TOKOH WANITA DAN JOURNALNYA : KISAH INSPIRATIF DARI TULISAN DAN BUKU HARIAN

tokoh wanita terkenal yang journaling

[ewafebri.com] | Tokoh Wanita dan Journalnya: Kisah Inspiratif dari Tulisan dan Buku Harian

Buku harian atau journaling adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri, menyimpan kenangan, dan merefleksikan kehidupan. Banyak tokoh wanita yang terkenal menulis journaling atau buku harian sebagai sarana untuk berbagi pengalaman, pemikiran, dan perasaan mereka, baik yang bersifat pribadi maupun publik.

Tokoh Wanita dan Journalnya: Kisah Inspiratif dari Tulisan dan Buku Harian


Bulan ini saya ingin berbagi tentang kisah inspiratif dari para pendahulu kita yang sudah menggunakan jurnalnya untuk berbagi pengetahuan dan gagasan. Buku harian mereka tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Berikut adalah beberapa tokoh wanita dan journalnya yang patut diketahui:

1. Anne Frank: Gadis Remaja yang Menulis Buku Harian Sejarah

Anne Frank Ilustrasi

Anne Frank adalah seorang gadis remaja yang terkenal karena buku hariannya yang mengisahkan pengalaman hidupnya saat bersembunyi dari Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Buku hariannya, yang diberi judul The Diary of a Young Girl, telah menjadi salah satu buku paling terkenal dan berpengaruh di dunia, yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 70 bahasa dan diadaptasi ke dalam berbagai bentuk seni.

Buku hariannya tidak hanya menjadi saksi sejarah tentang kekejaman Nazi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang menghargai kehidupan dan kemanusiaan. Meski ia terlahir sebagai seorang Yahudi bukan berarti kita tidak bisa belajar dari kisahnya. Di dunia ini Tuhan selalu menitipkan ilmu pengetahuan untuk kita pelajari entah dari kisah seseorang atau pun dari manuskrip yang mereka tinggalkan.

Sebagai pencari ilmu pengetahuan dan kebenaran tentu kita juga harus memilah nilai-nilai seperti apa yang perlu kita amalkan dalam kehidupan. Sehingga kehidupan kita akan lebih berkualitas dan bermakna entah dari siapa pun sumber ilmunya.

Pernah suatu ketika saya berhadapan dengan seorang "fulan" yang sering kali menyakiti hati hingga saya pun merasa enggan untuk melihatnya lagi. Namun di suatu kesempatan, ada kisah hidupnya yang bisa saya ambil dan dijadikan pelajaran berharga sehingga ketika saya mengalami suatu kejadian yang sama setidaknya saya bisa belajar bagaimana meresponsnya.

Sejak saat itu saya berupaya untuk tidak membenci kepada siapa pun. Mungkin untuk beberapa kesempatan saya memang lebih memilih untuk membatasi berinteraksi dengan si fulan. Tetapi hal tersebut semata-mata agar kami tidak saling menyakiti lebih banyak lagi. Pun, bukankah ketika kita memilih untuk tidak merespons apa pun perlakuan buruknya, kita akan tetap merasa bersedih hati karena perlakuannya itu. Itulah mengapa (terkadang) menghindar merupakan jalan terbaik agar tidak terjadi interaksi negatif secara terus menerus.

Pun begitu pula saya memandang Anne Frank, ia tidak ada bedanya dengan anak-anak lain yang menjadi korban perang. Saat ini kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan dan penderitaan anak-anak yang menjadi korban perang melalui media atau sosial media. Tetapi zaman dahulu kita hanya bisa mengetahui apa yang terjadi melalui catatan sejarah yang tertinggal, salah satunya milik Anne Frank. 

2. Ruhana Kuddus: Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Ruhana Kuddus adalah seorang jurnalis perempuan pertama Indonesia yang berjuang melalui tulisan-tulisannya yang terbit di koran perempuan Poetri Hindia. Sampai akhirnya, pada 1912, ia mendirikan surat kabar perempuan Soenting Melajoe pada 1912. Tulisannya kerap mengkritik budaya patriarki yang saat itu begitu kental di Sumatra Barat, seperti nikah paksa di bawah umur, poligami, dan pengekangan perempuan terhadap akses-akses ekonomi. Ruhana Kuddus juga menjadi salah satu pendiri organisasi perempuan pertama di Indonesia, yaitu Aisyiyah.

Biasanya seorang journalist akan memiliki buku saku yang akan dibawa ke mana pun mereka pergi untuk mencatat data dan fakta. Jadi tidak heran jika pewarta adalah orang yang rajin membuat tulisan di buku hariannya. Entah itu topiknya tentang hal-hal yang serius atau pun hal personal dan remeh-temeh.

Kebiasaan menulis pada buku harian/saku, akan berdampak ketika kita membuat tulisan dalam bentuk esai atau artikel. Sejujurnya saya pun merasakan bahwa ketika kita malas menulis di buku harian atau jurnal, terkadang ada saja ide dan gagasan yang hilang. Tak hanya itu bahkan terkadang kosakata yang digunakan pun terasa sempit alias begitu-gitu aja atau tidak berkembang. Artinya menulis setiap hari, entah dalam bentuk manual atau digital akan melatih otak kita berpikir dan meramu kata dengan lancar.

