TO FORGIVE IS TO HEAL

To forgive is to heal



[ewafebri.com] | TO FORGIVE IS TO HEAL

Ternyata gak mudah membuat hati kita menerima segala hal yang terjadi. Lebih gak mudah karena apa yang keluar dari mulut seringkali tak sebanding lurus dengan apa yang dirasakan dalam hati. Hayoo ngaku.. ! Tapi tak mengapa... Daripada kita hindari, akan lebih baik kalo kita lewati.


TO FORGIVE IS TO HEAL



Healing adalah proses penyembuhan yang terkadang sangat menyakitkan. Karena untuk menyembuhkan luka itu, terkadang kita harus membuka luka lama kembali.

" Healing is fixing our inner self "

Memaafkan mungkin menjadi salah satu obat healing yang paling mujarab. Terutama saat kita mampu memaafkan diri kita sendiri.

Terkadang kita terlalu kejam sama diri sendiri. Seringkali kita membuat bahagia orang lain yang pada akhirnya justru berbuat kejam pada diri sendiri. Istilah kerennya mendzolimi diri sendiri.


FOKUS PADA DIRI SENDIRI (LOVE YOURSELF FIRST)



Seberapa banyak waktu yang kamu luangkan untuk mengurusi hidupmu sendiri, bukan hidup orang lain ? 

Di zaman yang serba terekspose seperti sekarang ini mungkin pikiran kita lebih banyak mikirin kehidupan orang lain dibandingkan diri sendiri.

Kita lupa, bahwa jiwa yang ada dalam tubuh kita juga butuh diperhatikan. Memberikan nutrisi yang baik sehingga menjadi jiwa yang tumbuh sehat.

Nutrisi bagi jiwa adalah ilmu dan dzikir (mengingat Allah SWT). Jika porsi nutrisi yang kita berikan tidak seimbang maka bisa dipastikan hidup kita pun akan mengalami hal yang sama.

Anxiety, overthinking dan memikirkan hal yang semestinya gak perlu dipikirkan. Tanpa kita sadari, society sudah membentuk diri kita. Terkadang kita tidak bisa hidup dengan pilihan kita sendiri. Itulah yang membuat kita terkadang tersiksa.

Pikiran kita fokus untuk memenuhi standar hidup yang ditetapkan oleh orang lain. Tanpa sadar kita berupaya membuat orang lain bahagia dan menerima kita, padahal sesungguhnya jiwa kita tersiksa oleh karenanya.

Focus on your own voices, that makes you become who you are.

Lingkungan membuat kita lupa bahwa jiwa kita membutuhkan hal yang tidak ditetapkan oleh masyarakat. Yaitu Ilmu dan mengingat Sang Penciptanya. Maka tanpa kita sadari kita berlomba memperlihatkan pada masyarakat tentang siapa yang "wah" dan menjadi "sultan".

Mencintai diri sendiri pada akhirnya akan membawa kita pada titik mencintai Allah SWT. Kita akan bisa mengetahui betapa luar biasa apa yang diciptakanNya melalui tubuh kita ini tanpa perlu membandingkan dengan apa yang ada pada orang lain.

Love your self dengan cara memenuhi kebutuhan jiwamu bukan hawa dan nafsumu. InshaAllah hidup kita akan lebih damai.


BERBOHONG



Salah satu perlakuan yang tidak adil dan zalim adalah membohongi diri kita sendiri. Mungkin kita sering beranggapan bahwa saat kita berbohong kepada orang lain, target yang kita tuju adalah orang yang kita ajak bicara tersebut.

Padahal hakikatnya yang dibohongi adalah diri kita sendiri, justru bukan orang lain. Siapa yang tahu kita sedang berbohong ? Tentu diri kita sendiri dan Allah SWT. Maka yang paling dirugikan atas kebohongan tersebut adalah diri sendiri.

Atau bisa jadi kita membohongi apa yang sedang kita rasakan. Misalnya saja sebenarnya kita sedang sedih namun sikap kita denial terhadap emosi tersebut.

Seringnya berbohong akan membuat diri kita hidup dalam sebuah labirin. Karena kita tidak lagi tahu mana yang fakta dan mana yang bohong. Bahkan lambat laun kita justru mempercayai kebohongan yang kita buat sendiri.

