CLOSING PAMERAN 30X30, MALAM PUISI BERSAMA SPARTU

malam puisi bersama spartu


[Start Your Day With Ewafebri] CLOSING PAMERAN 30X30, MALAM PUISI BERSAMA SPARTU . Malam puisi adalah acara terakhir dari rangkaian Pameran 30x30 yang digelar di Marto Art Center, Sabtu lalu. Jujur saya belum bisa move on dari kekeceannya. Sambil me-recall sensasi puitis sabtu lalu, saya akan menceritakan kembali di Blog ini. (Apa sih Vva ?)


CLOSING PAMERAN 30X30, MALAM PUISI BERSAMA SPARTU 



Seniman Pameran 30x30 & Spartu
(Credit pict.  Ario H)



Pameran 30x30 tak hanya memberikan saya pengalaman berharga tentang menciptakan sebuah karya, tapi juga memberikan sensasi lain dalam hal merasakan.

Gak nyangka saya bakalan mengalami perasaan seperti itu. Kagum, merinding dan sesakkan dada. Padahal saya gak ikutan performing. Bahkan hanya  dengan melihat saja, saya sudah sulit bernafas (hahaha.. Lebay Vva !). 


APA ITU SPARTU ?


spartu seniman paruh waktu


Pernah mendengar kata Spartu ? 

Kalo belum pernah, gak masalah. Kamu tidak sendiri. Karena saya pun juga baru mengetahuinya. Hahaha..

Spartu adalah singkatan dari Seniman Paruh Waktu. Kelompok penggambar puisi yang di dalamnya banyak anak-anak muda yang keren dan ajaib.

Kok ajaib ? ya ajaib ! karena mereka bisa membuat saya sesak nafas dengan performingnya. 🤭

Sejujurnya saya kurang tahu ada berapa banyak anggotanya. Tapi yang pasti, Spartu itu merupakan paket pertunjukan yang lengkap. Ada yang memainkan alat musik, gitar akustik dan biola (eh biola atau violin ya ? pokoknya gitulah !).

Ada yang performing menari ala kontemporer dan pantomim gitu. Ada juga yang berpuisi. 

Tapi yang bikin saya lebih penasaran adalah bio di instagramnya, kenapa mereka memilih kata " penggambar puisi " dalam deskripsinya ? (Yang begini aja pake dikepoin segala Vva !)

Owh mungkin saja, karena pertunjukkannya gak cuma tentang susunan kata dan intonasi suara ya ? Tapi visualnya juga dapet ! Diwakili oleh tarian kontemporernya.

Yekan ? (Iyain aja !)


BAGAIMANA PERTUNJUKANNYA ? 



Kelompok ini tuh, ibaratnya paket lengkap sebuah pertunjukan puisi. Tadinya saya pikir mereka cuma baca biasa dengan permainan intonasi suaranya saja, tapi ternyata saya keliru. Norak ya saya ? 🤣🤣

Bagi yang awam tentang seni membaca puisi, kayak saya ini. Penampilan Spartu itu sangat ajaib sekali. Gak nyangka saya bisa menikmati jalan ceritanya.

Meski  lulusan bahasa (saat SMA), tapi soal puisi saya benar-benar buta. Sulit buat saya untuk menterjemahkan puisi dalam bahasa yang mudah dimengerti. (Kok dulu waktu sekolah saya bisa lulus ya ? 🤣🤣🤣,  Gara-gara faktor keberuntungan doank keknya ! 🤭).


PERTUNJUKAN DIMULAI


Pertunjukan dibuka dengan permainan akustik gitar dan biola, perpaduan musik yang menyayat hati. Apalagi kalo pas galau, auto sesakkan dada.

" Sobat ambyar, mana suaraaaanyaaaa... ? "

Itu baru musiknya saja ya ? kemudian pertunjukan dilanjutkan dengan olah tubuh (kok olah tubuh sih ? hahaha) saya bingung mendeskripsikannya.

