[ewafebri.com] | Ramadan dan Self-Discovery: Cara Mengenal Diri Lebih Baik.
Ramadan adalah momen yang tepat untuk melakukan refleksi diri yang mendalam. Dalam perspektif psikologi, self-discovery atau mengenal diri sendiri adalah proses memahami emosi, nilai-nilai, serta tujuan hidup.
Menurut teori psikologi humanistik Abraham Maslow, manusia memiliki kebutuhan aktualisasi diri, yaitu proses pencarian makna dan pemenuhan potensi diri. Lantas, apa relasi psikologi dan Ramadan?
Ramadan dan Self-Discovery: Cara Mengenal Diri Lebih Baik
Relasi dengan bulan Ramadan adalah Allah SWT menyediakan ruang bagi kita untuk introspeksi dengan mengurangi distraksi duniawi, sehingga kita bisa lebih fokus pada pencarian makna hidup dan jati dirinya.
Dalam Islam, Ramadan dipandang sebagai bulan penyucian jiwa dan peningkatan ketakwaan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perilaku buruk, amarah, serta hawa nafsu yang tidak terkendali.
Dalam Islam, Ramadan dipandang sebagai bulan penyucian jiwa dan peningkatan ketakwaan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perilaku buruk, amarah, serta hawa nafsu yang tidak terkendali.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." ~ Al-Baqarah [2]:183
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk ketakwaan, yang dalam konteks self-discovery dapat diartikan sebagai mengenali dan memperbaiki diri agar lebih dekat dengan nilai-nilai spiritual.
Pandangan Filsafat Tentang Ramadan?
Dari perspektif filsafat, Ramadan bisa dipahami sebagai waktu untuk merenungkan hakikat keberadaan manusia (eksistensi).Filsuf seperti Socrates mengajarkan bahwa "Kenalilah dirimu sendiri [know thyself]" adalah dasar kebijaksanaan.
Mengenal diri, juga dianjurkan dalam Islam, di antara terdapat dalam QS, Al Hasyr Ayat 19, yang berbunyi:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ"Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik. " ~ Al-Ḥasyr [59]:19
Berdasarkan Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah menyebutkan makna dari ayat ini adalah:
"Wahai orang mukmin, kalian jangan seperti orang-orang yang meninggalkan perintah dan hak Allah. Mereka tidak melakukan ketaatan dan disibukkan dengan dengan dunia. Maka Allah menghukum mereka dengan menjadikan mereka lupa kepada hak jiwa mereka. Mereka tidak mengerjakan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi mereka di akhirat. Merekalah orang-orang yang benar-benar telah keluar dari ketaatan kepada Allah"
Betapa meruginya kita, jika di dunia yang hidup hanya sekali ini, kita tidak diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk mengenal diri karena kita terlalu sibuk mengejar dunia dan mengabaikan Pemilik Semesta, Allah SWT.
Ramadan memberikan kesempatan kita untuk mendekatkan diri dengan banyak mengingat Allah SWT (tafakur). Puasa melatih manusia untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada materi duniawi, sehingga kita bisa lebih objektif dalam berpikir, termasuk mengenali siapa diri kita ini.
Muhasabah
Salah satu cara efektif dalam proses self-discovery selama Ramadan adalah dengan melakukan muhasabah atau introspeksi diri.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." ~ Al-Ḥasyr [59]:18
Ayat ini mendorong manusia untuk selalu mengevaluasi tindakan mereka. Dengan melakukan refleksi setiap hari, seseorang dapat mengidentifikasi kelemahan serta potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sudut Pandang Psikologi Modern
Dari sisi psikologi modern, praktik seperti journaling, mindfulness, dan dzikir selama Ramadan dapat membantu seseorang lebih memahami dirinya sendiri.Dzikir dan shalat malam, misalnya, bukan hanya ibadah, tetapi juga teknik relaksasi dan kontemplasi yang dapat meningkatkan kesadaran diri. Ketika seseorang meluangkan waktu untuk mendengarkan dirinya sendiri, ia bisa lebih memahami emosi, pola pikir, dan kebiasaan yang perlu diperbaiki.
Dengan menggabungkan perspektif psikologi, Islam, dan filsafat, Ramadan menjadi momen yang sangat ideal untuk self-discovery. Bulan ini mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan spiritual, emosional, dan intelektual.
Dengan menggabungkan perspektif psikologi, Islam, dan filsafat, Ramadan menjadi momen yang sangat ideal untuk self-discovery. Bulan ini mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan spiritual, emosional, dan intelektual.
Mengenal diri lebih baik berarti memahami kelemahan dan kelebihan diri, serta menyesuaikannya dengan tujuan hidup yang lebih bermakna. Dengan demikian, Ramadan bukan hanya perjalanan ibadah, tetapi juga perjalanan menuju kesadaran diri yang lebih dalam.
Tentang bagaimana saya belajar mengenal diri, prosesnya pernah saya tuangkan dalam eBook Self Journey yang bisa diunduh.
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