PEOPLE PLEASER : PENGERTIAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN CARA MENGATASINYA.

Pengertian People Pleser


[ewafebri.com] | PEOPLE PLEASER : PENGERTIAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN CARA MENGATASINYA.

Kalian pernah mendengar istilah People Pleaser nggak ? Mungkin bagi yang sering membaca artikel tentang self development tidak asing dengan istilah ini ya ? People pleaser mungkin bukan sesuatu terdengar serius. Apalagi tujuannya kan memang untuk membahagiakan orang lain, yekan ? Eitss.. tapi tunggu dulu ! Karena ternyata people pleaser ini bisa dianggap sebagai gangguan jiwa loh ! Apalagi kalo tarafnya sudah sangat meresahkan ! Tapi sebenarnya apa sih pengertian, penyebab, dampak dan cara mengatasi hal gangguan jiwa yang satu ini ? Dan mengapa pula hal ini dianggap membahayakan kehidupan kita ? Yuk kita bahas bareng-bareng !

PEOPLE PLEASER : PENGERTIAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN CARA MENGATASINYA.


Sejujurnya belakangan ini saya sedang menguji hidup saya lagi dan lagi. Terutama tentang tindakan dan perilaku saya selama ini. Oleh sebab itu, saya sedang rajin belajar tentang hal-hal yang dianggap sebagai penyakit “jiwa” atau Disorder (Gangguan Mental), supaya saya bisa lebih memahami tentang diri sendiri seutuhnya.

Terkadang perbuatan baik apabila dilakukan secara berlebihan tentu "tidak baik" untuk kita jalani ya ? Bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk lingkungan sekitar kita. Dan kali ini saya ingin mengambil materi disorder tentang people pleaser. Siapa tahu dengan mengenal indikatornya kita bisa menghisab diri sendiri dan mulai memperbaikinya, supaya kita tidak terjebak dalam lingkaran mindset ini. Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang apa pengertian dan ciri-cirinya.

PENGERTIAN


Quote people pleaser


People Pleaser adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan orang yang memiliki kecenderungan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain, membahagiakan orang dengan tendensi agar dianggap baik atau pribadi yang paling membantu. Mereka rela mengorbankan waktu, bahkan kebahagiaan dirinya agar menjadi orang yang dianggap berjasa bagi orang lain.

Tak ada yang salah dengan melakukan kebaikan, namun apabila kebaikan itu sebagai bentuk untuk mendapatkan sebuah penghargaan atau pengakuan, maka hal itu akan bisa mengganggu kesehatan mental dan jiwa kita. Kita tak mampu lagi mem-filter nilai-nilai budi luhur karena semua kebaikan dilakukan agar mendapatkan balasan. Jadi kebaikannya ini sifatnya lebih ke transaksional, namun sifatnya sangat halus, sehingga tak banyak orang yang menyadari perilaku ini.

Dalam batas normal, tindakan people pleaser bukanlah sesuatu yang memiliki dampak buruk. Namun jika kita membiarkan kebiasaan ini dan menjadikannya sebagai salah satu habit kita, maka lama-kelamaan kita tidak lagi menjadi diri sendiri. Tetapi kita justru akan menjadi manusia yang tak memiliki karakter yang kuat.

People pleaser sendiri sebenarnya bukanlah nama sebuah diagnosa penyakit mental, akan tetapi sebuah istilah yang disematkan pada perilaku orang yang terlalu mengabaikan dirinya sendiri dan bertindak atas dasar keinginan orang lain (masyarakat). Perilaku ini lama kelamaan akan menjadi sebuah isu tersendiri bagi yang menjalaninya.

Tidak ada informasi yang pasti tentang siapa orang yang menyebarkan istilah ini, namun yang pasti ada psikolog yang merasa bahwa perilaku ini bisa menganggu kehidupan seorang individu dalam jangka panjang. Menurut Dr. Elena Touroni, seorang konsultan psikologi dan co-founder dari My Online Therapy mengatakan :

“As a children, we can learn that keeping others happy is important. We might have had a parent who was veri dominating and authoritarian – or have grown up in a family of people pleasers who modelled that behaviour.” (Thomson, Lizzie. The Psychology Behind People Pleasing and Why So Many Of Us Do It. 2021) [i]

Jadi menurut Dr. Elena, perilaku people pleaser bisa terjadi karena pola asuh anak dalam sebuah keluarga yang membuat mereka memutuskan segala sesuatu berdasarkan pertimbangan orang lain. Hal ini akan dia bawa hingga tumbuh dewasa, apalagi jika orang-orang di sekitarnya pun melakukan hal yang sama. Apresiasi yang berlebihan juga bisa membuat mereka tergantung dan menginginkan pujian sepanjang hidupnya, jadi penting juga bagi orang tua untuk tahu kapan mereka harus memberikan apresiasi, kapan mereka membatasi agar kehidupan anaknya kelak tidak tergantung pada penilaian orang tentang dirinya.

Mereka kelak akan menganggap bahwa nilai dirinya terletak pada pandangan baik orang lain terhadap dirinya sendiri. Ia menjadi manusia yang selalui ingin disukai dan dipuji oleh orang lain. Hidupnya pun pada akhirnya akan dikontrol oleh validasi orang lain.

Pada dasarnya manusia itu ada yang autentik dan ada yang tidak. People pleaser masuk pada kategori manusia yang tidak autentik karena mereka mengabaikan keinginannya dan kebahagiaannya demi untuk memenuhi kesenangan orang lain. Orang-orang seperti ini kebanyakan tidak memiliki prinsip yang jelas dalam hidupnya. Seolah mereka ini ada hanya sebagai pelengkap saja dalam sebuah komunitas/grup tertentu. (ehmm.. bisa jadi saya adalah salah satunya nih, hihihi...)

KARAKTERISTIK PEOPLE PLEASER


Untuk mengetahui apakah diri kita termasuk orang-orang yang masuk dalam kategori people pleaser, kita bisa menggunakan parameter berikut inin gaes :

  • MENYENANGKAN ORANG LAIN. Seorang people pleaser itu biasanya berupaya menyenangkan orang lain, walaupun dirinya merasa tertekan atau keberatan. Mereka tidak bisa mengatakan “Tidak” karena merasa berhutang budi atau memiliki rasa segan yang terlalu berlebihan, apalagi di hadapan orang-orang yang memberinya validasi atau pengakuan tertentu. Misalnya bos, teman, keluarga atau masyarakat lainnya. Intinya dia melakukan perbuatan tersebut bukan atas dasar kerelaan atau ketulusan, tapi ingin dianggap “sesuatu” oleh orang lain.
  • RENDAH DIRI. Rendah hati dan rendah diri adalah dua hal yang berbeda. Rendah hati adalah seseorang yang memiliki kemampuan tertentu, namun tidak ingin mengumbar atau menyombongkannya di hadapan orang lain. Sementara rendah diri, adalah ketidak-mampuan seseorang namun dibalut dengan perilaku yang membuat senang orang lain agar tidak terlihat kekurangannya tersebut. Banyak people pleaser yang berakhir jadi “penjilat” karena ia berusaha agar bisa diterima oleh orang lain.
  • SELALU SETUJU / TIDAK BERANI MENGATAKAN TIDAK. Seorang people pleaser biasanya selalu setuju terhadap pendapat orang lain walaupun sebenarnya berlawanan dengan nilai-nilai yang ia yakini. Hal ini dilakukan agar mereka terhindar dari perdebatan dan konflik yang terjadi.
  • MERASA BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERASAAN ORANG LAIN. Seorang people pleaser akan tertawan oleh penilaian orang lain dan emosi orang lain terhadap dirinya. Apabila terjadi suatu hal yang buruk mereka seolah yang merasa harus bertanggung jawab dan kemudian menyalahkan dirinya sendiri. Meskipun itu bukan salahnya. Biasanya mereka akan menjadi korban para manipulator karena mereka merasa bersalah terhadap suatu kondisi di luar dirinya.
  • TIDAK BISA MENGENALI EMOSINYA. Perlahan namun pasti seorang people pleaser akan memiliki kecerdasan emosi yang rendah. Karena mereka terlalu sering mengabaikan perasaannya sendiri. Lama kelamaan hal ini akan menjadi suatu yang normal dalam hidupnya..
  • BUTUH PUJIAN / VALIDASI. Seringnya mengabaikan emosi yang dimiliki, membuat seorang people pleaser memiliki konsep hidup yang negatif. Ia akan membutuhkan pengakuan dan validasi orang lain agar dianggap berharga. Pada masa tuanya, mereka akan bisa mengalami post power syndrome karena merasa hidupnya tak lagi berharga karena tak ada lagi yang bisa mencukupi kebutuhan emosinya.
  • MENGHINDARI KONFLIK. Terkadang kita memilih untuk ikut apa kata orang lain agar tidak terjadi konflik. Padahal sejatinya kita merasa keberatan atas perilaku mereka terhadap kita. People pleaser adalah orang-orang yang mengabaikan tentang hal ini, asal baginya orang lain itu akan bahagia. Ia tidak peduli meskipun dirinya menderita.

Meski seolah seorang people pleaser itu adalah pribadi yang baik dan suka mengalah, namun sebenarnya ada yang tidak sehat dalam emosi dan jiwanya. Kebaikan yang dilakukannya pada dasarnya adalah bentuk keterpaksaan karena mereka menginginkan imbalan. Imbalan itu bisa berupa pujian, pengakuan, jabatan ataupun pengakuan.

Jika kita ingin mengetahui apakah kita seorang people pleaser atau bukan, coba pertimbangkan pertanyaan berikut ini :

  • What will they think ? (Apa yang akan mereka pikirkan tentang saya ? ) >> apakah pertanyaan ini sering menyinggahi kalian apabila ingin melakukan suatu tindakan ?
  • What if i say “No” ? (Bagaimana kalo saya bilang “tidak” ya ? >> Saat kalian ingin menolak suatu tawaran, apakah kalian selalu memikirkan hal ini ?
  • Will we still be friends ? (Apakah kami akan tetap menjadi teman ? ) >> Apakah kalian merasa ketakutan ditinggalkan oleh circle kalian apabila kalian melakukan suatu tindakan ?
  • Will they get mad ? (Apakah mereka akan marah ?) >> berapa sering pertanyaan ini menghantui pikiran kalian apabila sedang melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu ?
  • I wish i could say “No” >> munculnya banyak penyesalan dalam diri ketika kalian mengatakan atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati kecil kalian.

Jika kita melakukan segala sesuatu dan justru yang sering muncul dalam pikiran kita adalah pertanyaan-pertanyaan di atas, mungkin memang sebaiknya kita menjadi waspada. Bisa jadi kita sedang mengalami jenis disorder (1) ini.

