BOOK REVIEW: DIRTY BUSINESS BY ERSA ZUBAIDI

Hai pencari cahaya! ✨🌝 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Setelah sekian lama saya tidak membuat review buku, Akhirnya saya punya kesempatan untuk membuatnya lagi dari karya Ersa Zubaidi yang berjudul Dirty Business. Ini menjadi buku fiksi pertama selama enam bulan terakhir yang saya baca. Dan saya tidak menyesal karena saya mendapatkan banyak pelajaran dan insight baru tentang kehidupan. 


BOOK REVIEW: DIRTY BUSINESS BY ERSA ZUBAIDI

BOOK REVIEW: DIRTY BUSINESS BY ERSA ZUBAIDI


Ada kalanya sebuah buku fiksi bekerja seperti cermin: ia tidak hanya memantulkan cerita, tetapi juga memperlihatkan sesuatu tentang diri kita sendiri, tentang manusia, dan tentang cara dunia bekerja. Dirty Business adalah salah satu buku yang membuat saya berhenti sejenak, menarik napas, dan berkata, “Oh… jadi begini cara pikiran kita bisa dituntun.

Di permukaan, novel ini adalah kisah kriminal—pembunuhan seorang pengusaha besar dan penyelidikan yang tampak solid. Namun, ketika dibaca dengan kacamata psikologi, ada banyak pelajaran kebijaksanaan yang justru muncul dari celah-celah ceritanya.

Berikut adalah beberapa hal yang saya pelajari, bukan dari plot-nya, tapi dari cara ceritanya bermain dengan pikiran manusia.

Kebenaran Tidak Selalu Datang dari Fakta, Tapi dari Cerita yang Paling Meyakinkan

Buku ini mengingatkan saya bahwa manusia tidak selalu mengandalkan fakta mentah. Kita mempercayai narasi.

Dalam penyelidikan apa pun—baik di dunia fiksi maupun nyata—fakta tidak berbicara sendirinya. Fakta harus ditafsirkan, disusun, dan dijadikan cerita yang terasa logis. Di sinilah letak bahaya dan sekaligus keindahan berpikir manusia:

kita memilih versi yang paling masuk akal, bukan selalu yang paling benar.

Pelajaran yang saya petik:

Hidup ini sering kali bukan tentang “apa yang terjadi”, tapi “bagaimana kita memaknainya”. Dan siapa pun yang mengatur makna, dialah yang mengontrol kesimpulan kita.

Otak Kita Punya Bias, dan Itu Bisa Membutakan Kita Bahkan Ketika Bukti Sudah Ada

Dalam psikologi, ada istilah confirmation bias, bias yang membuat kita mencari dan mempercayai bukti yang menguatkan dugaan awal.

Buku ini memperlihatkan bagaimana satu petunjuk kecil bisa menutup pintu bagi banyak kemungkinan lain. Kita cepat percaya karena itu “terlihat cocok”.

Dan itu membuat saya berpikir:
berapa banyak keputusan saya sehari-hari yang sebenarnya tidak objektif?
berapa banyak “fakta” yang saya telan karena itu nyaman dipercaya?

Pelajaran yang saya petik:
Bijaksana itu berarti sadar bahwa pikiran kita sendiri rentan salah arah.

Manusia Bisa Meyakinkan Dirinya Bahwa Kejahatan Adalah Kebaikan

DIRTY BUSINESS BY ERSA ZUBAIDI

Di dalam novel, banyak karakter hidup di wilayah abu-abu moral. Tidak ada yang 100% bersih. Tidak ada yang sepenuhnya jahat. Buku ini memperlihatkan bagaimana seseorang bisa melakukan tindakan gelap sambil tetap merasa dirinya benar.

Dalam psikologi, ini disebut moral disengagement: mekanisme batin untuk memutus rasa bersalah dari tindakan.

Ini hal yang menampar saya:
  • Terkadang, manusia tidak berubah jadi jahat secara tiba-tiba.
  • Mereka berjalan ke arah itu perlahan, sambil meyakinkan diri bahwa itu benar.

Pelajaran yang saya petik:
Hati-hati dengan cerita yang kita buat untuk membenarkan tindakan kita sendiri.

Manipulasi Terbesar Adalah Misdirection: Mengalihkan Fokus dari Yang Penting

Salah satu hal paling menarik dari buku ini adalah bagaimana “pengatur narasi” menguasai panggung.
Ia bukan hanya melakukan tindakan kriminal, tapi juga mengatur cara semua orang melihatnya.

Seperti pesulap yang membuat kita fokus pada tangan kanan agar tidak melihat apa yang dilakukan tangan kiri.

Hal ini memberi saya perspektif baru: manipulasi yang paling efektif bukan kebohongan besar, tapi kebenaran kecil yang diposisikan di tempat yang tepat sehingga menutupi hal yang lebih penting.

Pelajaran yang saya petik adalah dalam hidup, yang tampak jelas sering kali bukan jawaban—itu hanya distraksi.

Fiksi Itu Sekolah Kebijaksanaan, Kalau Kita Mau Membacanya Dengan Mata Terbuka

Orang sering menganggap fiksi hanya hiburan, padahal fiksi adalah ruang aman untuk mempelajari manusia tanpa harus terluka.

Dari Dirty Business, saya belajar tentang psikologi kriminal, bias manusia, manipulasi, dan moral yang kabur. Tapi lebih dari itu, saya belajar tentang kehidupan nyata: tentang bagaimana kita mudah tertipu, bagaimana kita memaknai rasa bersalah, dan bagaimana sebuah cerita dapat membentuk keyakinan seseorang.

Fiksi mungkin tidak benar secara fakta, tapi ia benar secara emosional dan psikologis. Dan itu sering jauh lebih berharga.

Saya belajar bahwa kebijaksanaan tidak selalu datang dari buku motivasi atau buku filsafat.
Kadang ia datang dari novel kriminal, dari karakter yang gelap, dari keputusan yang keliru, dari rahasia yang tersembunyi.

Karena pada akhirnya, fiksi adalah tentang manusia.
Dan setiap cerita manusia—sekelam apa pun—menyimpan pantulan kecil tentang diri kita sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar