NGAJI FILSAFAT, Dr. FAHRUDDIN FAIZ

NGAJI FILSAFAT, DR. FAHRUDDIN FAIZ


[ewafebri.com] |  NGAJI FILSAFAT, Dr. FAHRUDDIN FAIZ

Dr. Fahruddin Faiz adalah penulis buku Menjadi Manusia, Menjadi Hamba. Seorang akademisi yang mengajar tentang filsafat melalui kajiannya yang belakangan cukup dikenal banyak orang, Ngaji Filsafat. Beliau adalah sosok yang secara tidak langsung mengenalkan saya tentang dunia spiritualitas. Kajian-kajiannya sangat beragam dan universal, tapi bagian yang tersentuh oleh kajiannya yang sangat fenomenal, yaitu Qolbu.

NGAJI FILSAFAT, Dr. FAHRUDDIN FAIZ


Postingan ini sama sekali bukan random ya Gaes. Entah berapa kali saya pernah menyebutkannya nama Pak Faiz di tulisan-tulisan saya sebelumnya. Kok rasanya agak ganjel kalo saya gak memperkenalkan nama beliau di Blog ini. Hahaha.. setidaknya mengurangi rasa penasaran tentang siapa sih sosok yang sering banget saya sebut ini. Hihihi.. Yuk ah kita kenalan sama Pak Faiz !

Di dunia ini saya percaya tak ada yang kebetulan. Semua telah Allah gariskan sesuai dengan ketetapannya. Segala peristiwa dan waktunya akan pas jika memang sudah saatnya tiba. Pun perkenalan saya dengan sosok beliau ini. Perkenalan di sini bukan bentuk pertemuan face to face via offline atau online ya ? Tapi moment di mana saya mengenalnya.

"Tidak ada orang yang tidak menyembah apapun. Mungkin ada orang yang tidak percaya Tuhan, tidak mau menyembah Tuhan, tapi dia menyembah pikiran, gagasan, kekayaan, atau menyembah jabatannya sendiri." - Dr. Fahruddin Faiz, Menjadi Manusia-Menjadi Hamba.

Seingat saya dulu itu, saya mengenal Pak Faiz itu (seolah-olah) random banget. Videonya tiba-tiba muncul di beranda Youtube yang saya gak ngerti akibat dari algoritma pencarian yang mana. Karena seingatku, saat mengenal beliau saya hanya berkutat mencari ilmu tentang Islam dengan pencarian Mufti Menk dan Yaqueen Institute.

ALASAN MENGIKUTI NGAJI FILSAFAT

Awalnya sempat saya cuekin videonya. Soalnya memang gak begitu paham tentang video beliau ini, pun saat itu saya memang tidak pernah tertarik untuk mempelajari filsafat lebih dalam. Menurutku, filsafat adalah ilmu yang membuat rumit hal yang sederhana. Hahaha.. Tapi anehnya, beberapa kali video itu saya cuekin pun, masih saja nongol di beranda. Dan malahan dalam satu kali scroll ada videonya beliau yang berderet ke bawah gitu. Hihi.. Tanda dari Allah untuk dilihat.

Saat mendengar suaranya pertama kali, jujur saya agak gemes. Hahaha.. “maaf ya pak ?” karena tuh ngejelasinnya lama banget hanya untuk satu topik, tapi anehnya lagi, hati saya malahan ngomong, “cara kajian kayak gini lo Va, yang kamu bakalan malah paham”. Yup.. otak saya memang agak lemot menerima kajian dengan suara yang mengebu-gebu seperti ulama lainnya, tapi sebenarnya ya yang gak perlu pelan banget juga.

Meskipun saya gemas, anehnya saya tetap menikmati video tersebut sampai habis. Kalo gak salah sih, video itu sebenarnya adalah potongan video dari MJS yang dipublish oleh pihak ketiga. Dari satu video itu, kok ya saya itu jadi malah kecanduan dengerin kajian yang lainnya. Hahaha.. Agak aneh memang ini. Akhirnya saya mencari sumber videonya yang lengkap terhadap satu bahasan. Dan akhirnya rasa penasaran saya membawa jari saya ke channelnya MJS. Dan tentu saja mulai klik subscribe.

