Tulisan ini hanyalah curhatan yang saya buat di malam Minggu, cerita ringan yang ingin saya sampaikan dengan penuh kasih sayang. Halah 😁 ! Belakangan ini saya banyak menghabiskan waktu dengan menulis ebook dengan topik-topik serius. Rasanya kok kangen ya, nulis dengan cara santai dan ha..ha..hi/.hi.. walaupun gak ada yang baca.
Seperti Apa Rasanya Hidup Di Desa ? Apakah ini Slow Living ?
Menjadi penulis non-fiksi itu membuat cara berpikir saya kadang terlalu serius. Meski saya membuat ebook dengan gaya bahasa semi formal, tapi rasanya aneh saja kalo menyampaikan materinya terlalu personal. Makanya, saya pingin sesekali menulis dengan gaya bahasa sehari-hari gitu.
Kalian yang sedang baca tulisan ini, tinggalnya di mana saja ? Kebetulan 6 bulan terakhir ini, saya kembali ke desa. Hidup dengan suasana yang berbeda dengan Jakarta. 😁. Nama kotaku Genteng, terletak di kabupaten Banyuwangi. Meski ndeso, tapi di tempatku ada Mall-nya. Namanya Sun East Mall. Seru ya ? Tapi namanya Mall di desa, beda sama di kota metropolitan.
Enaknya, hidup di desa itu, langit masih cerah berwarna biru ketika siang hari. Jika malam tiba, saya bisa menikmati gugusan bintang dan sinar bulan yang meramaikan angkasa. Tidak hanya itu, menjelang waktu Magrib, ufuk senja yang indah ditemani dengan suara cenggeret dan shalawat tahrim menjadi pemandangan yang sangat mengesankan.
Gaya Hidup Di Desa
Hal lain yang cukup menonjol adalah suasana gotong royong dan guyubnya. Ya, walaupun tidak semua merasakan seperti ini, tetapi sikap ini masih banyak diekspresikan. Hal lain yang saya suka adalah harga sayur mayur yang sangat murah, Hal ini mungkin dipicu karena masyarakat di sini masih banyak yang menjadi petani.
Acara peringatan 17 Agustusan juga meriah. Bahkan karnaval masih digelar untuk menyambutnya. Selain itu, acara keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam juga sangat meriah. Semua orang bersuka cita menyambut acara acara ini, mereka merasakan kehadiran Nabi yang dikirim Allah SWT sebagai salah satu Rahmat bagi alam semesta.
15 September 2024, kurang lebih pukul 10 psgi ada rombongan mobil yang dihias melewati depan rumah. Tadinya saya pikir ada lomba mobil hias, ternyata ada rombongan bagi-bagi telur rebus yang dihias. Banyuwangi memang identik dengan berbagi telur rebus yang dihias saat Maulid Nabi. Berhubung saya mengurangi makan telur, saya hanya menyaksikan dari jarak jauh keramaian ini.
Apakah di tempat kamu, juga ada tradisi yang khusus seperti ini ? Seperti apa perayaannya ? Seru tidak ?
Setelah 20 tahun lebih, akhirnya saya bisa menikmati lagi menyaksikan Karnaval 17-an. Alhamdulillah. Momen yang bagi sangat langka. Ketika dua tahun lalu saya kembali, event ini masih absen karena pasca Covid. Tahun lalu, saya tidak sempat menonton karena sedang di Jakarta. Akhirnya tahun ini, saya bisa merasakan sensasinya.
Slow Living ?
Meski begitu, ada juga hal yang menjadi langka. Seperti penjual jajanan kaki lima yang banyak tidak beredar di depan rumah. Memang sih, masyarakat di sekitarku bukan tipe yang konsumtif jajan. Mereka memilih masak sendiri dan makan dengan tenang di rumah masing-masing.
Satu lagi perbedaan yang aku alami, yakni waktu terasa melambat. Mungkin ini sebabnya, tinggal di desa disebut dengan slow living. Hidup menjadi lebih tenang dan damai, serta banyak ras syukurnya. Mungkin ini tidak terjadi bagi semua orang ya ? tetapi bagi yang biasanya hidup di kota besar, perubahan ini terasa signifikan.
Salah satu kesulitan yang saya alami saat tinggal di desa adalah bercocok tanam. Saya bukan pribadi yang ulet kalau berhubungan dengan kebun dan teman-temannya. Sehingga tidak banyak yang bisa saya lakukan karena hal ini. Tapi bagi yang suka bercocok tanam, tinggal di desa tentu lebih menyenangkan lagi.
Setiap orang memiliki preferensi gaya hidupnnya sendiri-sendiri ya ? Ada yang seneng tinggal di desa, ada juga yang memilih di kota, Bagi saya pun sama saja. Mau di desa atau di kota, kita sama-sama harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Ada yang lebih mudah, ada juga yang lebih sulit. Yang pasti, saya hanya ingin mensyukuri di mana pun saya di tempatkan. Alhamdullah. Kalau kalian, memilih tinggal di mana ?
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