PLEASER & ATRUIST


Meski begitu tak semua tindakan baik dan menolong orang lain merupakan tindakan people pleaser. Karena sejatinya ada parameter tertentu mengapa kita bisa masuk kategori pleaser atau tidak. Ada dua jenis kategori ketika manusia melakukan kebaikan. Umumnya kan kita hanya menganggap kebaikan itu berdasarkan niatnya, ikhlas atau tidak. Begitu pun parameter untuk kategori ini :

  • Orang yang “pleaser” biasanya akan membantu orang lain dengan harapan ingin mendapatkan feedback/balasan yang diinginkannya. Balasan ini bisa berbentuk materi seperti uang, barang, atau bahkan dalam bentuk pengakuan/validasi. Misalnya biar dianggap “orang baik”, dermawan, atau jaim (jaga image). Intinya kebaikan yang terlahir dari dirinya selalu memiliki embel-embel terselubung.
  • Atruist adalah seseorang yang melakukan kebaikan demi orang lain di luar dirinya. Ia tidak mengharapkan balasan, meskipun rasa terima kasih. Yang mereka lakukan adalah memperjuangkan “sesuatu” untuk orang lain dengan tulus ikhlas. Misalnya saja para pahlawan, keluarga (walaupun ada juga yang masih sering membahas kebaikannya, hihihi...), orang tua pada anaknya (walaupun gak semua), spiritualist, dll.

Dari kedua kategori di atas kita bisa membedakan tindakan seorang pleaser berdasarkan niatnya berikut ini :

  • Kepahlawanan. Seorang pleaser tentu berbeda dengan orang yang melakukan sesuatu karena tindakan tulus memperjuangkan suatu hak tanpa meminta imbalan. Mereka memang ingin melakukan suatu kebaikan, tetapi bukan untuk dipuji atau dibalas dengan materi.
  • Kewajiban. Jika seseorang melakukan suatu tindakan yang baik, bukan berarti itu merupakan bentuk dari perilaku people pleaser tetapi memang itu menjadi kewajibannya sebagai manusia. Misalnya saja sedekah atau zakat.
  • Cinta. Orang yang mencintai seseorang pasti akan melakukan segala sesuatu tanpa imbalan. Karena yang ingin mereka berikan adalah ketulusan dan keikhlasan. Namun apabila ada yang mengaku mencintai seseorang, tetapi masih mengharap balasan, itu bisa merujuk pada “bukan cinta sejati” tapi “cinta transaksi”.
  • Komitmen. Beberapa orang memiliki atau menetapkan komitmen tertentu untuk hidupnya. Misalnya saja, saya berkomitmen untuk menjadi penulis, oleh sebab itu saya pun rajin menulis buat pembaca, (inshaAllah) bukan karena ingin dianggap sesuatu. Tetapi ya karena hobi saja. Hihii..

Seorang people pleaser biasanya adalah orang-orang yang merasa insecure. Sehingga mereka menyenangkan orang lain dan berharap orang lain tidak akan melihat kelemahan atau kekurangan mereka.

PENYEBAB PERILAKU PEOPLE PLEASER


penyebab people pleaser


Seseorang berperilaku menjadi people pleaser, tentu ada yang melatarbelakanginya. Menurut Dr. Elena tadi, sistem pola asuh anak sejak dini bisa mempengaruhi mereka dalam perkembangan jiwanya. Namun apa sih sebenarnya penyebab perilaku ini secara detail ?

KETAKUTAN DAN KEKUATIRAN


Awal mula seseorang berperilaku people pleaser biasanya karena muncul rasa takut dalam dirinya. Ia takut akan ditinggalkan oleh orang lain atau takut tidak disukai oleh orang lain. Bahkan tak jarang dari mereka yang merasa takut tidak mendapat persetujuan dan tidak dicintai oleh orang lain, walhasil mereka suka mengabaikan perasaannya dan keinginannya agar bisa diterima oleh orang lain.

Dampak buruk dari rasa takut ini adalah tumbuhnya kemarahan pada dirinya sendiri, lantas kemudian muncul kebencian pada dirinya sendiri. Ia merasa marah dan benci atas kelemahan yang menurutnya tidak masuk dalam standar hidupnya. Terkadang kemarahan dan kebencian ini tak hanya berhenti pada dirinya saja, namun yang lebih parah adalah terefleksi dalam hidup orang lain. Jika dibiarkan tentu hal ini tidak menjadi baik untuk dirinya dan lingkungannya.

Misalnya saja, karena dia tidak ingin terlihat lemah dan insecure (2) , maka ia menyebarkan kejelekan orang lain dan berharap orang akan fokus pada berita yang disebarkannya daripada tingkah lakunya. Maka jangan heran, seorang people pleaser biasanya suka ikut sana, ikut sini. Karena ia tidak memiliki pijakan yang kokoh untuk prinsip hidupnya sendiri. Yang terburuk, kadang sifat yang berlebihan akan membentuk mereka menjadi munafik dan tidak dapat dipercaya.

