JOURNALING ALA MARCUS AURELIUS

Journaling ala marcus aurelius



[ewafebri.com] | JOURNALING ALA MARCUS AURELIUS.

Journaling bukan sesuatu yang baru terkenal saat ini saja. Tetapi merupakan sebuah aktivitas yang sudah sejak dahulu kala sudah ada. Orang-orang yang hebat dalam sejarah yang kita ketahui saat ini, mereka juga orang-orang yang menjadikan journaling sebagai rutinitas.

Mereka yang memanfaatkan journal sebagai bagian dari hidupnya di antaranya ada Leonardo Da Vinci, Elbert Einstein, Thomas Alfa Edison ataupun Kaisar Roma, Marcus Aurelius.

JOURNALING ALA MARCUS AURELIUS


Kali ini saya ingin membahas tentang Marcus Aurelius. Nama aslinya adalah Marcus Aurelius Catilius Severus. Dia lahir pada tanggal 26 April 121 Masehi, dan meninggal pada 17 Maret 180 Masehi. Ia seorang kaisar Roma sekaligus seorang filusuf STOIC pada tahun 161-180 Masehi.

Beliau menulis 12 buku yang sesungguhnya bukan untuk publikasi. Namun sebuah journal yang ia isi dengan hikmah dan juga buah pikirnya tentang berbagai aspek dalam kehidupan.

Buku ini berisi tentang banyak hal. Dari mulai quote-quote filusuf yang ia pelajari, hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan koleganya bahkan pengalaman yang dia alami sendiri.

Bisa dibayangkan seorang Kaisar yang menghadapi banyak hal dalam hidupnya entah itu berat maupun ringan, namun ia masih menyediakan waktu khusus untuk jiwanya dengan menulis. 

MEDITATION


Pada dasarnya buku-buku Marcus Aurelius tidak memiliki judul khusus. Karena memang buku tersebut ditulis untuk dirinya sendiri bukan untuk dipublish (dibaca banyak orang).

Singkat cerita, kumpulan pemikiran Marcus Aurelius itu kemudian dipublish dan diberi nama "Meditation". Bentuk meditasi yang bersifat kontemplatif.

Meditation terdiri dari 12 buku yang ia tulis sebagai pengalaman hidupnya dengan latar belakang yang berbeda. Buku pertama ia tulis saat ia berada di Granua. Buku ini terdiri dari pelajaran-pelajaran yang ia terima dari mengobservasi orang-orang di sekitarnya. Seperti Ayahnya, Ibunya dan juga para filusuf yang ia kagumi saat itu.

Buku kedua ia tulis saat berada di Carnuntum. Dalam buku ini dia menuliskan banyak refleksi tentang kehidupannya. Tentang bagaimana ia menasehati dirinya sendiri saat menghadapi hidup di hari itu. Dalam buku ini terlihat bahwa Marcus memulai harinya dengan menulis journal.

Kalo dianologikan dalam kehidupan saat ini, mungkin pada saat itu Marcus melakukan Morning Journal. Aktivitas journaling yang ia lakukan pada pagi hari sebelum beraktivitas.

APA SAJA ISI BUKUNYA ?

Marcus aurelius journal idea



Mungkin bagi kalian yang pernah membaca buku meditasi sudah bisa menyimpulkan, kira-kira apa saja yang ia tulis dalam journalnya.

Namun bagian kalian yang belum membaca, semoga catatan singkat saya ini bisa memberi gambaran tentang apa saja yang ia tuliskan dalam journalnya.

QUOTE


Marcus banyak mengutip quote dari para filusuf yang ia kagumi. Dari quote itu kemudian dia menuliskan tentang apa saja yang ia bisa pelajari. Seperti misalnya tentang pemikiran Socrates :

"But if nothing appears to be better than the deity which is planted in you, which has subjected to itself all your appetites, and carefully examines all the impressions, and, as Socrates said, has detached itself from the persuasions of sense, and has submitted itself to the gods, and cares for mankind; if you findest everything else smaller and of less value than this, give place to nothing else, for if you do once diverge and incline to it, you wilt no longer without distraction be able to give the preference to that good thing which is your proper possession and your own; for it is not right that anything of any other kind, such as praise from the many, or power, or enjoyment of pleasure, should come into competition with that which."

