, yaitu akal pikiran sehingga kita memililiki akal sehat. Hihihi..

Lanjut ke Darwin, pada tahun 1838 Darwin memulai penyelidikan secara rinci terhadap seleksi alam setelah ia merasa kebingungan dengan distribusi geografis satwa liar dan fosil yang ia temukan dalam pelayarannya. Telah lama Darwin memiliki ide tentang evolusi di mana ia meyakini bahwa semua spesies memiliki hubungan satu sama lainnya dan mempunyai “common ancestor” dan melalui proses mutasi, akan muncul spesies baru. Namun ia merasa penasaran tentang bagaimana cara terjadinya hal tersebut.

Well, mungkin jika Darwin saat itu belajar tentang filsafat Ibnu Arabi tentang Nur Muhammad, ia bisa mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya itu ya ? Bisa jadi loh ya ? Karena terkadang segala sesuatu itu ada yang masih disimpan oleh Allah SWT. Dan masih dibiarkan menjadi misteri atau hal gaib. Oleh sebab itulah, kita dianjurkan untuk mempercayai hal gaib (yang belum Allah tunjukkan kepada kita. Kecuali sampai waktu tertentu yang dikehendaki olehNya). Karena kehendak Allah pula lah Darwin tidak belajar tentang filsafat Ibnu Arabi. Sehingga segala sesuatu memang masih menjadi Misteri Ilahi. Allahu Akbar !

Dalam rasa penasarannya tentang teori evolusi dan seleksi alam tersebut, secara kebetulan, ia membaca tulisan dari Thomas Malthus yang berpendapat bahwa :

“Populasi manusia akan bertambah lebih cepat daripada produksi makanan. Hal ini menyebabkan manusia mulai bersaing satu sama lain untuk memperoleh makanan dan menjadikan perbuatan amal sia-sia.”

Teori ini kemudian diadaptasi oleh Darwin untuk menyimpulkan ide gagasannya. Ia kemudian membuat kesimpulan bahwasanya :

“ Manusia cenderung untuk bertambah dalam tingkat yang lebih besar dari pada caranya untuk bertahan. Akibatnya, sesekali ia harus berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi alam akan mempengaruhi apa yang apa yang terletak dalam jangkauan ini.” (Descent Of Man, Ps. 21).

Mei 1839, ketika Sang Kapten HMS Beagle, Fritzroy menerbitkan laporannya, Journal dan catatan Darwin mendapatkan sambutan hangat. Pada akhir tahu 1839, ia memutuskan untuk menerbitkan tulisan tersebut sendiri dan mampu menyita perhatian masyarakat luas. Buku itu kemudian dikenal dengan The Voyage Of The Beagle.

Pada tahun 1858 ia kemudian memberanikan diri untuk menulis tentang teori evolusi yang ia yakini setelah Alfred Russel Wallace memberikan dorongan kepadanya untuk menerbitkan gagasan dalam sebuah buku. Ia kemudian menyelesaikan tulisannya dan menerbitkannya di tahun 1859 dengan judul The Origin Of Species. Secara tidak terduga, justru buku tersebut malah laku keras. Bersamaan dengan itu, ia pun juga menghadapi kontroversial.

Meskipun dalam buku The Origin Of Species, Darwin tidak membahas evolusi secara gamblang dan terang-terangan, namun ia tetap mendapat banyak pertentangan dari kaum ilmiah, masyarakat apalagi kaum agamawan. Dalam periode tersulit ini Darwin didampingi oleh Thomas Huxley, yang dijuluki sebagai “Darwin Bulldog”. Huxley mampu membela Darwin dari serangan-serangan secara jitu dan tajam. Terutama saat ia berdebat dengan Bishop Samuel Wulberforce.

C. DARWIN’S JOURNAL

Tree Of Life

Salah satu bukti manuskrip yang dimiliki oleh Charles Darwin adalah sketsanya yang menjadi dasar tentang pemahamannya terhadap teori-teorinya, yaitu “tree of life”. Journal ini sempat dicuri selama kurun waktu hampir 20 tahun, namun kemudian telah kembali lagi ke perpustakaan Universitas Cambridge pada 9 Maret 2022 lalu. 

Tree Of Life adalah sketsa yang dibuat oleh Darwin pada tahun 1837, di mana merupakan sebuah map tentang evolusi dan hubungan antar spesies. Yang menarik, di bagian atas dari sketsa tersebut ada tulisan “i think”. Saat ia membuat catatan ini, diperkirakan umurnya sekitar 28 tahun.

Menurut Jim Secord, seorang profesor sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan dari Universitas Cambridge mengatakan bahwa isi notebook ini di antaranya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang dari mana datangnya spesies ? Dari mana asal usul dari spesies, dll. 