Dalam jangka panjang, sikap ini bisa menjebak kita dalam dunia ke-narsistik-an dan mengidap mythomania. Itulah mengapa Allah SWT mewanti-wanti untuk bersikap jujur.

Apa hubungannya Narsistik dan kebohongan ? Orang-orang narsistik memiliki kecenderungan berbohong untuk memanipulasi lawan bicaranya agar tertarik atau mengagumi mereka. 

Mereka memiliki kecenderungan insecure yang tinggi sehingga untuk bisa bangun dari keterpurukan mereka membangun narasi biar dianggap luar biasa yang jauh dari dirinya sendiri.

Jika hal ini dibiarkan lebih lanjut maka sesungguhnya kita benar-benar hidup dalam ilusi yang kita ciptakan sendiri. Itu artinya kita sulit mencapai self-actualization.

Kita akan selalu membutuhkan validasi di luar kita diri kita untuk bisa menjadi bahagia atau merasakan kepuasan batin. Padahal Allah menganugerahkan segala sesuatu dalam diri kita sendiri.

Sulit memang bersikap jujur apalagi sama diri sendiri. Karena butuh kekuatan dan keberanian untuk melakukannya. Terutama saat menghadapi tekanan dari luar diri kita yang mengganggap "hal salah yang dilakukan oleh banyak orang adalah menjadi hal normal".

Belum lagi kita sering mengalami was-was yang semakin memperkokoh niat kita untuk berbohong. Tuntutan memenuhi hawa dan nafsu kita di hadapan banyak orang. 

Maka dari itu dibutuhkan muhasabah. Agar kita bisa mengurangi karakter buruk ini. Sebagai upaya menyelamatkan jiwa kita dari kegelapan.

Baca Juga Series lainnya Di Quran Journaling Series.

MENERIMA DIRI SENDIRI

 

Forgive yourself first so that you can heal your soul. Forgive others, yet you don't have to forget everythings. Because whatever have happened are always will be our lessons to learn.

To heal bukan berarti harus berlibur ke pantai atau tempat-tempat mewah. Sesungguhnya proses healing itu bisa diawali dengan menerima diri sendiri. Menghargai dan mengakui apapun emosi yang kita rasakan. Terutama emosi kesedihan atau kekecewaan.

Yang sering kali kita lakukan saat menghalau kesedihan adalah dengan menolaknya atau mengabaikannya. Hal ini justru membuat kesedihan kita semakin menumpuk dan sulit diatasi. Walhasil kita justru makin lama makin mengalami insecure.

Menerima diri sendiri berarti kita juga harus menerima keburukan dalam diri, yang pada akhirnya bisa kita perbaiki. "Compete with your self" melalui muhasabah ataupun tafakur. 

Dampak berbeda akan kita rasakan apabila kita mampu menerima kesedihan dan memahami emosi yang ditimbulkannya. Itu artinya kita memberi waktu untuk diri kita sendiri merasakan apa yang sedang kita alami dengan jujur.

Proses healing sesungguhnya adalah memberitahukan pada akal kita bahwa jiwa kita sedang berduka

Kita butuh waktu khusus untuk menerimanya. Dan itu tidak apa-apa. Kita butuh waktu sementara untuk menyerap emosi tersebut dan perlahan melepaskannya tanpa langsung menolaknya mentah-mentah.

Sayangnya cara ini memang harus sering dipraktekkan. Karena tak semudah seperti penjelasan. Terkadang self defense kita secara otomatis langsung menolak emosi tersebut agar kita bisa langsung move on tanpa harus memprosesnya terlebih dahulu.


MEMAAFKAN


Forgive your self



Siapa yang perlu dimaafkan ? Dalam hal ini ada 2 faktor. Orang lain dan diri sendiri. Hehe..

Memaafkan kesalahan orang lain mungkin sudah biasa. Melupakan apa yang terjadi mungkin hal yang sulit dilakukan. Terutama kesalahan yang menimbulkan luka hati kita. 

Tapi memaafkan diri sendiri dan melupakan apa yang terjadi, butuh waktu dan keberanian agar bisa terjadi. 