INFERIORITY

Menjadi orang tawaddu (rendah hati) itu dianjurkan oleh Allah SWT, namun jangan salah rendah hati dan rendah diri adalah dua hal yang berbeda. Rendah hati adalah sebuah sikap di mana seseorang memiliki banyak kemampuan, namun ia enggan mengeksposnya. Sementara orang yang rendah diri adalah orang yang tidak memiliki banyak kemampuan namun ditutupi dengan sikap yang tinggi hati atau sebaliknya. Dengan alasan agar orang lain tidak memperhatikan atau melihat kelemahannya tersebut.

Sekarang kita tes, apakah kita termasuk orang yang rendah diri dengan menggunakan parameter di bawah ini :

  • Sensitif saat dikritik. Apakah kita menjadi pribadi yang suka mengkritik tetapi tidak ingin dikritik ? Karena biasanya orang yang inferior itu adalah orang yang suka berlebihan saat mengkritik namun akan marah jika dikritik. Ia menjadi sangat agresif dalam membongkar kelemahan orang lain. Ia membongkar kelemahan orang lain karena berharap orang tak mengetahui kelemahannya.
  • Suka mencela orang lain. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian orang lain agar tidak mencela dirinya. Mereka ini tipikal orang yang menyebarkan narasi buruk untuk orang lain, agar ia terlihat lebih baik dari orang lain.
  • Merasa orang lain merundung dirinya terus menerus. Ia selalu menempatkan posisinya sebagai korban / victim. Mereka ini orang-orang yang sering lari dari tanggung jawab dan menimpakannya kepada orang lain agar kelihatanannya orang lain yang memiliki image3 buruk.
  • Kalo dipuji senangnya luar biasa, bahkan berlebihan karena merasa kelemahannya tidak diketahui orang lain.
  • Insecure. Tidak suka berbaur dan merasa tidak percaya diri jika dibandingkan.

Apakah kita memiliki kecenderungan parameter di atas ? Walaupun tak sepenuhnya benar semua lho ya ? Terutama pada poin terakhir, karena terkadang ada orang-orang yang tidak suka bergaul (membatasi pergaulannya) karena merasa buang waktu dan energi. Tetapi saat mereka berkumpul dengan orang lain, ya normal aja. Ada juga orang yang tidak suka dibandingkan dengan orang lain karena menganggap hal tersebut kurang relevan. Apalagi tujuan hidup dan atensinya berbeda dengan orang lain.

Apa sih yang menyebabkan seseorang menjadi rendah diri ? Faktor apa saja yang mempengaruhinya ?

Sifat atau perilaku orang yang rendah diri itu tidak terbangun dalam waktu dekat, tetapi bahkan bisa saja dari masa kecilnya. Misalnya saja :

  • Sering mendapatkan disapproval (4) dari lingkungan keluarganya (terutama orang tuanya).
  • Sering mendapatkan penilaian yang negatif secara terus menerus dan tidak mengetahui bagaimana cara menyikapinya dengan baik.
  • Sering dikritik (dinyinyirin lebih tepatnya)
  • Memiliki kekurangan versi standar-nya sendiri.
  • Selalu dibandingkan sejak kecil sehingga ketika tumbuh dewasa mereka merasa muak dengan perilaku yang sama secara berulang.
  • Mengganggap diri lebih rendah (finansial, budaya, agama, parameter lainnya).

Saat perlakuan orang lain kepada kita dilakukan secara berulang, dan di saat yang bersamaan kita tidak memiliki respons yang baik untuk menghadapinya, maka makin lama akan bisa membentuk diri kita tanpa disadari. Itulah sebabnya penting untuk memiliki pegangan hidup yang kuat, Allah SWT.

Mungkin saat kita masih kecil, kita tak menyadari apa yang terjadi dalam hidup kita. Kita bahkan tidak diberi kesempatan untuk berontak dan melakukan apa yang kita sukai, namun saat menginjak dewasa, tak ada salahnya kita mulai menguji hidup kita. Karena terkadang kita tidak menyadari penyakit mental yang kita bawa sejak kecil. Dengan sering menguji dan mempertanyakan hidup kita saat dewasa, kita bisa menyembuhkan (healing) diri kita sendiri, dan mengubah pola pikir atau mindset sehingga kita tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain.

SISTEM SOSIAL

Satu lagi penyebab yang sulit kita hindari, karena kita hidup bermasyarakat atau tidak sendiri. Sistem sosial juga sangat berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Apalagi sistem berikut ini :

  • Feodalisme membentuk sistem masyarakat yang terbagi dalam beberapa kelompok strata. Hal ini bisa menyebabkan seseorang merasa rendah diri dan takut tidak diterima oleh kalangan di atasnya.
  • Patron – client >> tak bisa dipungkiri seorang klien atau patron mampu memenjarakan kebebasan seseorang. Sehingga semakin lama akan membentuk manusia menjadi people pleaser (asal bapak senang).
  • Kapitalis. Ini sih gak cuma terjadi dalam satu personal saja ya ? Tetapi bahkan juga bisa menguasai suatu negara.

Sistem-sistem yang tak bisa dihindari inilah yang terkadang membentuk perilaku manusia agar mereka bisa menyenangkan orang lain dan berharap terhindar dari konflik. Karena banyak terjadi orang yang menolong itu sebenarnya tidak berdasarkan kerelaan namun mereka berusaha mengontrol atau memenjarakan orang yang ditolong dengan kebaikannya.