3. Christina Martha Tiahahu: Pahlawan Perempuan yang Menulis Surat Perjuangan

Christina Martha Tiahahu Ilustrasi

Christina Martha Tiahahu adalah seorang pahlawan perempuan yang berjuang melawan penjajahan Belanda di Maluku. Ia lahir pada tahun 1800 di Nusa Laut, sebuah pulau berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Ambon, Maluku. Ia bergabung dengan pasukan Pattimura yang dipimpin oleh ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu. Ia terlibat dalam berbagai pertempuran, termasuk penyerangan Benteng Duurstede di Saparua. Ia juga menulis surat-surat yang menyampaikan semangat perjuangan kepada rakyat Maluku. Ia meninggal pada tahun 1818 di kapal Belanda akibat penyakit dan kelaparan.

Kisah Christina Martha Tiahahu mengingatkan saya pada kisah Vincent Van Gogh, seorang pelukis dari Belanda. Dimana kisah kehidupannya baru bisa ditelusuri melalui surat menyurat yang dikirimkan oleh Sang Adik Perempuannya.

Surat menyurat bisa menjadi salah satu manuskrip dan jejak sejarah untuk mempelajari tentang tokoh tertentu. Dari suratnya kita bisa tahu tentang latar belakang, gagasan, bahkan apa yang sedang terjadi di masa itu. Meski biasanya hanya dalam bentuk lembaran, tetapi surat menyurat ini kelak bisa menjadi saksi sejarah tentang perjuangan seseorang.

Setiap masa selalu memiliki caranya sendiri untuk mencatat kisah dan sejarahnya. Di era digital seperti saat ini, manuskrip atau jejak sejarah mungkin sudah tidak lagi dalam bentuk fisik. Tetapi artikel atau tulisan dalam bentuk digital seperti blog atau ebook.

4. Virginia Woolf: Penulis Perempuan yang Menulis Buku Harian Sastra

Virginia Woolf adalah seorang penulis perempuan yang dianggap sebagai salah satu tokoh sastra modernis terbesar. Ia lahir pada tahun 1882 di London, Inggris. Ia menulis novel-novel yang terkenal dengan gaya alir kesadaran, seperti Mrs Dalloway, To the Lighthouse, dan The Waves.

Tak hanya itu, Ia juga menulis esai-esai yang mengkritik patriarki dan menuntut kesetaraan gender, seperti A Room of One's Own dan Three Guineas. Ia menulis buku harian sejak usia 15 tahun hingga sebelum ia bunuh diri pada tahun 1941. Buku hariannya berisi tentang kehidupan pribadi, karier, dan pandangan sastra dan politiknya.

5. Malala Yousafzai: Aktivis Perempuan yang Menulis Buku Harian Perlawanan

Malala Yousafzai adalah seorang aktivis perempuan yang memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan di Pakistan. Ia lahir pada tahun 1997 di Mingora, Swat, Pakistan. Ia mulai menulis buku harian dengan nama samaran Gul Makai untuk BBC Urdu pada tahun 2009, saat Taliban menguasai wilayahnya dan melarang perempuan bersekolah.

Ia menulis tentang kehidupan sehari-hari, tantangan, dan harapannya sebagai seorang siswi di bawah ancaman Taliban. Ia juga berpidato dan berkampanye untuk hak pendidikan perempuan. Pada tahun 2012, ia ditembak di kepala oleh seorang anggota Taliban saat pulang sekolah. Ia selamat dan terus berjuang untuk hak pendidikan perempuan. Ia mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014, menjadi penerima Nobel termuda dalam sejarah.

Rangkuman

Buku harian adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri, menyimpan kenangan, Sejarah dan merefleksikan kehidupan. Banyak tokoh wanita yang menulis buku harian sebagai sarana untuk berbagi pengalaman, pemikiran, dan perasaan mereka, baik yang bersifat pribadi maupun publik. Buku harian atau journal mereka tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Tokoh wanita dan journalnya adalah kisah inspiratif yang patut diketahui dan diteladani.

Kita memang tidak diwajibkan untuk mengikuti cara hidup mereka. Tetapi paling tidak kita bisa belajar tentang nilai-nilai mulia yang bisa kita temukan dalam kehidupan mereka. Misalnya tentang perjuangan, keberanian dan kebijaksanaan.

Kita juga harus meyakini bahwa setiap manusia memiliki kebaikan dan ketidak-sempurnaan dalam dirinya masing-masing. Maka ketika kita terinspirasi oleh seseorang bukan berarti kita terobsesi untuk mengikuti kehidupan mereka sepenuhnya. Amalkan sifat yang mulia dan tinggalkan sifat-sifat yang tak terpuji. Itu kunci kehidupan di jalan kebenaran.

(Credit images : Canva dan Illustrasi dari AI (Artificial Intelligence, Dall E 3)

Referensi

  1. 21 Perempuan Hebat yang Berhasil Mengubah Sejarah Dunia - IDN Times. Diakses pada 5 Februari 2024 dari https://www.idntimes.com/life/women/markus-yohannes/21-perempuan-mengubah-sejarah-c1c2.
  2. Selain Kartini, Ini 7 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Berjuang untuk .... Diakses pada 5 Februari 2024 dari https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/21/192800565/selain-kartini-ini-7-pahlawan-perempuan-indonesia-yang-berjuang-untuk?page=all.
  3. 5 Tokoh Feminisme: Para Pahlawan Kesetaraan Perempuan. Diakses pada 5 Februari 2024 dari https://riliv.co/rilivstory/tokoh-feminisme.
  4. 15 Pahlawan Nasional Wanita dan Kisah Perjuangannya - Tirto.ID. Diakses pada 5 Februari 2024 dari https://tirto.id/nama-nama-pahlawan-nasional-wanita-asal-daerah-dan-perannya-gR4w.

Post a Comment

0 Comments