Setidaknya ada sekitar 15 buku yang ia tulis ketika mengikuti pelayaran bersama HMS Beagle selama kurun waktu sekitar 5 tahun. Isi jurnalnya pun bermacam-macam. Ada tentang hasil observasinya, penjelasan spesies penemuannya dan catatan tentang personal development yang ia dapatkan selama misi pelayaran tersebut. 

Pocket Diary milik Charles Darwin merupakan notebook yang ia gunakan untuk merekam progres kegiatannya. Dari mulai tentang observasinya hingga hal pribadinya. Pada 6 September 1838 ia mulai mencatat apa yang dilaluinya, segala peristiwa dari mulai 1809 hingga Desember 1881. Semacam biografi yang ia catat sendiri.

Kebanyakan pada bagian awal dari jurnalnya, ia membagi dua bagian. Di bagian sebelah kiri ia isi dengan hasil pekerjaan tentang sains, sementara bagian sebelah kanan ia isi dengan hal-hal yang lebih personal. 

D. THINGS WE LEARN


Dari isi jurnal Charles Darwin kita bisa belajar tentang beberapa hal, di antaranya :
  • Catatlah pertanyaan atas rasa penasaranmu tentang sesuatu, apa pun itu. Terkadang dari pertanyaan itu, kita akan mendapatkan jawaban-jawaban yang dibutuhkan. Rasa ingin tahu kita terhadap suatu topik bahkan akan membuat kita mampu menyelami topik yang lainnya, sehingga wawasan kita pun jadi ikut bertambah. Seperti misalnya, dari mana kita berasal ? Mau ke mana tujuan kita dalam hidup ini ? Bentuk kematian seperi apa yang ingin kamu miliki ? (ini agak serem ya ?), dst.
  • Ide atau gagasan. Dari journal Darwin kita bisa belajar bahwa sekecil apa pun hal yang muncul dalam diri kita, suatu hari nanti akan membangun sebuah pemikiran yang luar biasa. Walaupun nantinya akan ada pro dan kontra. Dan itu tidak masalah.
  • Mind Map. Tree Of Life yang merupakan coretan ide Darwin, bisa jadi cikal bakal mind map ya ? Hihihi.. Bahwa segala sesuatu itu saling memiliki hubungan satu sama lain. Hanya saja mungkin kalo pas di area persimpangan, kitanya jadi gak bisa sinkron satu sama lainnya. Walhasil banyak ide dan gagasan kita jadi saling berlawanan. Hihihi..
  • Pengalaman. Kisah pengalaman atau peristiwa yang kita lalui biasanya akan menjadi suatu rekam jejak dari pertumbuhan atau pengembangan yang ada dalam diri kita. Pasti akan ada perubahan yang bisa kita amati dari proses penulisan tersebut. Entah itu tentang cara berpikir kita, cara kita menghadapi masalah, atau bahkan selera makan dan berpakaian pun bisa kita lihat perubahannya.
  • Mencatat progres setiap proyek yang ia lakukan. Kita mengetahui bagaimana cara Darwin dalam perumuskan teorinya berdasarkan manuskrip yang ditinggalkannya. So, bisa jadi curhatan kita di masa sekarang akan menjadi sumber ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang. Siapa tahu ya kan ? Hahaha..
  • Dari catatan Darwin saya pun jadi pingin mencatat tentang timeline hidup saya dari kecil hingga sekarang. Hahaha.. Siapa tahu suatu saat akan berguna untuk diri saya sendiri atau orang lain, yekan ? Tapi kira-kira saya masih ingat gak ya ? Hahaha..
Menulis journal itu tidak hanya tentang curhatan kita sehari-hari saja, tetapi kita bisa mengisinya dengan banyak hal. Misalnya saja tentang hasil riset yang kita lakukan, event yang menurut kita penting dan lain-lain. Apa pun yang bisa dideskripsikan dengan kata-katamu, tulislah ! Hahaha..

E. MY PERSPECTIVE


Saat membuat tulisan ini, sebenarnya ada sudut pandang yang ingin saya sampaikan terkait penemuan Charles Darwin. Sebuah perspektif yang menurut saya cukup sederhana dan sedikit bisa menjembatani konflik tentang bagaimana teori ini berkembang di masyarakat. Walaupun perspektif ini tidak mutlak kebenaranya ya ? Hehehe.. namanya juga perspektif.

Yang namanya perspektif mah boleh apa aja ya. Kebetulan sudut pandang ini saya ambil dari sisi intelektual dan spiritualnya. Jadi saya akan menyambungkan penemuan Darwin ini ke dalam ranah spiritual. Dalam hal ini berhubungan erat dengan Alquran.

