WHAT IS TRADITIONAL JOURNALING ?

What is traditional journaling



[ewafebri.com] | WHAT IS TRADITIONAL JOURNALING ?


Hello pembaca ewafebri. Akhirnya setelah sekian lama, saya kembali mengisi halaman ini. Hehehe..


WHAT IS TRADITIONAL JOURNALING ?



Setelah lama gak menulis, ternyata sulit juga ya merangkai kalimat seasyik dulu. Dan yang menjadi salah satu tantangan terberatku adalah menemukan topik yang cocok untuk dikisahkan/dibahas. 😬

Tapi yang pasti, selama masa hibernasi saya masih tetap melakukan journaling. Hanya saja journaling kali ini sedikit berbeda, karena journaling yang saya lakukan adalah model traditional journal.



APA SIH TRADITIONAL JOURNALING ?


Apa sih traditional journaling



Traditional Journaling adalah kegiatan menulis bebas, tanpa ada aturan, gaya ataupun tipe-tipe tertentu. Ya, semacam menulis Diary gitu doank sih sebenarnya.

Dalam traditional journaling, sebagian besar kontennya adalah pikiran yang kita tuangkan. Jadi ini tuh semacam basic dari segala tipe journaling, yaitu menulis bebas.

Nah, dalam traditional journaling ini, kita gak perlu diribetkan dengan illustrasi (meskipun dibolehkan juga untuk mempercantiknya), planning, ataupun ala-ala artsy. Karena tujuan utamanya hanya menuangkan pikiran di atas kertas/buku.


JOURNALING UNTUK KONTEMPLASI


Kalo dipikir-pikir, traditional journaling ini ya mirip-mirip Quran Journal ataupun Morning Journal, hanya saja isinya lebih general alias bebas. Yang membedakannya terletak pada aturan/tata cara dan topik yang diangkat dalam journalnya aja.

Owh iya, beberapa waktu lalu saya sempat membaca/menonton youtube, yang mengatakan bahwa,

menulis merupakan salah satu langkah awal untuk memanifestasikan rencana yang ada dalam otak kita.

So, apa yang kita pikirkan, kemudian kita tuangkan dalam bentuk tulisan di buku dan disertai dengan keyakinan, besar kemungkinan hal tersebut akan terjadi di dunia nyata.

Itulah mengapa saya masih tetap melakukan journaling meskipun isinya jarang saya publish. Karena pada dasarnya journaling adalah :

untuk diri sendiri bukan untuk dipublikasi sehingga apa yang tertuang di dalamnya jujur dan apa adanya.
.

Masih tentang journaling, beberapa waktu yang lalu saya juga membaca tentang Marcus Aurelius yang semasa hidupnya menggunakan Journaling sebagai bagian dari meditasinya. Dia menggunakan journaling untuk menuangkan segala yang ia pikirkan sekaligus juga untuk media merefleksi hidupnya.

Buat kalian yang saat ini merasa struggle dalam ber-journaling (terutama Bullet Journal) ingatlah bahwa, Journaling itu untuk diri sendiri bukan untuk publikasi, supaya kalian tidak merasa terbebani saat menggunakannya.



CARA MEMBUAT TRADITIONAL JOURNAL



Di masa serba digital seperti saat ini, masih banyak gak sih yang tetap menulis di buku ? Hihi.. karena saat ini, orang lebih memilih update sosial media dibandingkan menuangkan pikirannya di buku. Hehe..

Entah kenapa, tapi menurut saya itu menulis di buku memiliki dampak yang lebih positif dibandingkan kita langsung menuangkannya di sosial media.

Dengan menuliskan pikiran kedalam buku,  kita bisa sekaligus berkontemplasi terhadap kehidupan. Tanpa disadari kita bisa melihat kehidupan dengan pandangan yang lebih jernih, fokus dan masuk akal. Hihihi..

Jadi, journaling bisa juga sebagai media untuk bertafakur atas kehidupan yang dianugrahkan oleh Allah SWT

Buat kalian yang ingin memulai Journaling, bisa dimulai dengan membuat traditional journaling terlebih dahulu. Dengan traditional journal akan melatih skill kita dalam menulis, sekaligus memanifestasikan pikiran kita dalam bentuk tulisan. 

Caranya pun mudah :


  • Siapkan alat tulis menulis (bukan di sosmed ya.. ! Hehehe..)
  • Untuk menciptakan habit (kebiasaan dalam ber-journaling), pastikan meluangkan waktu khusus untuk menulis, bisa malam hari sebelum tidur atau pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Atau kapanpun kalian punya waktu luang, hehehe..
  • Tulislah apapun yang kalian pikirkan maupun rasakan. Rekam semua hal yang muncul di kepala.
  • Usahakan cukup mendeskripsikan kondisi/suasana tanpa perlu melibatkan nama tokoh lain yang terlibat dalam hidup kita. Hal ini untuk menghindari salah paham kelak apabila dibaca orang lain. Hihi..
  • Berhubung tulisan itu suatu saat bisa menjadi manifestasi dalam hidup kita, usahakan sebisa mungkin menuliskan hal-hal yang positif dan baik, hehehe.. sehingga hidup kita pun bisa berubah ke arah yang lebih baik.
  • Coba tantang diri kalian untuk journaling selama minimal 30 hari secara terus menerus tanpa henti, dan jangan di-publish, sehingga feedback yang kalian dapatkan hanya dari diri sendiri (bukan validasi dari orang lain). Kemudian rasakan perbedaannya saat kalian menulis di sosial media dan di journal saja. Hehhe..
  • Have fun !


Setelah menulis 30 hari, coba buat review apa yang terjadi dalam hidup kalian. Apakah ada perbedaannya atau tidak.

Umumnya, saat kita menuliskan apa yang ada dalam pikiran di sosial media, kita akan mendapatkan respon/feedback dari orang lain. 

Terkadang feedback inilah yang justru membuat kita semakin tidak tenang, bahkan malah jadi depresi karena feedback yang didapat seringkali tak selaras dengan keinginan kita.

Oleh karena itu, cobalah untuk menuangkan pikiran kedalam tulisan di buku (tanpa di publish/diposting) dan lihat apa dampaknya dalam hidupmu. Hehehe..

Selamat Mencoba !

Post a Comment

0 Comments