Karena buat saya, performing-nya semacam tarian tapi setiap gerakan itu terlihat lebih spontan, bebas dan natural. Serta mengikuti alunan musik dengan gimmik narasi yang sedikit. 

Dari moment ini, bulu tangan saya udah mulai berdiri, menghela nafaspun terasa makin berat lagi. Saya kuatir jadi bengek, hahaha..

Saya gak tahu sensasi ini terjadi karena terhanyut dalam suasana atau sebaliknya ? karena saya justru gak ngerti apa-apa ? 🤭🤭

Dan mulailah saya berpindah-pindah posisi duduk. Hahaha.. Jadi ikutan resah gitu looooh, aneh banget kan sensasinya !.

Setelahnya terdengar lantunan puisi yang dibawakan oleh... Hmmm... Cewek cantik berkerudung dengan menggunakan pashmina yang dikalungkan di pundaknya. Saya lupa namanya. Tapi saya gak lupa tatapan matanya. Tajam ! setajam Silet !





Ekspresinya juara banget deh mereka ini. Kok bisa ya ? (ya bisalah Vva, emangnya kamu ?!). Saking pinginnya melihat bagaimana ekspresi mereka saat tampil, saya sampai ganti kacamata loh. Hahaha.. Susah kalo punya mata bermasalah ! 

Salah satu puisi yang sempat membuat saya auto sesak itu adalah " Aku Melamarmu, Amira " (eh benar gak ya ? ).

Puisi ini dilatarbelakangi oleh keadaan yang terjadi di Palestina. Di mana sang laki-laki ini melamar sang kekasih di antara suasana yang jelas tidak damai. 

Mungkin karena dari awal sudah diberikan latar belakang cerita tentang terciptanya puisi ini, saya langsung merinding begitu musik dialunkan dan sang penari memasuki ruangan.

Terlebih ada sang pemuisi, laki-laki yang membacakannya dibalik terali besi. Suaranya terdengar putus asa dan parau. Menambah suasana makin merinding.

Owh iya, sepanjang pertunjukan saya gak banyak mengambil foto momen baca puisi nieh Gaes, sayang banget sih. Habisnya gimana, tangan saya udah gemeteran dari awal. 🤭🤭🤭

Pun karena saya sedang berjuang untuk menahan air mata supaya gak keluar nie. Hahaha.. Plus menstabilkan denyut jantung yang mulai gak beraturan.

Masih mending saya bisa nafas dengan ritme yang lancar, meski rasanya berat. Pokoknya malam itu saya sibuk sama hati saya sendiri. Mohon maaf !


BACA JUGA : 




MEREKA DALAM TUBUHKU


mereka dalam tubuhku


Di antara puisi yang dibacakan, Mereka Dalam Tubuhku adalah puisi yang paling berkesan buat saya. Saya merasa #mereka ini juga sedang berada dalam tubuh saya.

Siapa #Mereka ? Entahlah !

Tapi kalo dalam tubuhku, #mereka ini bisa macam-macam perwujudannya. Depresi, kecemasan, overthinking, self bullying (emang ada ? adalah pokoknya !) dan segala sesuatu yang tak mudah saya prediksi. Kadang datang dan pergi sesuka hati gitu loh Gaes.

Hal-hal yang bikin mikir aneh-aneh gitu lah pokoknya.  Yang jelas yang berhubungan dengan kesehatan mental.

Itu sih opini pribadiku ya ? hahaha.. Berhubung saya itu orang yang sulit mengintepretasikan puisi, jadi saya mohon maaf kalo ada salah-salah kata di sini. Jika salah satu anggota kelompok Spartu ada yang membaca dan mengoreksi, saya sangat berterima kasih sekali, hihihi.. 

NAMAKU KARTINAH


Namaku Kartinah ini judul puisi yang diciptakan dan dibacakan oleh Mbak Krismarliyanti malam itu. Dari judulnya, bisa ditebak ini puisi tentang perempuan.