Sebagai hamba Tuhan dan seorang mukmin, hihi.. saya selalu berusaha berkaca pada pedoman kitab tertinggi di dalam Islam yaitu Alquran. Bagi saya penemuan tentang fosil yang diperoleh Darwin tentang manusia kera adalah sebuah pembuktian tentang kebenaran dalam Alquran.

Penemuan fosil oleh Darwin adalah bukti bahwa Alquran itu benar. Sementara teori evolusi yang disimpulkan oleh Darwin itu adalah atas dasar pemahaman Darwin sendiri di mana banyak kelemahan di dalamnya. Artinya teori tersebut hanya sebagai hasil perspektif, sama seperti yang saya lakukan saat ini. Sementara penemuannya adalah bukti bahwa firman Allah dalam Alquran itu benar.

Jadi begini, (hihihi..) jika kita membaca QS Al Baqarah ayat 65, di mana Allah berfirman :

“ Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka. “Jadilah kamu kera yang hina !”

Ayat ini merupakan rentetan dari suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi Musa AS, di gunung Sinai di mana umat Nabi Musa kala itu ingkar akan nikmat Allah yang telah diturunkan kepada mereka. Mereka tidak puas akan rezeki yang telah dikaruniakan sehingga mereka meminta Nabi Musa untuk berdoa kepada Allah agar menambah nikmat lainnya.

Kemudian keingkaran mereka pun masih berlanjut hingga pada suatu hari, di hari Sabat, mereka melakukan pelanggaran, yang kemudian membuat Allah SWT murka dan kemudian berfirman seperti yang tertulis di dalam QS Al Baqarah ayat 65 tersebut.

Sebagai seorang manusia yang butuh bukti ilmiah tentu saja sebagian manusia diliputi banyak pertanyaan tentang kebenaran dan bukti dari kemurkaan Allah SWT tersebut. Bahkan pada saat itu pun, sang Kapten HMS Beagle pun juga berniat untuk mencari pembuktian yang pernah tertulis di Injil. (Bisa jadi isinya kurang lebih sama ya ? Entahlah, saya belum pernah tamat baca Injil soalnya).

Atas ijin Allah SWT, Darwin dan HMS Beagle diberikan anugerah untuk menemukan fosil tentang manusia kera. Sayangnya, saat itu Darwin bukan seorang mukmin, jadi mungkin ia tidak membaca AlQuran. Namun sebagai seorang ilmuwan yang perlu meninggalkan sebuah legacy, tentu saja dia harus merumuskan apa yang telah ditemukannya berdasarkan data-data yang ia miliki. Dari situ lah kemudian ia membuat kesimpulan tentang teori evolusi. Yang pada akhirnya menjadi sebuah teori yang justru berlawanan dengan ranah agama.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah :
  • Bahwa penemuan Darwin itu adalah sebuah fakta dan bukti tentang keberadaan manusia kera yang tertera di Surat Al Baqarah,
  • Sementara teori Darwin adalah perumusan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui olah pemikiran dari data tersebut dan juga perspektif yang diambil oleh Darwin berdasarkan pengetahuan dan latar belakangnya.
  • Dalam hal ini teori tersebut sudah bukan fakta seutuhnya. Tetapi ada penambahan sudut pandang yang dimiliki oleh Darwin.
Sepertinya Pak Darwin terlalu terburu-buru menyimpulkan tentang asal usul manusia kala itu. Seandainya saja beliau waktu itu baca Surat Al Baqarah, mungkin lain ceritanya ? Ah tapi sudahlah ! Ini juga perspektif saya kok ! Hahaha..

Saya jadi ingat tentang pentingnya kecerdasan spiritual yang perlu dimiliki oleh orang-orang yang diberi jenis kecerdasan lainnya oleh Allah SWT. Dengan adanya kecerdasan spiritual, sesungguhnya manusia bisa melihat segala sesuatu dengan cara yang lebih utuh. 

"Kecerdasan spiritual adalah bentuk kemampuan manusia dalam memahami realita yang tidak bisa dibuktikan dengan panca indera semata."

Dunia itu unik, ada yang Tuhan ekspose agar kita bisa mengenalinya dengan mata telanjang, dan juga hal yang membutuhkan kecerdasan spiritual untuk memahaminya. Akan selalu ada rahasia-rahasia Tuhan hanya yang bisa kita kenali memalui pemahaman spiritual. Itulah yang membentuk "keyakinan". Ada yang selalu gaib, dan hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahuinya.  Namun yang pasti, sebagai seorang mukmin saya harus percaya bahwa Darwin dikirimkan ke dunia oleh Allah SWT untuk menunaikan tugasnya dalam menemukan fosil-fosil sebagai sebuah bukti kebenaran Alquran. Setidaknya dia sudah menunaikan tugasnya. Selebihnya adalah Kuasa Allah yang akan mengurus semuanya.