Marcus melengkapi quotenya dengan kesimpulan yang ia dapatkan dari hasil olah pikirnya sendiri. Semacam saat kita tadabur Alquran yang disesuaikan dengan hal yang kita alami.

SELF SUGGESTION

Ada beberapa yang ia tulis seakan untuk menasehati dirinya sendiri saat akan memulai hari. Seperti pada buku kedua yang ia tulis di Carnuntum.

"Begin the morning by saying to yourself, I shall meet with the busy-body, the ungrateful, arrogant, deceitful, envious, unsocial. All these things happen to them by reason of their ignorance of what is good and evil."

Sebelum segala hal terjadi dalam dirinya, dia mengingatkan dirinya sendiri untuk bagaimana merespon segala sesuatu. Sehingga dia bisa menjalani hari-harinya dengan tenang karena dia tahu apa yang akan dia lakukan saat menghadapi situasi tersebut.

HIKMAH (WISDOM)

 
Dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, Marcus menuliskan kebijaksaan (hikmah) yang ia dapatkan. Dia mengobservasi keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Dan kemudian belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang positif dari mereka.

Bahkan meski ia mengalami kejadian yang buruk, ia akan tetap menuliskannya yang kemudian mengkonversi keburukan itu menjadi sesuatu yang positif. Terkadang, apa yang direkam oleh otak kita adalah hal-hal yang bersifat negatif. Dan tugas kitalah yang mencari hikmah dibaliknya.

PERTANYAAN


Untuk menyelami dirinya sendiri, Marcus memulai Journaling dengan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini sama seperti saat kita membuat journaling prompt ya.. ?

Seperti umumya para filusuf yang selalu mengedepankan pertanyaan "Mengapa ?" dalam hidupnya, pun Marcus juga melakukan hal yang sama. 

Dari pertanyaan itulah ia bisa mendapatkan jawaban dari dirinya sendiri. Dia mencari apa yang tak bisa ia dapatkan dari dunia luar. Maka tempat kembali bertanya yang terbaik adalah dalam diri kita sendiri.

APA SAJA YANG SAYA PELAJARI DARI MARCUS ?


Ada banyak hal yang saya pelajari dari bagaimana seorang Kaisar Roma membuat jurnalnya. Mungkin beberapa poin berikut ini bisa kita jadikan patokan atau tolak ukur saat kita bingung bagaimana membuat jurnal. Di antaranya :

BALANCE


Setiap curhatan yang ditulis oleh Marcus selalu seimbang. Maksudnya dia selalu menuliskan 2 sisi yang saling berlawanan. Beliau mengungkapkan keburukan dan kebaikan secara sejajar. 

Jika dia mengalami hal negatif, selanjutnya dia akan melengkapi dengan hasil positif dari kejadian tersebut. Pun ketika dia mereview pikiran orang lain. Dia akan menyeimbangkan keduanya. 

Saya jadi ingat firman Allah SWT yang menyatakan bahwa segala kesusahan selalu dibarengi dengan kemudahan. Pada akhirnya setiap hal dalam hidup kita, jika benar-benar kita amati, maka setiap kesusahan itu selalu dibarengi dengan karuniaNya yang lain. Hanya saja, kita sering tak menyadarinya. Yang kita ingat, hanyalah tentang kesusahannya saja.

Tak hanya itu, ia juga menerapkan keseimbangan dalam hidupnya seperti bagaimana dia menempatkan dirinya sendiri. Meski seorang Kaisar, ia tidak ingin kekuasaanya menjadikan dirinya arogan.

Sementara kita yang bukan siapa-siapa kadang selalu merasa ingin dihormati, yekan ? Hehehe.. Pada akhirnya kita menjadi gila jabatan dan kehormatan. Dan ketika elemen ini hilang dalam hidup kita, maka penderitaanlah yang akan menemani kita selamanya. 

Dari Marcus, saya belajar untuk mengabaikan hal-hal yang bersifat sementara. Dan belajar untuk mencari hal yang bersifat lebih kekal. Seperti, hubungan kita dengan Tuhan. 