Dari satu video akhirnya menjelajah ke video lainnya. Saat itu yang membuat saya tertarik adalah kajian tentang kisah-kisah para sufi. Nah ini ada yang gak biasa lagi soalnya. Pada suatu hari, saya bertanya pada diri sendiri, “emang iya, ada seorang sufi yang berjenis kelamin perempuan ? kan umumnya semua Sufi itu laki-laki.” lah kok ya tiba-tiba, beranda youtube saya itu nongol kajiannya Pak Faiz tentang Sufi Rabiah Al Adawiyah yang membahas tentang Mahabbah

Dan peristiwa tersebut berlanjut pada setiap pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang hal yang membuat saya penasaran. Di beranda youtube saya itu, kok ya selalu muncul kajian yang saya butuhkan. Dari situlah banyak pertanyaan yang kemudian terjawab melalui kajian beliau.

Hingga suatu hari ada videonya tentang seorang filosof barat, saya lupa tepatnya siapa. Saat itu sebenarnya pingin saya sudahi menontonnya. Anehnya lagi, beliau kemudian menyampaikan sesuatu dalam videonya, yang pada waktu itu pastinya gak cuma ditujukan pada saya saja. Tetapi karena situasinya sangat cocok dengan yang saya alami, maka seolah teguran yang ia sampaikan itu tertuju hanya pada saya saja. Hahaha..

Ungkapan itu kurang lebih begini, “kalo mau mencari ilmu itu, ya mbok jangan pilih-pilih. Semua dipelajari tidak apa-apa. Nanti akan memperkaya pengetahuanmu.” Dueeeeng ! Hahaha.. saya gak jadi nutup videonya doooonk ! Saya lanjutin sampai habis. Dan kemudian terjadi lagi, saya kecanduan belajar filsafat dari beliau. Hahaha.. pengalaman yang aneh.

Kata pengantarnya kok sudah banyak ya ? Hihi.. mentang-mentang habis baca Walt Whitman jadi panjang lebar ini. Eh masih banyak ceritanya yang belum saya sampein loh, baca sampai habis ya ? Tapi mendingan kita kenalan dulu sama sosok beliau ini.

SIAPA PAK FAIZ ?


quote fahruddin faiz


Dr, Fahruddin Faiz lahir di Mojokerto pada 16 Agustus 1975. Dia meraih S1 dari Jurusan Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1998). Ia juga meraih S2 di Jurusan Agama dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2001, dan masih di Universitas yang sama beliau meraih gelar akademik S3 pada tahun 2014 dari Jurusan Studi Islam.

Beliau juga menjadi dosen dan wakil dekan di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu, ia penerima Short-Course On Research-Management, NTU Singapura (2006) dan Short-Course on Islamic Philosophy, ICIS (International Center For Islamic Studies), Qorn, Iran (2007).

Beliau juga dikenal sebagai penulis aktif yang salah satu bukunya, saya miliki. Hehehe.. Beberapa karya beliau antara lain : Hermeneutika Qur’ani, Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi. Tafsir Baru Studi Islam Dalam Era Multikutural, Transfigurasi Manusia (terjemahan), Perempuan Dalam Agama-Agama Dunia (terjemahan), Bertuhan Ala Filsuf (terjemahan), Aku Bertanya Maka Aku Ada, Handbook Of Broken Heart(Risalah Patah Hati), Filosof Juga Manusia, Sebelum Filsafat, Memaknai Kembali Sunan Kalijaga, Dunia Cinta Filosofis Kahlil Gibran, masih ada juga yang lain, salah satunya yang saya sebut di atas. Hahaha..

MENJADI MANUSIA, MENJADI HAMBA

Tulisan ini sebenarnya sekaligus ulasan tentang buku beliau yang berjudul Menjadi Manusia, Menjadi Hamba. Buku yang membuat saya agak shock saat membaca judulnya. Menjadi manusia, menjadi hamba itu maksudnya bagaimana ? Hihi.. bingung kan ? Bukankah manusia itu sudah pasti hamba ? eh.. hamba siapa dulu tapi ya ?

Subheading di bawah ini adalah timeline bagaimana saya memahami buku beliau ini. Sebuah perjalanan yang gak singkat, karena untuk memahami diri menjadi hamba saya memulainya di akhir tahun 2020 dan baru paham maksudnya memasuki tahun 2022. Hanya untuk paham aja butuh tahunan ? Luar biasa sekali ternyata.