Memaafkan bukan berarti melupakan. Tidak melupakan bukan berarti membenci tapi mengambil pelajaran darinya. Agar kita tidak terjebak dalam kesalahan/kegagalan yang sama. 

Setiap peristiwa terjadi karena ada hikmah kebijaksanaan di dalamnya. Entah itu peristiwa baik maupun buruk, keduanya terjadi karena ada alasannya. Dan hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Bersyukur jika Allah SWT membuka rahasia kebijaksanaanNya melalui peristiwa yang kita hadapi. Dengan begitu hidup kita bisa menjadi lebih tenang dan damai. Dan kita seratus persen merasa terlindungi olehNya.

Bayangkan jika Allah tetap merahasiakan apa yang terjadi dalam hidup kita. Maka kita akan melihat segala hal nampak sebagai sumber masalah.

Indikasi kamu telah memaafkan orang lain adalah ketika kamu mampu melibatkan orang-orang yang menyakitimu dalam doamu dengan doa-doa kebaikan, meskipun kamu tidak mampu menemui mereka secara langsung. 

Jika Allah tidak menghendaki kita untuk mampu menemukan hikmah dari apa yang terjadi, bisa dipastikan kita selalu merasa teraniaya. Padahal sesungguhnya penyebab aniaya itu adalah diri kita sendiri akibat dzalim yang tidak kita sadari.

Itulah mengapa setiap ada masalah kita dianjurkan untuk menghadapNya dalam sujud. Semata-mata karena Allah ingin menolong dan melindungi kita. Dan memberitahukan hikmah rahasia dari ujian yang didatangkanNya.

Mengapa kita diuji ? Di antaranya agar kita sadar bahwa kita telah salah jalan dan menyebabkan sengsara diri sendiri. 

Dan supaya kita mengingatNya dan kembali kepadaNya dengan berserah diri. Sehingga kita punya jeda waktu untuk memperbaiki diri di dunia sebelum kekal kembali kepadaNya

Baca juga : Growth Is Silence.

MEMPERBAIKI KONEKSI DENGAN ILAHI



Cara jitu dalam healing bagi orang yang beriman kepada Allah SWT adalah dengan memperbaiki hubungan kita denganNya.

Kita sering mencari obat di luar diri kita untuk bisa menyembuhkan luka dalam diri. Kita sering mengabaikan bahwa Allah SWT telah memberikan karuniaNya dalam tubuh kita.

Untuk mengaktifkan karunia itu, tentu kita harus memperbaiki hubungan denganNya. Agar kita mampu membaca setiap petunjuk yang diberikanNya.

Butuh proses memang. Jadi jangan harap kalo ada masalah besar, terus sholat kemudian langsung hilang. Hihihi.. Ya meskipun besar kemungkinan bisa terjadi. 

Untuk itulah kita dituntut oleh Allah untuk bersabar. Karena dalam penyelesaiannya butuh proses agar waktunya tepat.

Berbahagialah bagi yang mampu terus menjaga hubungan dengan Allah. Sehingga kapanpun kita diberi kemudahan dalam menjalani hidup melalui petunjukNya.

Kita diberi kemudahan untuk mengetahui hal baik atau buruk yang terjadi dalam hidup kita. Dan tentu kita jadi lebih legowo dalam menghadapi apapun di dunia ini.

Makanya dibutuhkan koneksi yang berkesinambungan. Bukan hanya kita datang padaNya pas saat butuh-butuhnya saja. Dan pas Allah lagi sayang-sayangnya sama kita, malah kita tinggal 😭😭😭. Jangan ya Gaes !

Mari kita sama-sama memperbaiki diri sebelum kekekalan menghampiri. Semoga kita bisa memprogres hidayah dan petunjuk yang telah Allah kirimkan untuk kita, sehingga jiwa kita menjadi mutmainah bersamaNya. 

Toh kelak. Hanya kecintaan kita kepada Allah dan rosulnya lah yang menemani kita di alam barzah. Bukan harta benda, jabatan, kekuasaan apalagi "cinta manusia". 

Harta dan keluarga akan meninggalkanmu di area makam sendirian. Apa yang bisa menemanimu di dalam kubur kelak ? Mari kita merefleksi diri bersama ! 

Selamat berpuasa.

Post a Comment

0 Comments