KONTEMPLASI


Marcus menempatkan journalnya sebagai media kontemplasi. Mungkin karena itulah bukunya diberi judul "Meditation". 

Setiap hal, dia amati dengan sungguh-sungguh entah itu negatif maupun positif. Kemudian dia menuliskannya sesuai dengan hasil pemikirannya sendiri. Yang pada akhirnya menjadi ilmu pengetahuan yang baru.

WORKING INNER SELF


Hiruk pikuk dunia membuat pikiran kita jadi terfokus pada dunia di luar diri kita sendiri. Seringkali kita mencari jawaban akan sesuatu dengan mencari di luar diri kita. Kita lupa bahwa ada beberapa pertanyaan yang hanya bisa dijawab apabila kita mencarinya di dalam diri kita sendiri.

"LOOK WITHIN !" nasehat Marcus untuk dirinya sendiri yang ia tulis beberapa kali. Seolah mengingatkan dirinya sendiri untuk mencari jawaban itu ke dalam diri (internal) bukan external.

Dibandingkan menyalahkan orang lain, Marcus lebih mengamati pribadinya sendiri. Dia menjadikan journalnya sebagai catatan untuk berintropeksi diri.

Marcus lebih mengedepankan untuk memperbaiki yang kurang dalam dirinya dibandingkan menyalahkan orang lain. Dia membuat standar untuk dirinya sendiri. Dengan begitu dia justru bisa merasakan ketenangan dalam hidupnya. Karena baginya, dirinya lebih bisa dikontrol daripada orang lain.

ASK QUESTIONS FOR OURSELVES


Sebelum kita memiliki keinginan untuk mengubah orang lain, apalagi mengubah dunia, cobalah untuk mengubah diri sendiri terlebih dahulu. Jika kau susah mengubah dirimu sendiri, maka jangan terlalu sewot jika tidak mampu mengubah orang lain. Hehhe.. Karena sejatinya manusia itu takut sekali dengan perubahan.

Untuk bisa mengubah diri kita, setidaknya kita juga harus mengenali diri kita sendiri. Bagaimana caranya ? Cobalah untuk membuat pertanyaan untuk dirimu sendiri. Jika kita kesulitan untuk menjawabnya, maka bisa jadi kita tak mengenali diri sendiri.

Mereka yang telah mengenal dirinya akan mudah menjawab terutama yang berkaitan dengan personalitasnya, keinginannya, pemikirannya atau bahkan tujuan hidupnya. 

Meskipun pertanyaan tersebut terlihat sulit untuk dijawab, namun karena mereka memahami betul tentang bagaimana dirinya dan pola pikirnya, ia mampu menjawabnya dengan baik. 

Dengan begitu, dia merasa bahwa hidup di dunia ini memiliki makna, jadi tak hanya sekedar bersenda gurau belaka. Bahkan dia juga memahami mengapa ia masih bernafas di dunia ini ? Hihihi..

Berapa banyak dari kita yang mampu berbicara panjang lebar namun sesungguhnya tidak memahami dirinya sendiri ? Banyak ! Sangat banyak ! Bahkan tak jarang dari kita yang memiliki tujuan hidup di dunia ini. 

MENGHARGAI WAKTU


Dalam beberapa tulisannya, tersirat bahwa Marcus adalah seseorang yang menghargai waktu. Dia tidak ingin menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Tidak suka menunda-nunda, dan selalu mengatakan bahwa kehidupan itu adalah present time (saat ini). Bukan di masa lalu dan masa yang akan datang.

Marcus juga lebih menghargai waktu kesendiriannya. Dalam kesendirian kita akan menemukan diri kita yang telah hilang. Maka jangan heran, seorang penyendiri biasanya terlihat berbeda dengan orang lain. Karena dia tidak banyak waktu untuk meniru dan terpengaruh oleh cara pikir orang lain. Dia lebih orisinil dan otentik. 