FILSAFAT


fahruddin faiz quote


Jika membaca kata pengantar saya di atas, mungkin akan bisa memahami cerita di bagian ini. Yup... Allah menampilkan video pak Faiz berulang-ulang di beranda Youtube saya saat itu bukan tanpa tujuan. Allah ingin saya melihat, mempelajari dan memahami tentang bagaimana cara berpikir dengan benar. Minimal bisa menalar. Terutama ini sangat penting bagi seorang yang suka menulis seperti saya dan dipublish untuk publik. Setidaknya apa yang saya sampaikan bukan hanya mengambil pikiran orang lain kemudian saya sampaikan kembali tanpa memahami sama sekali apa yang dimaksud.

Sebagai manusia yang suka dan gemar mengimitasi, kita ini walaupun diberikan akal untuk menalar tapi sering juga tidak dimanfaatkan. Atau bahkan tidak tahu bagaimana cara memfungsikannya dengan benar. Dan ini menjadi suatu masalah besar bagi narablog seperti saya karena apa yang saya sampaikan bisa jadi hanya copas dari pendapat orang lain (taqlid) tanpa melewati proses dalam pemikiran terlebih dahulu.

Itulah mengapa Allah SWT memberikan petunjuknya lewat tanda-tanda video yang beredar di beranda, supaya saya mulai belajar filsafat sebelum melanjutkan hobi menulis ini. Agar kelak hasil tulisan yang saya sampaikan ini berasal dari olah pikir dan pengalaman, sebelum akhirnya saya sampaikan kembali. Kalo bahasanya Pak Faiz supaya tidak taqlid. Cuma ikutan ngomong tapi gak ngerti apa yang diomongin. Hihihi..

Filsafat juga ilmu dasar yang harus dimiliki saat kita mulai ingin mengenal dimensi spiritual. Supaya kita punya pondasi dalam penalaran yang jelas. Sejujurnya ketika kita melangkahkan kaki menuju dimensi spiritual dan tidak dibarengi dengan kemampuan mengelola alam pikiran, bisa kacau akibatnya. Bahkan saya sempat berasa seperti orang gila, di mana mampu mendengar banyak hal tapi gak ada wujud manusia yang mengeluarkan suaranya.

Bahkan kalo teman-teman pernah membaca postingan saya yang lalu, suara-suara itu saya simpulkan sebagai suara dalam pikiran saya sendiri karena saya mengalami depresi. Namun sebenarnya, ya.. suara itu memang suara yang nyata bukan hanya halusinasi.. hihihi.. cuma kita gak bisa melihat wujudnya saja, tapi bukan berarti “sosoknya” tidak ada.

Nah kalo tidak dibarengi dengan belajar filsafat dan belajar berpikir dengan benar, pasti saya sudah memploklamirkan diri menjadi orang gila sekarang. Hahaha.. Karena filsafat mengantarkan saya untuk mampu menerima infomasi dalam bentuk apapun entah dari sumber yang terlihat dan tak terlihat dan mengolahnya menjadi pengetahuan baru yang lebih bermanfaat.

Dalam Alquran pun Allah SWT mewanti-wanti kita untuk berpikir. Seperti dalam surat Al A’raf ayat 176, QS Fatir ayat 37 dan banyak surat-surat lainnya. Dan filsafat adalah ilmu dasar yang mengajarkan manusia untuk berpikir. Setidaknya apa yang keluar dari mulut, tangan dan tindakan kita sudah melalui proses berpikir.

SUFI

Kajian selanjutnya yang Allah tunjukkan adalah tentang cara berpikir kaum Sufi lewat Ngaji Filsafat beliau. Dari kajian ini saya belajar tentang banyak hal termasuk konsep Mahabbah, Keilmuan, dan pandangan-pandangan filosofi ketimuran dari tokoh-tokoh yang hampir sebagian besar adalah sufi (ada juga yang nggak loh ya ?). Hihihi..

Bahwa ada moment di mana dunia Islam terkenal dengan puncak kejayaannya melalui pemikiran tokoh-tokohnya yang kemudian menjadi poros pemikiran negara lainnya. Seperti Ibnu Arabi, Ibnu Sina, Averoes, bahkan seorang Rumi yang dipenuhi cinta pun menjadi salah seorang tokoh yang paling berpengaruh melalui pengajarannya di dunia. Mungkinkah Islam akan bangkit kembali seperti masa-masa mereka ? Ya walaupun tidak harus melalui seorang sufi. Bisa jadi melalui mereka yang bersih jiwanya dan dilimpahi banyak cahaya oleh Allah SWT. Mungkinkah ? Mungkin saja. Apa sih yang tidak mungkin bagi Allah SWT, yekan ? Jika Allah SWT menghendaki, apapun bisa langsung terjadi.