KETERGANTUNGAN

Manusia yang menggantungkan hidupnya pada orang lain biasanya menjadi seorang people pleaser. Mereka merasa takut ditinggalkan atau berpisah dengan orang lain karena kuatir tidak mampu hidup sendiri. Demi agar bisa tetap bersama orang lain, ia rela mengorbankan dirinya bahkan harga dirinya sendiri. Itulah mengapa dalam Islam, Allah mengajarkan manusia untuk tawakkal hanya kepadaNya saja. Setiap usaha dilakukan namun kita harus sadar bahwa pemegang kekuasaan tertinggi bukan orang lain, tetapi Allah SWT.

Hal ini pernah saya alami. Awalnya saya merasa sangat takut saat memutuskan resign5 terhadap pekerjaan. Karena selama ini saya sangat bergantung pada pada gaji sebagai sumber rezeki utama. Saya lupa dan mengabaikan bahwa Allah SWT sumber rezeki paling utama. Itu sebabnya saya dilanda ketakutan saat memutuskan untuk resign.

Alhamdulillah ! Resign adalah jalan yang tepat untuk saya tempuh karena dengan cara itu saya jadi lebih bisa mengeksplorasi diri. Dan yang terpenting dan paling utama adalah hubungan saya dengan Allah SWT jadi bisa diperbaiki. Kini saya hanya menggantungkan diri kepadaNya atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.

Ketergantungan ini tuh sifatnya lebih ke mindset sebenarnya ya ? Meskipun kita sedang bekerja untuk orang lain, tetapi sadarilah bahwa rezeki yang kita terima sesungguhnya dari Allah SWT, jadi walaupun kita terkesan melakukan pekerjaan atas perintah orang lain, namun sesungguhnya kita mempersembahkannya pada Allah SWT. Yang terpenting kalian harus paham bahwa apa yang kalian lakukan tidak bertentangan dengan nilai-nilai budi pekerti yang luhur.

DAMPAK PEOPLE PLEASER


Apa sih yang akan kita peroleh ketika kita menjadi people pleaser ? Dampak apa yang akan kita dapatkan ?

Segala sesuatu yang berlebihan dan niat yang tidak tulus, biasanya akan berdampak besar dalam hidup kita. Terutama dalam konotasi yang negatif. Hal ini juga berlaku pada perilaku people pleaser. Apa saja pengaruhnya dalam hidup kita ?

LELAH (Lahir dan batin)

Melakukan segala sesuatu atas dasar keterpaksaan dan bukan atas keinginannya sendiri, akan mengakibatkan kelelahan dalam hidup kita secara lahir maupun batin. Masalahnya kadang kita tidak sadar bahwa aktivitas yang kita kerjakan dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan pribadinya. Belum lagi jika kita tidak sadar menjadi korban manipulasi orang lain. Kita melakukan segala sesuatu yang bukan menjadi diri kita agar bisa menyenangkan orang.

Akan berbeda jika niat kita memang tulus membantu, Allah akan menjaga kita dan menjauhkan kita dari orang-orang yang ingin memanfaatkan kita karena bertabrakan dengan nilai-nilai kebaikan yang ada. Jadi, saat membantu orang lain dengan ketulusan, meskipun kita tidak sadar tentang perangai orang yang kita bantu, Allah akan selalu menjaga kita dari tipu daya mereka. Yang terpenting, kenalilah tanda-tanda dari Allah ketika Dia memberikan sinyal bahaya.

Menjadi orang autentik itu sebenarnya tidak melelahkan secara general. Ya palingan lelahnya kalo harus menerima banyak kritikan dari orang-orang yang merasa keberatan dengan keaslian diri kita sendiri. Hihihi.. Ya gak apa-apa lah, gak semua orang harus menyukaimu. Ingatlah bahwa :

“Allah Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Maha Penyayang aja masih saja banyak yang tidak menyukaiNya. Bahkan mengingkari keberadaanNya, lah apalagi kita yang cuma manusia biasa. Hehehe... Even God Can’t Please Everyone.“

SELF HATRED

Kecenderungan membuat orang senang secara berlebihan akan menimbulkan Self-Hatred atau membangun kebencian pada diri sendiri. Kita akan merasa benci dan tidak menerima diri kita sendiri. Lebih parahnya kita akan kehilangan kesejatian diri kita sendiri.

Allah menciptakan umat manusia dengan keunikan dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Yang kita butuhkan adalah memahami siapa diri kita sebenarnya ? Apa saja kelebihan yang kita miliki ? Dan apa yang menjadi kekurangan diri kita sehingga kita bisa mengubah atau memperbaikinya. Masalahnya, hal ini membutuhkan waktu dan energi, sehingga kita diharapkan untuk fokus memperbaiki diri sendiri daripada menghabiskan waktu untuk menyenangkan orang lain.

Self Hatred ini biasanya terjadi karena kita sering menyalahkan diri kita sendiri atas emosi yang ada pada orang lain. Padahal tak semua hal harus menjadi tanggung jawab kita, namun bukan berarti kita tidak mempertimbangkan perasaan orang lain. Lakukanlah segala sesuatu dengan porsi yang pas. Tak perlu berkata buruk, namun juga gak perlu berbohong hanya karena membahagiakan orang lain. Mungkin kita memang harus belajar banyak kosakata agar apa yang kita katakan bukan bentuk kebohongan, sekaligus tidak dengan bahasa yang kasar atau menyakitkan.

Membaca dan menulis adalah upaya kita belajar untuk mengumpulkan kosakata yang banyak, hahaha.. sekaligus meramu agar menjadi kalimat yang enak didengar meskipun memberikan kritikan. Jika kritikan tersebut tidak diterima oleh orang lain, ya tidak masalah, paling tidak kita menyampaikannya dengan bahasa yang baik.

