JANGAN BERHENTI KULIAH DI TENGAH JALAN ! NANTI MENYESAL !

Jangan Berhenti kuliah !


[ewafebri.com] JANGAN BERHENTI KULIAH DI TENGAH JALAN  ! NANTI MENYESAL !
Tema ter-menyesakkan dada selama challenge ini. Memori yang ingin saya kubur, tapi juga ingin saya jadikan pelajaran hidup. Pingin pake tema pengganti sih, tapi pingin berani jujur sama diri sendiri juga. Hahhaa.. Dilema ini judulnya, Jangan Berhenti Kuliah Di Tengah Jalan.

Mumpung temanya mengena banget, sekalian saya curhat. Siapa tahu setiap membaca postingan ini lagi, saya jadi gak gampang menyerah. Hehhe.. ! Berat memang saat mengingat kembali, tapi saya akan jadikan hari ini titik balik untuk bersemangat lagi. Hihi..  Apa sih yang paling saya sesali sampai saat ini. 

PUTUS KULIAH DI TENGAH JALAN


Hal yang paling saya sesali adalah tidak melanjutkan kuliah karena satu dan lain hal. Postingan Blog kali ini sebagian besar adalah curhatan dan juga reminder buat adik-adik yang cepat sekali menyerah kayak saya. Percayalah, penyesalan itu adanya di belakang. Gak pernah ada di depan. Hihihi..


jangan pernah berhenti kuliah


Saya akan cerita sedikit tentang sejarah perjalanan sekolah ewafebri. Saya dulu lahir dan besar di kota Banyuwangi. Ujung timur pulau Jawa. Tepatnya saya menghabiskan masa sekolah saya di kota kecil yang namanya Genteng.

SEJARAH SEKOLAH EWAFEBRI


Sekolah Dasar saya berada di dusun Pandan, desa kecil yang masuk wilayah kecamatan Genteng. Menginjak SMP saya melanjutkan di SMP Negeri 1 Genteng. Sekolah yang menurut saya saat itu sangat Favorit dan yang terbaik. Lulusannya Kece-kece banget sekarang, sayangnya tidak termasuk saya. Hahhaa..

Menginjak Sekolah Menengah Atas, saya melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Genteng. Yang terkenal dengan sebutan SMADA Genteng. Sekolah yang bebas kemacetan karena sekolah kami sangat mewah (Mepet Sawah). Banyak kenangan yang saya dapet di Sekolah ini, termasuk kenangan saat bolos sekolah lewat area persawahan. Hahha.. (okay ! Don't Try This For Your Own Guys !). 


smada genteng banyuwangi
Credit : Kemendikbud 


Saat SMA saya memilih kelas Bahasa. Pertimbangannya saat itu saya pikir pelajarannya lebih santai dibandingkan IPA atau IPS (kalian pasti tahu saya anak jaman kapan.. hahha.. kalo sekarang kan udah beda, entah IPA atau IPS masih ada atau gak ? ). Nah di kelas Bahasa ada pelajaran Bahasa Jepang, Bahasa yang kelak saya ingin pelajari di bangku kuliah.

Hehhe.. saya termasuk anak yang aktif di kelas dalam hal bahasa Jepang, walaupun bukan yang terpintar 😂 (Sayangnya sekarang udah lupa semua). Bahkan Bu Guru saya sempet mengajak saya ikutan lomba pidato bahasa Jepang di Konjen Surabaya. Menang ? Jelas tidak..! Saya hanya tim penggembira. Hahha..

DRAMA KULIAH


Lulus SMA, drama kehidupan pun dimulai. Saat itu saya mengikuti UMPTN (Sama seperti SNMPTN kalo jaman now, hihi.. ). Dan sebenarnya saya diterima ke dalam Jurusan Bahasa Dan Daerah Universitas Jember. Entah kenapa pilihan saya jatuh ke jurusan itu , padahal saat pendaftaran, seingat saya, saya memilih jurusan Sastra Jepang Udayana dan  Bahasa Inggris di UNEJ.

Mungkin saat pendaftaran saya keliru mengisi formulirnya. " Wadezig "..  Tapi karena saya jiper dengan jurusan yang salah (kok bisa salah sih ? Dooooh ), akhirnya saya memilih melanjutkan ke  Universitas Swasta.

UNIKOM Bandung adalah pilihan saya, karena dalam selebaran yang saya terima, di Unikom ada jurusan Bahasa Jepang. Bahagia donk ! Gak diterima di Udayana, bisa melanjutkan pendidikan di UNIKOM. Saat itu Unikom tergolong Universitas baru, peralihan dari Sekolah Tinggi Bahasa Jerman. Sebelumnya saya juga pernah membahas tentang sekolah ini di postingan Inspiring People : Sofieryu.


Alumnus Unikom Bandung
Credit : Unikom.ac.id


Sesampainya di UNIKOM, saya agak sedikit kecewa. Karena ternyata Bahasa Jepang belum di buka untuk tahun itu. Herannya kenapa dulu saya gak nelpon dulu ya ? Jauh-jauh dari Banyuwangi ke Bandung, hasilnya ZONK ! Hadeeh.. !

Karena udah kepalang tanggung, akhirnya saya milih jurusan seadanya dan semampunya. Setelah melihat-lihat brosur, saya memutuskan masuk ke jurusan Manajemen Informatika. Pertimbangannya sih waktu itu, kalo manajemen gak bakalan banyak pelajaran hitung-hitungan. Ternyata Salah sodara !. Hahaha..