Mereka yang lebih suka keramaian dan takut akan kesendirian, seringkali terhanyut dan terjebak dalam pola hidup orang lain, dan akan kehilangan kesejatian dirinya sendiri. Maka seringkali kita temui orang-orang yang amat sangat berusaha mencitrakan dirinya sedemikian rupa agar bisa diterima lingkungannya meski ia kehilangan jati dirinya. 

Dengan memahami bahwa kehidupan kita hanyalah saat ini, maka kita bisa memanfaatkan waktu yang telah Allah karuniakan dengan maksimal. Karena bisa jadi kesempatan itu hanya datang hari ini saja. Dan bisa jadi besok kita sudah kembali kepadaNya.

OBSERVATIVE


Marcus adalah seorang observer (pengamat) dalam artian dia mengamati tingkah laku manusia untuk belajar dari mereka tanpa banyak bicara. Sikap ini terlihat di bagian buku pertamanya.

Di mana dia menjelaskan tentang apa saja yang mampu dia pelajari dari orang-orang yang dia amati. Seperti misalnya, dari kakek buyutnya, orang tuanya, teman-temannya, koleganya hingga pemikiran filusuf yang dia pelajari.

Hal ini juga menandakan bahwa Marcus itu gemar belajar. Hehehe.. Dia belajar dari kehidupan. Tak memulu belajar dari buku, tetapi juga peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

WRITE FOR YOURSELF


"Menulislah untuk jiwamu, bukan untuk memuaskan egomu." - Reminder For My Soul

Di zaman sekarang, di mana journaling sudah semakin mainstream, banyak orang yang lebih menonjolkan kreativitasnya dibandingkan fungsi journal itu sendiri. Yang menurut saya tidak masalah dan tidak salah. Hihihi..

Hanya saja, karena kebutuhan untuk photoshoot social media, mendapatkan follower ataupun like and comment, terkadang kita lupa akan esensi journaling itu sendiri. Walhasil kita tidak lagi jujur. Padahal sejatinya journaling adalah lahan untuk menampung pemikiran dan perasaan kita.

Dengan bercerita jujur, pikiran kita jadi lebih terbuka dan jernih. Karena sebagian hal yang menyesakkan kepala telah kita pindah ke atas kertas. 

Mungkin kalo dalam komputer, journaling itu juga membantu proses defragmentasi. Yaitu mengorganisir pikiran yang acak adul, sehingga data yang kita miliki jadi lebih rapih dan mudah diakses saat dibutuhkan.

MELIBATKAN TUHAN


Terkadang kehidupan dunia ini membuat kita lupa akan sejatinya yang dibutuhkan jiwa. Dalam hal ini dunia spiritualitas. Apalagi di zaman sekarang seolah kita lebih fokus pada material dibandingkan alam spiritual kita.

Ini bisa ditandai dengan bagaimana kita mengukur sebuah pencapaian (achievement). Saat kita ditanya tentang bukti pencapaian, maka yang kita sebutkan adalah hal yang bersifat materi duniawi. Misalnya saja harta, tahta, fame, dan manusia. Hihihi..

Jarang sekali kita menyebutkan tentang perkembangan jiwa kita (growth). Bagaimana kita berhasil mengelola emosi ? Bagaimana kita memiliki inner peace ? Bagaimana kita merasa content ? Dan seterusnya. 

Hanya sebagian orang yang mungkin mengutamakan jiwanya dibandingkan raganya. Orang-orang yang mengutamakan kehidupan yang kekal dibandingkan kehidupan yang fana ini.

Bagaimana cara menyeimbangkan kehidupan spiritual kita dan jasmani kita ? Tentunya dengan melibatkan Tuhan dan menghidupkanNya dalam sistem hidup kita. 

Karena terkadang kita hanya percaya bahwa Tuhan itu Ada tanpa pernah merasakan kehadiranNya. Padahal Dia sangat dekat dengan kita. Iyakan ? Yang parah, tidak jarang kita mengingat Tuhan hanya saat butuh uang. Hehehe.. 

Mengapa kita tidak mampu merasakan kehadiranNya ?

Karena dari awal kita selalu meyakini bahwa apa yang kita capai dan kita miliki adalah usaha kita sendiri bukan karena karuniaNya. 

