[ewafebri.com] | Meningkatkan Keikhlasan di Bulan Ramadan: Ini Cara Mudahnya!
Terkadang, kita merasa lelah bukan karena pekerjaan yang berat, tetapi karena hati yang penuh harapan pada sesuatu di luar kendali kita. Kita ingin dihargai, diapresiasi, atau setidaknya mendapatkan balasan yang setimpal. Namun, kenyataan tak selalu berjalan sesuai keinginan. Kamu pernah merasakan seperti itu juga nggak, gaes? Nah, ini adalah beberapa caraku dalam mengatasinya!
Meningkatkan Keikhlasan di Bulan Ramadan: Ini Cara Mudahnya!
Hari ini kalian masih puasa atau nggak? Siapa pun yang sedang terhalang dalam berpuasa, semoga lekas diberi kemampuan untuk berpuasa lagi ya? Kadang saat kita sakit, rasanya pingin tetap puasa tapi tubuh tak mampu mengikutinya, ya? Semoga kita segera dimudahkan lagi untuk fokus beribadah.
Ramadan hadir bukan hanya rutinitas tahunan saja, tetapi juga sebagai pengingat bahwa ada kebahagiaan dalam melepas harapan dari manusia dan menggantinya dengan ketulusan kepada Allah. Ikhlas bukan sekadar menerima keadaan, tetapi juga menjalani ibadah dengan hati yang lapang, tanpa beban, dan penuh cinta kepada-Nya.
Makna Keikhlasan dalam Islam
Menurut saya, ikhlas dan syukur itu adalah dua kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan. Keduanya adalah sebuah respons dari hati dalam menghadapi ujian dan cobaan.Pernah ngerasa nggak kalau dimulut kita bilang ikhlas, tapi hati rasanya masih gondok. Walhasil, kita masih sering mengulang cerita yang sama berulang-ulang dengan level kesal yang sama.
Pun dalam beribadah, kita masih sering mengeluh kadang-kadang, ya?
"Ya Allah, saya udah berbulan-bulan sholat tahajud, mengapa belum Engkau kabulkan doa saya?"
Hayo siapa yang masih sering berpikir begitu. Hihihi... Padahal sejatinya, ketika kita telah ikhlas (pada waktu yang tepat), Allah akan mengabulkan doa kita)
Keikhlasan dalam Islam adalah inti dari ibadah yang diterima oleh Allah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa keikhlasan adalah ketika seseorang melakukan amal tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia, melainkan semata-mata mencari ridha Allah. Dengan kata lain, semakin ikhlas hati seseorang, semakin tinggi pula spiritual growth yang akan ia capai.
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."* (QS. Al-Bayyinah: 5)
Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa keikhlasan adalah ketika seseorang melakukan amal tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia, melainkan semata-mata mencari ridha Allah. Dengan kata lain, semakin ikhlas hati seseorang, semakin tinggi pula spiritual growth yang akan ia capai.
Mengapa Ramadan Adalah Waktu Terbaik untuk Melatih Keikhlasan?
Mumpung, bulan Ramadan nih, saya ingin menggunakan momentum ini untuk meningkatkan kualitas hidup. termasuk salah satunya adalah membenarkan niat hati "ikhlas" karena Lillahi Ta'ala. Menurutku momen ini waktu terbaik untuk melatih melatih keikhlasan karena:Puasa Mengajarkan Kita untuk Beribadah dengan Hati
Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran dan pengendalian diri. Kita tidak berpuasa untuk dilihat orang lain, melainkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Seluruh amal ibadah manusia pada dasarnya akan kembali kepadanya dalam bentuk pahala atau ganjaran, tetapi puasa adalah pengecualian.
Puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan karena tidak ada yang bisa melihat atau menilainya secara langsung kecuali Allah. Seorang Muslim bisa saja berpura-pura beribadah dalam bentuk lain, tetapi puasa benar-benar melatih ketulusan hati karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.
Selain itu, hadis ini juga menunjukkan bahwa pahala puasa akan diberikan langsung oleh Allah dengan balasan yang tidak terbatas, sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih sayang-Nya.
Puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan karena tidak ada yang bisa melihat atau menilainya secara langsung kecuali Allah. Seorang Muslim bisa saja berpura-pura beribadah dalam bentuk lain, tetapi puasa benar-benar melatih ketulusan hati karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.
Selain itu, hadis ini juga menunjukkan bahwa pahala puasa akan diberikan langsung oleh Allah dengan balasan yang tidak terbatas, sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih sayang-Nya.
Ini memperkuat makna bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sarana untuk melatih keikhlasan dalam beribadah.
Menahan Nafsu dari Riya' dan Ekspektasi Duniawi
Ketika kita beribadah di bulan Ramadan, seperti shalat malam atau bersedekah, kita belajar melakukannya tanpa berharap pengakuan dari orang lain. Ini adalah latihan penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan hati yang lebih ikhlas.
Apalagi kan puasa di Bulan Ramadan kan dilakukan oleh semua muslim ya? Apa yang mau dipamerkan, lawung semuanya juga sama-sama beribadah. Iya kan?
Merasakan Kebahagiaan dalam Memberi
Salah satu bentuk keikhlasan yang paling nyata di bulan Ramadan adalah berbagi. Dengan bersedekah tanpa mengharapkan balasan, kita semakin memahami bahwa kebahagiaan sejati ada dalam memberi, bukan hanya menerima.