Justru di Manajemen informatika saya terjebak dalam pelajaran Kalkulus, Algoritma, Fisika bahkan Akuntansi. Pelajaran yang selama ini saya hindari saat SMA. Hadeeeh.. Buang Permata, kena batunya. Hahhaa..

Pada saat itu saya mengambil program Diploma 3, karena dari awal saya tahu bakalan sesak nafas belajar Informatika. Hahha.. lagi pula kala itu rencana saya sebenarnya adalah ingin mengikuti ujian UMPTN selanjutnya di UPI Bandung untuk program Bahasa Jepang. Tapi namanya rencana terkadang tinggal rencana ya Gaes !

CUTI KULIAH UNTUK MENAMBAH PENGHASILAN


Setelah berjuang selama 4 Semester di UNIKOM, saya mulai mengalami gejolak jiwa. IPK mah gak pernah bagus.. huhuhu.. 3,1 udah paling maksimal. Sampai akhirnya saya mengajukan Cuti saat memasuki Semester 5.

Pertimbangannya saat itu saya ingin ke Jakarta mencari kerja, untuk uang tambahan. Maklum masa itu keuangan keluarga tidak mencukupi untuk membayar uang kuliah, sewa tempat,  bahkan biaya hidup sehari-hari. Akhirnya dengan berat hati saya ke Jakarta mengadu nasib.

bowgel cry


Satu semester telah berlalu, saking sibuknya (entah sibuk ngapain, hahaha), saya lupa kalo harus memperpanjang masa cuti kuliah, atau melanjutkan lagi. O.M.G , tahu-tahu saya udah drop out ! Hadeeh.. ! Saya rasa proses itu yang saya sesali hingga saat ini.

Baca Juga : Blog Challenge Lainnya .


PENYESALAN BERHENTI KULIAH


Ada banyak daftar andai di kepala saya. Hahha.. Dan saat ini semuanya sudah gak berguna. Untuk menghibur diri, saat itu saya sering mengatakan pada diri sendiri bahwa untuk mendapatkan kerja gak harus selalu menjadi sarjana. Yang penting etos kerja. Kalo kita memiliki kemampuan, pasti uang tak akan ke mana.. (Rumus dari mana ini..  ? Hahhaa.. )


Saya seringkali berandai-andai ..


  • Andai waktu itu saya punya tekad mencari uang tambahan jadi pekerja part time. Jadi gak melulu ngandelin kiriman uang. 
  • Andai waktu itu saya aktif bertanya, terutama ke teman-teman saya tentang informasi registrasi.
  • Andai tahun ke 2 saya benar-benar ikut UMPTN lagi ke UPI
  • Andai saya tetap masuk jurusan Bahasa dan Daerah di Unej.
  • Andai saya punya keberanian untuk memutuskan
  • Andai saya punya keberanian untuk mengambil resiko dan keluar dari zona nyaman. 


Infographic jangan berhenti kuliah di tengah jalan


Kenyataannya tak seperti itu Gaes. Di dalam dunia kerja, 1 lembar ijazah yang saya pikir tak akan menentukan masa depan, nyatanya menjadi pertimbangan utama. Baru selanjutnya kemampuan kita bekerja dibuktikan. Hahaha.

4 ALASAN JANGAN BERHENTI KULIAH


Karena itu buat adik-adik yang sedang kuliah dan ingin menyerah ingatlah 4 hal ini :


tetaplah sekolah


  • Saat kalian melamar kerja , Ijazah tetap menjadi modal utama. Itu adalah parameter atau acuan yang digunakan perusahaan untuk mengetahui (sekilas) kemampuan kita dalam bekerja. Meski juga didukung dengan wawancara, test psikotes dan lainnya. 
  • Saat kalian sudah diterima, ijazah juga menjadi pertimbangan untuk naik ke jabatan tertentu. Entah dari tidak tetap ke tetap, atau naik 1 level.  ijazah tetap menjadi acuan.
  • Ijazah juga menjadi acuan untuk jumlah gaji kita. 
  • Kemampuan akademis akan dibuktikan saat kita masuk kerja. Tentang etos kerja dan lainnya. Tapi yang utama, Ijazah tetap harus ada. 

Jadi ingat-ingat ! Kalo kalian mau menyerah di tengah jalan, pertimbangkan 1 lembar yang berharga itu. Ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan lebih baik, tentu juga harus mempertimbangkan pendidikan. Mau gak mau, tapi memang itu kenyataan yang terjadi. Hihi.. 

Kecuali, jika kalian ingin menghasilkan pundi - pundi dari usaha sendiri. Atau justru bercita-cita ingin membuka usaha untuk diri sendiri dan orang lain. Keuletan bisa menjadi senjata utama yang ampuh. 



Syukur... Alhamdulilah. Meskipun saya melewati jalan berliku, saya bisa menikmati hidup yang layak dan lebih baik. Tak semewah orang lain, tapi saya bisa bersyukur karena kebutuhan primer (sandang, pangan  dan papan - meski kost, hahaha) saya sebagai manusia sudah terpenuhi. 

Yang tersisa saat ini adalah saya sudah tidak ingin meratapi nasib yang telah lalu. Walau kadang penyesalan itu sering kali muncul kembali. 

Hihihi.. tak apalah menjadi reminder untuk tidak mudah menyerah lagi, dan berani keluar dari zona nyaman yang mengelilingi diri. Saya yakin  jika bukan karena lika-liku tersebut, mungkin saya tak akan menjadi seperti sekarang. Hehhe.. 

Bangkit dan belajar lagi ! Dari sekolah yang sebenarnya, Sekolah Kehidupan ! Hahhaa...