Dari kisah-kisah sufi pula saya belajar tentang muhasabah. Bagaimana tips dan trik untuk menakhlukkan ego dan nafsu dalam diri kita. Walaupun sering gagal, tapi setidaknya kita tidak pernah menyerah untuk mencobanya lagi dan lagi. Kita akan dianggap gagal hanya jika kita berhenti mencoba, yekan ? (ini dulu quote siapa ya ?).

Yang paling mendalam dan mengena tentang pemikiran dan pengalaman dari kisah para Sufi itu adalah tentang keilmuan atau kajian ilmu laduni yang disampaikan oleh Pak Faiz versi Imam Al Ghazali. Bahkan sudah sangat mengena meski baru masuk pengantarnya saja, di mana beliau mengatakan bahwasanya, “ilmu itu sendiri sifatnya mulia”.




Pemikiran ini sangat mengena bagi saya karena saya baru menyadari bahwa apa yang saya sampaikan di Blog ini dari sejak dulu kala, selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Meskipun dulu waktu nulis artikel tersebut sadarnya hanya sekitar 50 – 70% saja. Hahaha.. Namun setelah belajar dari Ngaji Filsafat, setidaknya saya bisa memiliki kesadaran 90%. hihihi.. Belum berani klaim 100% karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

SPIRITUALITAS

Seringnya mengikuti kajian Pak Faiz dengan berbagai pandangan dari para tokoh entah itu barat maupun timur, mengantarkan rasa penasaran saya terhadap dunia spiritualitas. Dalam hal ini spiritual versi Islam, ilmu tasawuf.

Sebelum mengenal filsafat dan kisah para sufi, sebenarnya saya sering mengalami hal-hal yang diluar akal atau nalar. Pengalaman yang kalo saya ceritakan kepada orang lain, pasti saya dianggap “gila”. Pengalaman-pengalaman yang saya pun juga penasaran kenapa bisa begitu. Pengalaman yang penuh teka teki dan misteri. Pengalaman yang.. ah sudahlah.. hahaha..

Tetapi dari kajian-kajian beliau inilah saya jadi menyadari bahwa pengalaman-pengalaman itu sesungguhnya hal yang biasa saja. Mungkin karena kita tidak paham ilmunya, jadi bikin ketakutan. Namun ketika semua kita pasrahkan kepadaNya maka semua akan baik-baik saja. Dari sini pulalah saya kemudian belajar Ilmu tauhid.

Saya tidak berani mengatakan bahwa saya sudah paham tentang ilmu tauhid ini, tetapi setidaknya saya sudah berani melangkah untuk mempelajarinya, itupun karena karuniaNya pula. Kalo bukan karena pertolonganNya mungkin saya gak akan mampu berbagi cerita sekarang. Hahaha..

MENJADI HAMBA


fahruddin faiz ngaji filsafat


Dari kurun waktu dua tahun ini, saya baru memahami tentang “kehambaan” yang sebenarnya. Karena meski saya sering mendengar penjelasan tentang “hamba”, bahkan sering menyebut kata-kata hamba, tapi saya tidak pernah memposisikan diri menjadi “hamba” yang sebenarnya. Dan ternyata memahami kata “hamba” 99% pengaruhnya berbeda sekali dengan memahami “hamba” yang hanya 50% ya ? Hahaha...

Menjadi hamba, ternyata mengharuskan saya berjalan-jalan dalam diri saya sendiri terlebih dahulu. Mempelajari diri sendiri meski hanya dengan pertanyaan sederhana, “siapa saya sebenarnya ?”. Pertanyaan sederhana ini menciptakan perjalanan yang amat menyakitkan, melelahkan dan sangat panjang dalam diri saya. 

Di dalam perjalanan itu saya menemukan banyak sekali jawaban yang selama ini membuat saya penasaran. Pun saya juga mendapatkan jawaban dari peristiwa yang telah lewat, terutama yang saya anggap sebagai penderitaan. Di dalam perjalanan ini, Allah juga menolong saya dengan menyembuhkan luka-luka trauma yang dulu tak pernah saya pahami bahwa mereka ada.

PERJALANAN DIRI

Kajian-kajian pak Faiz pada akhirnya men-trigger saya untuk melakukan “perjalanan diri”. Perjalanan yang ternyata tidak mudah karena banyak sekali duri-durinya. Hihi.. Namun setidaknya filsafat mengajarkan saya untuk berpikir dengan cara yang benar selama melakukan perjalanan diri. Karena kalo tidak dinalar dengan benar, kita bisa salah jalan dan sesat pikir. Hehehe..