Tapi yang dititikberatkan dalam puisi di sini adalah tentang isu kekerasan yang (mungkin) sering dialami oleh perempuan. Apalagi orang yang memaksanya adalah orang terdekat.

(Meskipun tidak semua ya ? laki-lakipun juga ada yang menjadi korbannya.)

Isu tentang eksploitasi perempuan (terutama tubuhnya), tentang perlakuan yang tidak adil dan memaksa. Ibaratnya pemerkosaan itu terjadi gak cuma secara fisik saja tapi juga psikis. Parahnya lagi, pelaku kekerasan tersebut adalah orang-orang yang seharusnya menjadi pelindung.

Ini semacam dilema, dan belakangan marak banget kasus serupa. Orang terdekat yang harusnya bisa dipercaya, justru merupakan monsternya. Bikin gemez !

Kadang layar Hape, pingin saya banting kalo pas baca berita yang model begini, tapi inget belinya nabung berbulan-bulan. 😭😭😭😭 Lemah aku tuh !


By the way, pemerkosaan (perkosa-kata dasar) menurut KBBI adalah,

*1. Menundukkan dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan, menggagahi, merogol.
2. Melanggar (menyerang dan sebagainya) dengan kekerasan. 


Catatan * ini hanya untuk memastikan, saya menggunakan kata yang tepat saja dalam penggambaran kalimat di atas. Hahaha..


Gak tau kenapa, pas denger puisi ini tuh, saya jadi ikutan emosi. Pingin marah-marah gitu. Terutama pas kalimat,

"Ayah menjadikanku seperti ikan yang selalu membawaku ke pangkalan. Menjadi rebutan pehaus fetus."

Mendadak suhu tubuhku jadi panas donk pas denger kalimat itu, jadi emosi jiwa gitu loh. Hadeeeh ! Untung puisinya gak panjang banget, kalo panjang. lama-lama badanku bisa terbakar dari dalam. 🤣🤣🤣

Kalo kalian ingin mengetahui puisi lengkapnya, beli aja ya ? hahaha.. Judul buku kumpulan puisinya bernama  LENTERA : Sehimpun Puisi, karya Krismarliyanti.

Kalian bisa menemukannya di Play Books.





MY IMPRESSION


Sejujurnya, bayangan saya tentang malam puisi itu, jadi ambyar. Tadinya saya pikir, puisi akan dibacakan secara biasa saja (tanpa tambahan performance lainnya).

Wah, kalo bacanya model kayak saya, bisa dipastikan bakalan terasa jenuh. Belum lagi saya harus mikir keras tentang memaknainya. Hadeh.. bisa gegar otak.

Tapi ternyata saya salah ! Perpaduan musik, tarian dan puisi itu bisa mengaduk hampir semua panca indra saya. Kecuali pengecap dan pembau, tentu saja. hahaha... !

Gak cuma itu, imajinasi di otak juga berjalan. Rasanya itu kayak lagi baca, trus dengerin lagu tapi ada visualnya. Gitu deh pokoknya. Kalian harus mencobanya sendiri.

Kalo pas ada Spartu, jangan sampai terlewatkan. Secara performance sudah pasti gak mengecewakan. Soal rasa ? Jangan salahkan saya kalo pada akhirnya kalian juga mengalami rasanya, gak karuan. Hahahaha... !

Terima kasih sebesar-besarnya untuk para panitia yang telah bekerja keras mewujudkan mimpi-mimpi anak kemarin sore kayak saya. Terima kasih Loca Institute yang bersedia menjadi wadah bagi mereka yang mau belajar seperti saya. Dan terima kasih kepada semua seniman yang sudah bersama-sama ikut dalam pameran ini.

Akhirnya.... Selesai sudah Pameran 30x30 di Marto Art Center. Tapi semoga ini bukan menjadi akhir karya saya dipajang di pameran. Sampai jumpa di cerita sore hari selanjutnya.