TIDAK MEMPERBAIKI SITUASI


Saya pernah berada dalam situasi ini. Niat hati adalah membantu orang lain agar mereka senang, tapi yang terjadi saya justru menipu diri saya sendiri. Sejujurnya kita menolong orang lain, saya berniat tulus, namun seiring dengan berjalannya waktu saya merasa menyabotase diri saya sendiri. Yang lebih parah, justru bantuan saya tidak membuat keadaan membaik tapi malah sebaliknya.

Setelah melalui banyak pertimbangan, pada akhirnya saya memilih untuk membatasi diri saat membantu orang lain. Apalagi jika bantuan yang saya berikan melanggar nilai-nilai yang saya yakini, tentu hal ini harus segera dihentikan.

Paling tidak sebagai manusia, kita itu harus tahu kapan terus membantu orang lain. Kapan berhenti membantu. Jika tidak maka yang terjadi kita malah memperburuk keadaan yang ada.

MENGECEWAKAN YANG LAIN

Nah ini yang akan terjadi jika kita tidak sadar akan dampak yang kita hadapi. Alih-alih berniat membantu orang agar bahagia, eh ternyata orangnya malah gak senang atau kecewa. Karena mungkin kita berlebihan dan gak tahu diri. Hal ini sering terjadi kan ? Kita membantu orang lain dan berharap mendapatkan apresiasi namun yang terjadi justru sebaliknya. Oleh sebab itu, mari kita belajar untuk tidak mengharapkan apa pun dan tidak bertindak berlebihan apabila menyangkut orang lain.

Bantulah ketika memang harus membantu dengan sewajarnya, agar merasa tidak dimanfaatkan. Pergilah bila memang hal itu diperlukan apalagi jika aktivitas yang kita lakukan sudah melanggar batasan nilai yang kita buat. Tak masalah jika banyak orang yang mencela, toh terkadang kita melakukannya untuk kebaikan bersama. Dan tak perlu lagi mengharapkan apa-apa dari mereka. Karena bagaimana pun imbalan di sisi Allah SWT lebih kekal dan terbaik. (QS. Al Kahf ayat 44, QS. Ali Imran ayat 136 dan QS. Al Baqarah ayat 82).

Dan ingatlah bahwa Allah pun hanya menuntut manusia untuk membantu orang lain sesuai kesanggupannya. Jika merasa tidak sanggup, ya sudah tidak apa-apa karena bagaimana pun urusan dunia adalah milik Allah SWT (QS. Al A’raf ayat 42). Yang terpenting, kita tulus ikhlas menjalankannya.

FILOSOFI PEOPLE PLEASER




Ternyata perilaku people tidak hanya terjadi di era sekarang loh. Tetapi sepanjang sejarah hidup manusia memang selalu ada saja tindakan manusia berdasarkan pemikiran ini. Makanya jangan heran jika para filsuf pun memiliki pemikiran tersendiri tentang hal ini. Ya, mungkin istilahnya memang tidak selalu sama ya ? Namun berdasarkan perilaku, umat manusia memiliki kecenderungan pola yang sama. Siapa saja filsuf yang memiliki pemikiran tentang people pleaser ?

Menurut Pak Fahrudin Faiz dalam Ngaji Filsafatnya tentang People Pleaser yang ditayangkan dalam channel Youtube, MJS Channel [ii], ada beberapa filsuf yang memiliki pemikiran tentang hal ini, di antaranya :

PAULO COELHO


“Saat kau mengatakan “YA” pada orang lain, pastikan kau tidak mengatakan “TIDAK” pada diri sendiri.”

Ketika kita menerima tawaran untuk membantu orang lain, pasti kan bahwa hatimu pun menyetujuinya. Terkadang kita melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan hanya karena kita tidak merasa enak hati pada orang lain. Percaya lah hidup seperti ini akan melelahkan, dan kita akan menjadi incaran para kaum narcissistic (6). Dan perlahan kita pun akan memiliki karakter yang sama seperti mereka, narsis.

Owh iya, saya baru sadar loh, ternyata di dunia ini ada orang-orang yang dijuluki sebagai “pencuri karakter”. Mereka ini memang tak terlihat oleh mata indra kita, namun biasanya bisa terdeteksi dari cara mereka memanipulasi orang lain. Para “pencuri karakter” ini bisa menipu kita dengan perangai yang seolah baik-baik saja, namun sebenarnya di balik perilaku nya, dia mengubah karakter kesejatian kita menjadi pribadi yang tidak kita inginkan.

Misalnya saja, kita sebelumnya bukanlah orang yang suka berghibah atau membicarakan orang lain, namun orang ini tiba-tiba hadir dalam hidup kita dan mengajak kita ngobrol sepanjang waktu membahas keburukan orang lain. Jika kita tak menyadarinya, mereka akan mengubah karakter kita menjadi seperti mereka, suka berghibah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk terus belajar dan sadar atas tindakan yang kita lakukan dan konsekuensi yang akan kita jalani. Jangan sampai kita membuat suatu keputusan, namun tidak sadar dengan konsekuensi dalam jangka panjang.

LAO TSU


“Pedulikan pikiran orang lain dan engkau selalu menjadi tawanan mereka.”