Perjalanan menjelajah rongga dalam diri juga membuat saya menemukan diri saya yang pernah hilang. Menemukan jawaban apa yang membuat diri saya menjadi hampa. Menemukan apa arti hidup yang sesungguhnya dan menemukan jawaban mengapa saya dikirim ke dunia.

Dalam perjalanan diri ini saya juga menemukan tentang makna-makna. Termasuk makna hidup yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Terutama yang berhubungan dengan kegiatan menulis ini. Saya baru menyadari bahwa Allah telah membimbing dan mengoperasikan setiap tindakan dan kegiatan saya lakukan melalui otak bawah sadar.

Ternyata selama ini meskipun saya bergerak, namun sesungguhnya saya tidak sadar dengan pergerakan itu. Dan perjalanan diri membangunkan kesadaran saya tentang pergerakan yang saya lakukan tersebut. Kini saya lebih mampu memahami apa yang diinginkan jiwa, saya juga bisa belajar untuk menyelaraskan ego dengan kehendak Yang Maha Kuasa. Sehingga hidup pun jadi lebih mengalir dan menenangkan.

"Paling tidak, sekarang udah gak terbersit dalam benak saya bahwa "kok hidup rasanya gini-gini aja ya !", karena saya bisa menemukan dan merasakan makna dari segala hal yang saya lakukan. saya memiliki tujuan yang jelas dalam melangkah ke depan."

Dalam perjalanan diri kita akan menemukan banyak sekali hal yang menakjubkan dan juga mengkhilafkan. Hampir saja saya menyerah di tengah perjalanan. Dan setiap kali saya akan menyerah, Allah selalu memberi petunjuk lagi dan lagi “ayo sedikit lagi, jangan berhenti !”. Dan setiap kali saya merasa telah sampai, Allah selalu memberi petunjuk, “bukan di sini tempatnya, ayo maju lagi, belum saatnya berhenti !”.

Kini saya baru menyadari bahwa perjalanan ini hanya akan terhenti jika kita sudah mati di dunia ini. Selama kita masih bernafas, maka perjalanan diri juga tetap harus berjalan. Saat kita berhenti, mungkin kita akan kembali lagi ke titik nol dan harus memulai perjalanan baru lagi. Maka selama kita masih mampu menjaga ritme perjalanan diri, yuk jangan berhenti di sini. Masih banyak yang harus dipelajari lagi nih ! Di depan masih banyak tanjakan dan tikungan ! Hihihi.


LILLAHI TA’ALA

Tujuan kita itu hanya pada Ilahi. Entah itu jasmani ataupun rohani. Mungkin selama ini kata-kata Lillahi ta’ala terasa ringan diucap namun tidak kita pahami makna sesungguhnya. Karena jika kalimat itu benar-benar kita jalankan, sesungguhnya tidaklah ringan. Hihihi.. karena untuk tulus ikhlas menjalankan kalimat itu, kita akan menerima banyak ujian. Dan setiap ujian itu akan membawa kita ke level berikutnya.

Terkadang niat awal itu sudah benar Lillahi Ta’ala, namun pada prosesnya ada saja yang menyabotasenya. Hahaha.. itulah ujian yang sesungguhnya. Dan dalam perjalanan diri, kita akan sering menemukan hal yang semacam itu. Hal-hal yang disebut dengan hijab diri. Bentuknya pun macem-macem dari yang material hingga non material.

Sebagai seorang hamba, yang patut saya lakukan adalah dengan terus berupaya untuk menuju kepadaNya, melakukan apa yang diperintahkanNya dengan sebaik-baiknya dan ridho atas apapun yang telah ditetapkan olehNya. Semoga Allah pun juga ridho dengan keridhoan kita. Sehingga kita terus dalam bimbingan dan perlindunganNya hingga jiwa kita kembali kepadaNya.

ALHAMDULILLAH ! Karena Allah telah mengirimkan Pak Faiz menjadi pendamping saya dalam perjalanan diri melalui ilmu-ilmu yang diajarkan. Terima kasih Pak Faiz yang telah membantu saya untuk mengenal dan merasakan kasih sayangNya. Terima kasih telah mendampingi saya dalam perjalanan untuk mengenal keEsaaNya. Terima kasih sudah menjadi “knee” yang mengantarkan ilmu-ilmu Allah SWT yang mulia. Semoga Allah senantiasa melindungi Pak Faiz dan keluarga. Amin !

Post a Comment

0 Comments