Bismillah...
Tanpa Lumira sadar, pembahasan tentang Al Alaq 1-5 selama beberapa hari ini merupakan kunci dari Filosofi ewafebri. Saat mencatat tadabbur ini, Lumira baru menemukan makna yang besar dari tumbuhnya blog ewafebri. Dulu, menulis itu hanyalah hobi yang kemudian menjadi rutinitas. Siapa yang menyangka ternyata "menulis" memiliki makna yang amat sangat dalam ketika kita mentadabburi Al Quran, utamanya QS. Al Alaq.
TADABBUR QURAN: AL ALAQ 5
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗDia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.Al-‘Alaq [96]:5
Ayat kelima dari Surah Al-‘Alaq ini terlihat sederhana, namun mengandung makna yang sangat dalam. Ia membuka mata kita bahwa ilmu adalah karunia langsung dari Allah SWT, bukan semata hasil kerja keras manusia. Dalam satu kalimat, Allah mengingatkan bahwa perjalanan kita memahami dunia, diri sendiri, dan kehidupan—berasal dari pemberian-Nya, bukan murni kekuatan kita.
1. Sudut Pandang Spiritual: Ilmu adalah Karunia, Bukan Sekadar Usaha
Kadang kita merasa bahwa ilmu yang kita miliki adalah hasil dari usaha kita belajar siang malam, membaca banyak buku, atau ikut kelas ini dan itu. Namun, ayat ini mengajak kita merenung lebih dalam: dari mana rasa penasaran itu muncul? Dari mana datangnya ide, intuisi, atau ilham?
Semuanya adalah bentuk "pengajaran" dari Allah, meski tidak selalu terasa secara langsung. Dalam ilmu tauhid, ini disebut taufiq, yaitu pertolongan Allah yang membuat hati kita ingin belajar, mencari, dan memahami.
Tanpa taufiq, bahkan mata yang terbuka bisa jadi tidak melihat, dan hati yang sehat bisa jadi tidak menangkap makna. Maka, ayat ini adalah pengingat bahwa setiap proses belajar adalah pertemuan antara usaha manusia dan rahmat Allah. Allah-lah yang menanamkan intuisi untuk bertanya, membuka hati untuk menerima, dan memberi jalan untuk memahami.
2. Sudut Pandang Psikologis: Belajar Adalah Proses Bertumbuh
Ayat ini juga menunjukkan bahwa belajar adalah fitrah manusia, dan kita tidak perlu merasa rendah hanya karena belum tahu sesuatu. Allah sendiri yang mengakui bahwa manusia awalnya tidak mengetahui.
Maka setiap pertambahan pemahaman, sekecil apa pun, adalah bukti kita sedang bertumbuh. Bahkan rasa bingung, penasaran, dan ingin tahu—itu semua adalah bentuk intervensi lembut dari Allah untuk menggerakkan hati dan pikiran kita.
3. Sudut Pandang Literasi: Menulis Sebagai Jalan Menyerap dan Mengendapkan Ilmu
Satu ayat sebelumnya menyebut "pena", lalu disusul dengan "Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." Ini seolah menegaskan bahwa menulis adalah sarana menerima dan menyusun kembali ilmu yang Allah berikan. Menulis bukan hanya mencatat, tapi juga menyaring, merenung, dan mengolah.
Dalam praktik journaling, seperti yang dilakukan Lumira, seseorang bisa merekam momen-momen kecil yang ternyata menjadi sarana Allah dalam mengajarkan sesuatu: pelajaran hidup, emosi yang terurai, atau kesadaran spiritual yang muncul dari perenungan.
4. Sudut Pandang Sains: Ilmu Pengetahuan Sebagai Amanah Ilahi
Dalam dunia sains, kita sering bicara soal logika, eksperimen, dan observasi. Tapi ayat ini mengingatkan bahwa apa yang kita ketahui hari ini dulunya tidak kita ketahui sama sekali, dan semua itu diberikan oleh Allah.
Bahkan kemampuan untuk berpikir sistematis, mengolah data, atau menemukan teori baru—adalah bagian dari karunia-Nya. Maka ilmu pengetahuan adalah amanah, bukan sekadar prestasi. Dan amanah ini seharusnya digunakan untuk kebaikan, bukan kesombongan.
5. Sudut Pandang Eksistensial: Menemukan Tuhan Lewat Proses Mengenal Diri
Dalam tasawuf dikenal hikmah: “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.” Ayat ini selaras dengan gagasan tersebut. Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya—termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri.
Dengan menulis, merenung, dan mengamati perjalanan batin, kita mulai menyadari bahwa segala yang tumbuh dalam diri bukan hasil diri semata, melainkan bentuk tarbiyah (didikan) dari Allah. Ini menjadikan proses belajar sebagai bentuk kontemplasi untuk mengenal siapa diri kita, dan siapa Tuhan kita.
Ilmu Adalah Cahaya, dan Allah adalah Sumber Terangnya
QS. Al-‘Alaq ayat 5 menegaskan bahwa manusia belajar karena Allah mengajarkan. Usaha kita penting, tapi keberhasilan memahami adalah bentuk rahmat. Maka, saat kamu membaca, menulis, bertanya, atau tiba-tiba mendapatkan pemahaman baru—ingatlah bahwa Allah sedang mengajarimu, dengan cara yang kadang tak terlihat.
Dan mungkin, saat kamu membuka jurnal, mencoretkan isi hati, atau menuliskan pelajaran hidup—itulah momen saat Allah sedang mendidikmu secara personal.
0 Komentar
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