Kita tahulah ya, sebagian masyarakat barat (gak cuma barat dink, hehehe.. di mana-mana selalu ada) itu kan butuh bukti untuk bisa percaya adanya Tuhan. Ya walaupun kadang ada juga yang sudah dikasih bukti nyata tetapi tetap tidak percaya juga. Ya gak masalah ! Lagi-lagi setiap orang memiliki perspektif berbeda dalam menangkap sebuah informasi yang ia terima. Jadi biarkan itu menjadi tanggung jawab masing-masing dihadapan Tuhan kelak.

Pada akhirnya Charles Darwin memilih menjadi Agnostik pada tahun 1851, setelah sebelumnya ia merupakan seorang pemeluk Kristen. Dan jangan lupa, bahwasannya ekspedisi HMS Beagle itu terjadi karena pertimbangan Darwin sebagai seorang pendeta oleh Fritzoy.

Ah seandainya waktu itu dia ketemu dengan seorang Ustadz seperti Habib Jafar, InshaAllah ia malah ikutan Log in. Hihihi.. (apa iya ?).

Paling tidak, kita bisa berterima kasih pada Charles Darwin bahwasannya penemuannya tersebut menjadikan kita lebih beriman lagi kepada Allah SWT dan Rosul-rosulNya. Karena apa yang diriwayatkan dalam AlQuran, telah Allah genapkan buktinya melalui penemuan Charles Darwin. Dan dengan bukti itu sebagai umat Islam kita seharusnya semakin mencintai Allah, rosul dan kitabNya.

"Al Quran tidak ada keraguan di dalamnya !"

Saya melihat sosok Darwin ini adalah orang yang memang dikirimkan oleh Tuhan untuk membangunkan umat manusia yang telah lama tertidur dengan kenyamanan hidupnya. Teorinya yang kontroversial pada akhirnya membuat beberapa orang kemudian “berpikir” atau memanfaatkan akal pikirannya yang selama ini mungkin dibiarkan tertidur.

Dengan teori yang cukup kontroversial. Akan membuat manusia lainnya atau generasi berikutnya untuk berpikir tentang kebenaran yang diungkapkannya tersebut. Allah itu selalu menciptakan segala sesuatu tidak pernah sia-sia. Pasti ada makna dan kesan tersembunyi yang ingin disampaikan Allah SWT kepada umat manusia dengan teori evolusi yang dirumuskan Darwin.

Lagi dan lagi, tokoh-tokoh yang cukup fenomenal di dunia ini sesungguhnya dikirimkan oleh Allah SWT untuk mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana cara mereka berpikir. Misalnya saja, untuk mematahkan teori Darwin, otomatis harus ada manusia lainnya yang melakukan penelitian serta mengungkapkan data-data yang ditemuinya, serta merumuskan dasar pemikirannya sehingga tercipta teori baru yang bisa mematahkan teori sebelumnya.

Begitulah hukum Tuhan bekerja. Saling melengkapi satu sama lainnya meskipun sekilas kita melihatnya saling bertentangan satu sama lainnya. Pertentangan dihadirkan agar ada upaya untuk sebuah penyelesaian. Gimana kita bisa punya banyak ilmu untuk menyelesaikan sesuatu jika tidak ada triggernya, yekan ? Begitulah kurang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

  • Wikipedia. Charles Darwin. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://www.wikipedia.org/wiki/Charles_Darwin
  • Pisani, Joseph. 5 April 2022. Two Charles Darwin Notebooks Disappear More Than 20 Years Ago. They Mysteriously Reappeared. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://www.wsj.com/articles/two-charles-darwin-notebooks-disaapeared-more-than-20-years-ago-they-mysteriously-reappeared-116418737
  • Jones, Rebecca. 24 November 2020. Charles Darwin : Notebooks Worth Million Lost For 20 Years. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://www.bbc.com/news/entertainment-arts-55044129.amp
  • Mikkelsen, Jakob-Brogger. 2 Desember 2016. Famous Friday : Charles Darwin and His Journal. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://blog.reflecty.io/famous-friday-why-charles-darwin-kept-a-journal-15c07c774
  • American Museum Of Natural History. Darwin’s Diaries And Journal. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://amnh.org/research/darwin-manuscripts/journal-diaries
  • Bionity.com. Charles Darwin. Diakses pada 7 Januari 2023 dari https://bionity.com/en/encyclopedia/Charles_Darwin.html

Post a Comment

0 Comments