Duh, Lumira jadi penasaran, nih. Siapa pun kamu yang sedang membaca dan menemukan tulisan ini, apakah kamu juga sedang membuat tadabbur Al Quran?
Apa ayat yang sangat mengena dalam hidupmu saat ini?
Dan bagaimana kamu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari?
TADABBUR QURAN: AT TAUBAH 72
Sebelum, kita memasuki ayat-ayat tadabbur, Lumira pingin curhat sejenak nih, tentang apa yang Lumira rasakan belakangan ini. Jujur bebebrapa hari belakangan ini, penyakit lama Lumira, kambuh! yakni: Nethink, alias negative thinking.
Ketika Overthinking Menjadi Beban
Apakah kalian pernah mengalami perasaan was-was yang datang tiba-tiba? Mungkin dalam bahasa sekarang, kita lebih sering menyebutnya dengan “overthinking”. Saya pribadi mengalaminya cukup sering. Dulu, setiap kali merasa kewalahan dengan berbagai persoalan hidup, saya terbiasa mencari orang lain untuk diajak berbagi.
Saya berpikir, dua kepala pasti lebih baik daripada satu. Tapi kenyataannya tidak selalu seperti itu. Ada kalanya, bukannya mendapatkan solusi, saya malah semakin terluka karena cerita saya menyebar ke mana-mana. Hal ini menciptakan rasa tidak percaya yang mendalam — trust issue yang perlahan-lahan membentuk jarak antara saya dan orang lain.
Namun di titik tertentu, Allah mempertemukan saya dengan solusi yang tidak pernah saya duga: Al-Qur’an. Allah menyibukkan saya dengan ayat-ayat-Nya, seolah menunjukkan bahwa tempat paling aman untuk mencurahkan isi hati adalah di hadapan-Nya.
Dulu saya merasa overthinking adalah kelemahan terbesar dalam diri saya, tapi seiring waktu saya sadar bahwa ketika saya mampu mengelolanya dengan baik, ia justru bisa menjadi kekuatan yang besar.
Banyak tulisan dan pengetahuan yang kalian temukan di rumah maya ini sebenarnya lahir dari proses overthinking yang saya arahkan menjadi energi kreatif.
Tadabbur: Menemukan Ketenangan dalam Firman-Nya
Saya mulai membiasakan diri untuk belajar dan menulis sebagai bentuk terapi diri. Ketika dulu saya mencari pelarian dengan bercerita ke sana ke mari, kini saya justru menemukan ketenangan dengan membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Salah satu ayat yang baru-baru ini menyentuh hati saya secara mendalam adalah QS. At-Taubah ayat 72:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗوَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ࣖAllah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, surga-surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan tempat-tempat yang baik di surga ‘Adn. Rida Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.At-Taubah [9]:72
Saat saya mencatat dan merenungkan ayat ini, hati saya tiba-tiba terasa sejuk. Seolah-olah ayat ini datang sebagai penenang dari segala kekacauan batin yang saya rasakan. Allah menjanjikan bukan hanya keindahan surga bagi orang-orang yang beriman, tapi juga sesuatu yang lebih tinggi dari itu — ridha-Nya.
Sebuah bentuk cinta dan penerimaan dari Tuhan yang tidak bisa ditandingi oleh apa pun. Dan saat kita mendapatkan ridha Allah, semua keresahan batin, termasuk overthinking, perlahan-lahan bisa mereda.
Akhir-akhir ini saya sedang mengalami masa sulit, dan jika hanya mengandalkan logika dan cara berpikir saya sendiri, rasanya tidak ada jalan keluar. Tapi saat saya membuka mushaf dan membaca firman-Nya, hati ini terasa disentuh dengan lembut.
Saya belajar untuk memahami apa yang sedang terjadi, belajar untuk menerima, dan belajar untuk berserah diri. Saya yakin, selama kita terus berusaha berada di jalan-Nya, Allah akan menuntun dan meridai setiap langkah yang kita ambil.
Karena sungguh, musuh paling berat dalam hidup ini seringkali bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri. Tapi bila kita mengenali dan mengelola sisi gelap itu, dengan pertolongan Allah, ia bisa menjadi cahaya yang membimbing kita.
Mengapa Ayat Ini Menjadi Obat Overthinking?
Overthinking seringkali muncul karena kita terlalu ingin menyenangkan semua orang, ingin hasil sempurna, atau takut tidak diterima. Tapi ayat ini mengingatkan: tujuan tertinggi adalah mendapatkan ridha Allah, bukan validasi manusia.
Saat hati fokus pada ridha-Nya, kita akan merasa cukup dan lebih damai. Bahkan dalam kondisi dunia yang tidak ideal, hati tetap bisa merasa lapang karena tahu: “Yang penting Allah ridha, sisanya Allah yang urus.”