Gambaran ini sepertinya hampir semua orang pernah mengalaminya. Terutama yang berhubungan dengan relasi keluarga, orang tua dan anak. Karena atas dasar rasa hormat dan saya kepada orang tua, kita cenderung mengabaikan keinginan sendiri dan mengikuti mereka. Tak ada yang salah dengan hal ini, terutama jika orang tuanya bukan tipikal orang yang toxic.

Tetapi hal ini akan menjadi masalah besar apabila kita memiliki orang tua yang tidak memberikan ruang pada anaknya untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Setiap anak diberikan bakat dan keunikan yang berbeda oleh Allah SWT. Sepatutnya orang tua mendampingi anak agar bisa mengembangkan kemampuannya tersebut.

Banyak hal yang terjadi dalam masyarakat kita, tentang orang tua yang memaksakan kehendak terhadap anak-anaknya. Bahkan kasus yang terparah membuat sang anak rela meninggalkan rumah atau mengakhiri hidupnya. Hal ini tentu bukan yang kita inginkan, kan ? Misalnya saja, Allah menciptakan anaknya untuk menjadi seorang seniman, tetapi orang tuanya memaksanya menjadi seorang astronaut, makanya dituntut belajar materi eksak terus-terusan. Hal ini jika dibiarkan akan menyiksa jiwa sang anak, karena dari kecil mereka dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.

Saat mereka dewasa pun, terkadang mereka akan melakukan hal yang sama pada anak-anak mereka, sehingga kondisi serupa akan terus berulang. Berbeda dengan orang yang ketika dewasa ingin menyembuhkan dirinya terlebih dahulu dari luka hatinya. Biasanya mereka akan memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang berbeda pula.

“ketika seseorang percaya diri, ia tidak berusaha meyakinkan orang lain.”

Orang yang memiliki rasa percaya diri, biasanya tidak ingin menghabiskan waktu dengan meyakinkan orang lain bahwa dirinya hebat. Mereka cukup menjalani apa yang ingin dilakukannya, entah itu gagal atau pun sukses. Baginya kegagalan dan kesuksesan sama-sama memiliki dampak baik dalam hidupnya. Ia mampu belajar hal baru dari kegagalannya, dan ia juga bisa mengembangkan diri lebih jauh dari kesuksesan yang diraihnya.

“Ketika seseorang menerima dirinya, seluruh dunia kan menerimanya.“

Pernyataan ini terkesan paradoks ya ? Karena kenyataanya banyak orang yang tidak suka/senang ketika orang lain merasa cukup dengan dirinya sendiri. Mereka akan menyerangnya dengan hinaan dan cacian agar orang tersebut merasa putus asa (feeling down). Semua ini pasti ada campur tangan godaan setan yang terkutuk, dan disambut dengan ego kita. Walhasil kita terjebak dalam perangkap syaiton nirojim.

Tetapi tentu dampaknya akan berbeda, jika kita tak lagi menjadikan opini orang lain sebagai prioritas kita dalam bertindak. Kita cukup menerima diri kita dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Maka dengan sendiri, orang-orang yang tidak terima akan sikapmu, akan tertutupi oleh rasa “contentment”. Dengan begitu, apresiasi diri sendiri sudah cukup bagi kita.

AESOP


“Kalau engkau mencoba menyenangkan semua orang, sebenarnya engkau tidak menyenangkan siapa pun. “

Kita harus menyadari bahwa dalam hidup ini selalu ada orang yang suka dan tidak suka dengan kita. Apa pun alasan mereka, ada banyak hal yang kita lakukan dan kerjakan yang tidak memenuhi standar hidup mereka semuanya. Dan pada akhirnya akan dicela juga. Jika kita hidup berdasarkan standar kepuasan orang-orang dan menuruti apa yang mereka mau, tentu hidup ini akan terasa melelahkan.

Ingatlah selalu bahwasanya Allah menciptakan segala hal berpasang-pasangan. Artinya jika ada orang yang menyukai kita, pasti ada juga orang yang tidak suka dengan kita bahkan dalam keluarga sendiri. Rasa iri, dengki, kurangnya rasa bersyukur manusia, membuat mereka sering kali memberikan respons yang negatif terhadap orang lain.

Dengan memahami hal ini, maka ketika kita menghadapi orang-orang yang tidak suka atas diri kita, jadi lebih mudah. Karena sejatinya segala hal yang berlawanan, Allah ciptakan untuk menghidupkan keseimbangan.

ARISTOTLE


“Satu-satunya jalan menghindari kritik adalah jangan melakukan apa pun, jangan berkata apa pun, jangan menjadi apa pun.”

Kalo menurut pandangan Aristotle, namanya manusia hidup itu kalo melakukan sesuatu, berkata sesuatu, menjadi sesuatu akan menerima respons dari orang lain, entah itu baik maupun buruk. Jika tidak ingin mendapatkan respons buruk/dikritik ya berarti diam aja. Gak usah melakukan apa-apa. Kalo perlu memang mengasingkan diri dari masyarakat. Karena, ketika kita hidup dalam bermasyarakat, mau tidak mau kita memang harus menghadapi banyak persoalan, di antaranya adalah kritik.

Dari sini saya belajar bahwa apa pun yang saya lakukan harus berniat Lillahi Ta’ala, agar kita bisa menjalankan segalanya dengan keikhlasan dan tak terjebak dalam perilaku pleaser. Dan saya yakin hal ini gak gampang dilakukan, karena butuh proses belajar yang panjang.