Kita terlalu mengandalkan kemampuan diri, di mana saat kita merasa tidak mampu lagi maka kita akan merasa putus asa. Padahal keajaiban itu selalu ada, bagi mereka yang mempercayainya dan melihatnya. Dan semua itu karena Allah SWT. 

Maka tugas kita di dunia ini, selain menjalankan tugas yang telah Allah berikan pada jiwa kita, juga untuk bisa mengenalNya dalam artian sebenar-benarnya. Bukan hanya menganggap ada tapi juga merasakan kehadiranNya. Selalu bersyukur terhadap apapun yang kita dapatkan. Itulah kunci contentment

TIDAK TAKUT PERUBAHAN


"Adapt yourself to the things with which your lot has been cast: and the men among whom you have received your portion, love them, but do it truly, sincerely."

Manusia seringkali takut akan perubahan, padahal dalam perubahan tersebut ada hal yang lebih baik dari sebelumnya, walaupun terkadang tidak dalam bentuk yang sama namun secara value lebih baik.

Ketakutan ini terkadang terjadi saat kita menerima hal baru seperti ilmu pengetahuan ataupun informasi yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Sebelum mencerna dan mendengarkannya, bukankah seringkali kita sudah malas untuk meresponnya ? Padahal bisa jadi, itu adalah ilmu baru yang bisa memperkaya ilmu pengetahuan dan cara hidup kita.

Namun karena kita merasa alergi terhadap informasi tersebut, terutama yang berasal dari nilai-nilai yang bersebrangan dengan ideologi kita, maka kita sudah malas terlebih dahulu. Hehehe.. Padahal sejatinya semua ilmu datangnya dari Illahi.

Yang membedakan satu sama lainnya hanya pada persepsi dan perspektif saja. Misalnya : Yang menurutku benar belum tentu benar untuk orang lain. 

Karena tolak ukur kebenaran adalah apa yang cocok menurut sudut pandang kita. Sementara bagi orang lain itu adalah kesalahan, karena tidak cocok dengan cara hidup dan sudut pandangnya.

Jika kita menyakini benar apa yang kita anggap benar, maka ilmu apapun tidak akan mengubah pandangan kita, namun justru memperkayanya. Dan menjadi kazanah baru dalam hidup kita. 

Namun jika kita ragu akan pemikiran dan diri kita sendiri, maka setiap ilmu yang kita peroleh hanya akan membuat hidup menjadi terombang-ambing.

THINK AND REFLECT


Tulisan Marcus mengajak kita untuk berpikir dan merefleksi setiap peristiwa dalam hidup. Apa yang ia tulis di dalam bukunya adalah contoh nyata hasil refleksi yang dia dapatkan.

Sementara itu, dia mengajarkan kita untuk berpikir dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dirinya sendiri ? Dari pertanyaan itulah nantinya kita akan tergerak untuk berpikir mencari jawabannya, yekan ? Hehe..

Sebenarnya banyak banget yang bisa kita pelajari dari beliau ini. Tentang bagaimana dia menulis juga sangat menarik. Apabila diperhatikan dengan seksama, ciri  tulisannya bersifat padat, jelas dan positif. 

Meskipun ada beberapa tulisan yang panjang, namun sebenarnya sesuai dengan apa yang ia pikirkan saat itu. Maksudnya saat itu dia sedang memikirkan beberapa aspek secara bersamaan. Hihi.. 

Ada juga tulisan yang sifatnya repetitif. Tapi ini sepertinya saat beliau menuliskannya memang sedang mengalami hal itu secara berulang. Maksudnya tulisan tersebut bukan direncanakan untuk repetitif.

Memang terkadang kita pun ada kalanya memberikan respon yang sama dalam menghadapi sesuatu kan ya ? Sehingga pikiran kita pun seolah terasa berulang. Nah kalo kita rajin mencatat, maka pikiran kita pun terekam menjadi repetitif.

Itulah beberapa poin yang bisa saya pelajari dari buku Meditation, karya Kaisar Roma, Italy. Semoga catatan ini bisa bermanfaat bukan hanya untuk saya, tapi juga kita semua. 

Post a Comment

0 Comments