Jadi, Ramadan adalah momen bagi kita untuk meningkatkan kuantitas. sekaligus kualitas dalam beribadah dan memurnikan niat. Dan semoga sih, semangat ini tidak hanya terjadi pas Bulan Ramadan saja ya? Namun juga tetap terjaga setelahnya.
Jadi, Ramadan adalah momen bagi kita untuk meningkatkan kuantitas. sekaligus kualitas dalam beribadah dan memurnikan niat. Dan semoga sih, semangat ini tidak hanya terjadi pas Bulan Ramadan saja ya? Namun juga tetap terjaga setelahnya.
Cara Mudah Melatih Keikhlasan di Bulan Ramadan
Kira-kira, apa saja nih cara-cara yang mudah kita terapkan dalam melatih keikhlasan dalam beribadah?
Menurut saya tuh, cara mudahnya adalah disiplin atau konsisten. Hehehe.. Padahal cara ini justru yang paling challenging buat kita ya? Selain konsisten, apa sih yang bisa kita lakukan?
1. Niat yang Lurus di Setiap Ibadah
Sebelum beribadah (berpuasa, shalat, atau bersedekah), tanyakan pada diri sendiri: "Apakah saya melakukan ini karena Allah atau karena ingin dipuji orang lain?"
Memurnikan niat kita dalam beribadah merupakan pondasi dari rasa ikhlas dalam menjalani kehidupan. Jika kita cenderung lebih takut dipandang manusia atau butuh validasi mereka, maka coba perbaiki niatnya. Agar dalam menjalani ibadah, kita tidak tergantung pada penilaian manusia, tetapi justru mencari Ridhanya Allah SWT.
2. Beribadah dalam Keheningan
Jujur nih ya? Menjadi orang yang banyak diam itu sulit loh. Diam, di sini konteksnya bukan "nggak melakukan kegiatan sama sekali", ya? Tapi diam dalam artian tidak berisik dan mencari perhatian orang lain.
Misalnya saja bersedekah secara diam-diam, tanpa harus diposting di sosial media. Salah satu distraksi tersulit di era sosial media kali ini adalah memiliki "privacy". Sering kali kita terjebak dalam keinginan untuk menjadi "inspirasi orang-orang" sehingga apa-apa diberitahukan ke khalayak. Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan oleh tangan kanan, sementara tangan kiri tidak mengetahuinya."* (HR. Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ"Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir." ~ Al-Baqarah [2]:264
Ayat ini memberikan peringatan keras bahwa sedekah yang dilakukan dengan riya’ atau diiringi dengan menyakiti hati penerima akan menjadi sia-sia, seperti debu di atas batu yang hilang tersapu hujan. Allah menegaskan bahwa amal seperti itu tidak akan mendapatkan pahala karena kehilangan nilai keikhlasan.
3. Mengurangi Harapan dari Manusia
Sering kali kita merasa kecewa karena berharap balasan dari manusia. Ramadan mengajarkan kita untuk hanya berharap kepada Allah, karena Dialah sebaik-baik pemberi balasan.
Suatu hari, saya pernah mengalami kelaparan yang begitu menyiksa. Perut keroncongan, tenaga melemah, tapi saat itu saya benar-benar tak punya apa-apa untuk dimakan. Dalam kondisi seperti itu, saya hanya bisa berharap ada keajaiban datang.
Lalu, seseorang dengan wajah ramah menghampiri saya. Ia menawarkan makanan dengan senyum tulus. Hati saya dipenuhi rasa syukur. "Alhamdulillah, ada yang berbaik hati," pikir saya. Saya menerima pemberian itu dengan penuh terima kasih, meyakini bahwa ini adalah bentuk kebaikan yang benar-benar ikhlas.
Namun, beberapa hari kemudian, saya mendengar sesuatu yang membuat hati saya hancur. Orang yang membantu saya itu ternyata mengeluhkan perbuatannya ke banyak orang. Ia merasa berat hati memberi saya makanan dan mengungkit-ungkit pertolongannya ke sana kemari. Seakan-akan bantuan itu adalah beban yang ia sesali.
Sejak saat itu, saya belajar satu hal penting: berharaplah hanya pada Allah. Jika saya kelaparan, saya tidak akan lagi menanti bantuan dari manusia dengan ekspektasi tinggi. Saya hanya akan berdoa kepada Allah, karena Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki. Dan benar saja, setiap kali saya menyerahkan segalanya kepada-Nya, Allah selalu mengirimkan solusi dari arah yang tak terduga. Alhamdulillah.
4. Mengikuti Teladan Para Ulama
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menekankan bahwa keikhlasan adalah salah satu kunci utama ketenangan hati. Ulama-ulama besar seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i juga dikenal menjaga niat mereka dalam beribadah, tidak tergoda oleh popularitas atau kedudukan duniawi.
Keikhlasan adalah perjalanan hati yang tidak instan, tetapi bisa dilatih, terutama di bulan Ramadan. Dengan niat yang lurus, ibadah dengan hati, dan mengurangi harapan dari manusia, kita bisa mencapai spiritual growth yang lebih baik.
Keikhlasan adalah perjalanan hati yang tidak instan, tetapi bisa dilatih, terutama di bulan Ramadan. Dengan niat yang lurus, ibadah dengan hati, dan mengurangi harapan dari manusia, kita bisa mencapai spiritual growth yang lebih baik.
Ingatlah, semakin ikhlas kita dalam beribadah, semakin besar kedekatan kita dengan Allah. Semoga Ramadan kali ini menjadi momentum terbaik untuk melatih keikhlasan dalam setiap langkah kita.
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