Pikiran yang terlalu aktif sering disebabkan oleh perasaan tidak aman, takut gagal, atau takut tidak cukup baik. Dalam ayat ini, Allah menegaskan:
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan…”
Artinya, janji ini bukan untuk orang yang sempurna, tapi untuk orang-orang yang beriman dan terus berusaha. Ini adalah bentuk kasih sayang dan kepastian dari Allah bahwa usaha kita tidak sia-sia, sekecil apa pun itu. Dan ini menjadi sumber ketenangan hati bagi siapa pun yang merasa lelah dengan pikirannya sendiri.
Bagi saya pribadi, ayat ini seperti pelukan hangat saat pikiran sedang berisik. Ia tidak menuntut saya untuk berhenti berpikir, tapi mengajak saya untuk mengalihkan energi pikir itu ke hal yang lebih bermakna, yaitu berserah dan yakin pada janji Allah.
QS. At-Taubah 72 meredakan overthinking bukan karena ia menyuruh kita “berhenti berpikir”, melainkan karena ia menggeser arah pikiran kita dari ketakutan terhadap dunia ke harapan akan akhirat dan ridha Allah.
Dalam dunia yang sering membuat kita merasa tak cukup, ayat ini hadir untuk mengingatkan: yang penting bukan seberapa sempurna kita di mata manusia, tapi seberapa tulus kita berusaha dan berharap kepada Allah.
"Sungai-sungai yang mengalir di bawahnya" adalah metafora surgawi yang menunjukkan kedamaian, kemewahan, keabadian, dan kemuliaan tempat tinggal para penghuni surga, sebagai balasan terbaik dari Allah atas iman dan amal mereka. Namun, bukan tidak mungkin kedamaian itu kita dapatkan juga di dunia ini.
Overthinking = Sinyal Jiwa Yang Lelah
Alhamdulillah… sejauh ini Lumira masih diberi kekuatan untuk terus belajar mengelola diri, meski prosesnya naik turun. Saya tahu, saya tidak sendirian dalam perjalanan ini. Ada banyak dari kita yang sedang berjuang: bukan melawan dunia, tapi melawan diri sendiri.
Melawan rasa malas, gelisah, takut gagal, cemas berlebih, dan pikiran-pikiran yang seringkali melelahkan. Untuk kamu yang juga sedang berjuang, saya ingin bilang: jangan terlalu keras pada diri, tapi jangan juga terlalu memanjakannya. Diri ini butuh dididik, bukan ditekan apalagi diabaikan.
Kadang kita lupa bahwa tubuh dan jiwa punya kebutuhan berbeda. Kita sering memberi asupan yang cukup untuk fisik: makanan enak, tidur cukup, olahraga.
Tapi bagaimana dengan jiwa kita?
Ia butuh disentuh, diajak bicara, diperhatikan. Dan tahukah kamu? Overthinking sering kali muncul bukan karena kita “terlalu banyak berpikir”, tetapi karena ada sesuatu yang belum selesai di dalam diri—entah itu rasa takut, luka yang belum sembuh, atau kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Ketika pikiran terus memutar ulang kemungkinan buruk atau skenario yang belum terjadi, itu sering kali merupakan respons dari jiwa yang sedang stress, merasa tidak aman, atau kehilangan kendali.
Dengan kata lain, overthinking bisa jadi cara jiwa kita berteriak minta didengar. Ia berkata, “Ada yang perlu kamu rawat di dalam sini.” Maka daripada terus menyalahkan diri karena terlalu banyak berpikir, kita bisa mulai bertanya dengan lembut: "Apa yang sebenarnya aku rasakan?" atau "Apa yang aku butuhkan saat ini agar bisa merasa aman dan cukup?"
Menghadapi overthinking bukan dengan membungkamnya, tapi dengan mendengarkan dan mendidik jiwa kita dengan kasih dan hikmah. Dan di sinilah, belajar mendekat pada Al-Qur’an, zikir, serta praktik kontemplatif lainnya bisa sangat membantu. Karena saat jiwa mulai tenang, pikiran pun bisa ikut damai.
Maka, mari kita rawat jiwa ini sebagaimana kita merawat tubuh. Ajarkan ia untuk tenang dalam kalimat-kalimat dzikir, tenang dalam membaca Kalamullah, tenang dalam berserah diri kepada Allah. Sebab ketenangan yang paling hakiki bukan datang dari solusi instan, tetapi dari keyakinan bahwa kita sedang berada dalam proses yang benar. Proses menuju menjadi diri yang lebih sehat — luar dan dalam — dengan izin Allah.
0 Komentar
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