CARA MENGATASI


Cara mengatasi perilaku people pleaser


Setelah kita mengetahui apa saja penyebab dan dampak dari perilaku ini, tentu kita butuh strategi untuk mencegahnya agar kita tidak terjebak dalam perilaku yang sama. Nah apa saja yang perlu kita lakukan untuk mengatasinya ?

SELF RESPECT


Self Respect adalah menghargai diri sendiri. Untuk bisa menghargai diri sendiri kita juga harus mengenal nilai-nilai yang ada dalam diri kita. Akan sangat membantu apabila kita bisa mengetahui kelebihan serta kekurangan diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa memperbaiki kekurangan diri dan meningkatkan kelebihan yang kita miliki.

Tanpa mengenali diri sendiri, terkadang kita akan merasa kesulitan untuk menghargai apa yang telah kita lakukan. Di saat kita mampu menghargai diri sendiri, serta terpenuhi kebutuhan kita akan apresiasi, maka kita tak lagi membutuhkan dari luar diri kita.

SELF ESTEEM


Membangun penghargaan pada diri sendiri. Memiliki kebanggaan diri yang tinggi memang terkadang membuat kita jadi melampaui batas, namun bukan berarti rasa kebanggaan diri ini tidak boleh ada. Karena bagaimana pun bangga diri dibutuhkan manusia agar bisa menerima dirinya sendiri, berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Yang perlu disadari adalah bahwa bersamaan dengan terbangunnya rasa bangga terhadap diri, kita juga harus mengimbangi dengan tawakal kepada Allah SWT. Karena apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena izinNya. Dengan begitu, ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak mudah putus asa, dan saat kita mengalami kesuksesan kita tidak merasa jemawa. Kita menyadari sepenuhnya bahwa segala sesuatu atas kehendakNya.

SELF CONFIDENCE


Ketika manusia sudah bisa menghargai dirinya sendiri, kemudian timbul rasa bangga pada dirinya, maka akan terbangun rasa percaya diri. Ia bisa memahami nilai dirinya sendiri, sehingga dalam bertingkah laku ia akan belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ia jajaki.

Manusia yang tidak memiliki kepercayaan diri, biasanya tidak memiliki motivasi dalam dirinya untuk melakukan sesuatu sehingga dalam menjalankan kehidupannya ia akan selalu tergantung pada orang lain. Ia sulit mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan ia selalu membutuhkan dukungan serta motivasi dari luar dirinya.

Mempunyai hubungan baik dengan dunia luar dirinya itu penting, tetapi apabila setiap keputusan dalam hidup selalu digantungkan pada dunia di luar dirinya, maka hal ini bisa membuat manusia lupa akan kesejatian dirinya sendiri. Ia akan hidup berdasarkan apa kata orang, bukan apa kata hatinya. Padahal setiap manusia diberikan oleh Tuhan keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dan tentu saja, terkadang cara hidup orang lain tidak akan cocok dengan pola hidup kita.

SELF ASSERTATION


Ketika kita sudah memiliki kepercayaan diri, maka selanjutnya kita akan berada pada fase self assertation, atau penegasan diri. Kita sebagai manusia akan memiliki pijakan yang kokoh untuk melanjutkan hidup dan melangkah di jalan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

SELF RELIANCE


Yang paling penting adalah sikap mandiri. Meskipun manusia selalu membutuhkan orang lain, namun penting bagi seorang individu untuk bisa mandiri sendiri. Dengan sikap hidup mandiri kita tak lagi bergantung pada orang lain. Ada kalanya kita memang membutuhkan bantuan dari orang lain. Namun hal ini jangan dijadikan sebagai bentuk keterikatan yang berlebihan. Karena dampaknya tidak akan baik bagi kesehatan mental dan jiwa kita.

Dengan sikap hidup mandiri, kita tidak merasa takut saat ditinggal oleh orang-orang di sekitar kita. Dan tentu saja, self reliance ini nantinya akan mengajarkan manusia agar hanya bergantung pada Tuhan saja, bukan makhlukNya. Pada akhirnya hidup kita akan Lillahi Ta’Ala.

MENGENAL DIRI


Dari serangkaian tulisan tentang people pleaser ini, gerbang utama yang perlu kita jalankan agar terhindar dari segala gangguan yang ada, adalah dengan mengenal diri.

Ketika kita sudah mengenal diri, secara perlahan nantinya kita juga akan mengenal alam semesta. Kalo menurut Socrates, manusia itu seharusnya belajar tentang dirinya sendiri untuk bisa mengenal Tuhan Alam Semesta (Antroposentris). Dengan mengenali dirinya, ia akan menemukan kebenaran dan kebijaksanaan yang bisa ia jadikan fondasi dalam hidup. Dengan begitu, ia bisa menjalani kehidupan dengan mutmainah (jiwa yang tenang) hingga ia kembali lagi ke tempat asalnya, di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Notes :

  1. Gangguan.
  2. Tidak percaya diri; merasa tidak berharga; rendah diri.
  3. Jati diri/karakter.
  4. Tidak persetujuan.
  5. Keluar dari pekerjaan.
  6. Orang yang memiliki gangguan merasa paling penting, sangat membutuhkan perhatian dan butuh kekaguman yang berlebihan.

Daftar Pustaka :

Post a Comment

0 Comments