TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30

TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30

[ewafebri.com] | TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30.

Hai pejuang cahaya iman 😁. Masih semangat tadabbur quran? Kali ini saya akan membuat catatan QS.Al Kahfi Ayat 30. Mungkin kalian bertanya-tanya, "mengapa kok surat yang saya catat terkesan random atau ngacak?". Ini bukan asal comot ya? Saya meneruskan ayat-ayat yang dibahas di tadabbur sebelumnya. 

Misalnya nih, dalam Surat Al Baqarah 9 terdapat penjelasan dari tafsir yang ada sangkut pautnya dengan QS. At Taubah Ayat 64, nah di sini saya akan membuat catatan tentang At Taubah 64 (Ada di eBook) di hari berikutnya. Sehingga catatan saya memiliki relasi satu sama lain dalam jarak berdekatan. Hal ini memudahkan saya untuk memahami konteks secara keseluruhan dan luas. 

TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah utas di Thread yang mengatakan bahwasanya "Tadabbur Quran" itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Terutama dalam menguraikan makna. Dan saya setuju, oleh sebab itu saya menggunakan rujukan tafsir dan kajian-kajian yang saya dengar untuk membuat catatan. 

Meski begitu, beberapa tadabbur memang saya cari karena pengalaman pribadi. Karena setiap kali ada persoalan, saya berusaha mencari solusinya di dalam Al Quran. Selain memberikan insight juga membuat hati terasa tenang, seolah Allah SWT sedang berbicara langsung dengan kita melalui ayat-ayatNya. 

Iman dan Takwa

TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30 Part 1

Sejujurnya, belakangan ini saya memang dirundung kegelisahan. Gelisah karena secara finansial, saya tidak sestabil beberapa tahun yang lalu, di mana setiap bulan memiliki gaji yang bisa diandalkan. 

Sebagai seorang freelancer, rezeki finansial saya memang tidak sama seperti halnya yang lain, namun saya merasa cukup. Alhamdulillah. Cukup yang saya maksud adalah: bahwa kebutuhan saya sehari-hari telah dipenuhi Allah SWT, sehingga saya bisa berkarya dan beribadah dengan tenang. 

Akan tetapi sebagai manusia yang terkadang mendengar banyak slentingan di luar sana, saya sering merasa tidak sabar dengan rezeki finansial ini. Hal ini membuat saya jadi kurang bersyukur. 

Di sisi lain, saya juga merasa bahagia dengan keresahan ini, karena dengan begitu saya mencari solusi. Dan saya menemukan QS. Ali Imran 186

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ 

Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.

Āli ‘Imrān [3]:186


Ayat ini benar-benar mendeskripsikan apa yang saya alami saat ini. Bahwa saya akan mendengar hal-hal yang menyakitkan. Masalahnya ini bukan hanya dari orang-orang yang diberi Alkitab, tapi justru dari sesama 🤣.

Sabar dan Ikhtiar

TADABBUR QURAN: AL KAHFI 30 Part 2

Setelah merenungi ayat ini, saya menyadari bahwa Allah SWT sedang mengajarkan saya suatu proses yang hasilnya tidak bisa saya lihat sekarang. Namun, bila saya istiqamah dan konsisten saat menjalaninya, In Shaa Allah, tidak ada yang terbuang percuma. Konsisten di sini tentu tentang kebaikan dan kebajikan ya? Bukan tentang hal yang berpotensi maksiat. 

Nah, yang membuat saya bahagia saat membuat tulisan ini, saya memiliki jeda waktu sebentar. Di saya menemukan video pendek percakapan Pak Fahruddin Faiz dan Habib Jafar yang mengangkat tema tentang bersyukur dan menikmati proses. 

Beliau mengatakan bahwa jika manusia sering terburu-buru, terutama dalam proses menuntut ilmu, maka khawatirnya justru akan menghasilkan ilmu yang dangkal. Karena yang kita ketahui hanya sedikit tapi ingin cepat-cepat sukses. Beliau juga menambahkan bahwa manusia itu banyak yang lupa untuk menikmati proses sebelum mencapai keberhasilan dan kesuksesan, sehingga ia tidak bisa menikmati hidupnya. 

Dan ini yang saya rasakan sekarang. Bahwa saya tidak menikmati proses dikarenakan pikiran saya terdistraksi omongan orang lain, yang bahkan mereka tidak banyak andil dalam hidup saya. Ya memang, kata-kata itu terkadang bisa menjadi racun bila tidak kita filter dengan baik. 

Janji Allah Itu Benar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًاۚ  

Sesungguhnya mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik.

Al-Kahf [18]:30

Beberapa tahun belakangan ini, saya belajar observing setelah membaca bukunya Amy E. Herman yang berjudul Visual Intelligence. Terutama saya belajar mengamati apa yang terjadi dalam hidup saya sendiri. Dan bila kita perhatikan, apa yang diterangkan di dalam Al Quran itu benar-benar terjadi (kecuali perkara yang ghaib, di mana hanya orang-orang tertentu yang diberikan pengetahuan OlehNya).

Terkadang hasil akhir itu memang tidak bisa kita lihat saat ini, tetapi kelak kita akan mendapatkan hasil dari setiap hal yang telah diusahakan di masa lalu. Hal ini pun berlaku pada keburukan. Bahwa segala hal buruk yang pernah kita lakukan di masa lalu, bisa saja kita rasakan dampaknya di masa sekarang. 

Hal terpenting yang saya pelajari adalah bahwa saya harus bertobat dari keburukan, sehingga tidak akan mempengaruhi kehidupan saya di masa mendatang. Di saat bersamaan saya tetap terus meningkatkan skill dan value terutama hal yang mendekatkan diri kita pada Allah SWT. 

Berdasarkan Tafsir Sa'di, ayat ini membahas tentang pentingnya kita beriman pada 6 rukun iman. Golongan kedua yang disebut Allah dalam ayat ini adalah mereka yang beriman dan beramal saleh—yaitu orang-orang yang meyakini rukun iman serta menjalankan amal yang diwajibkan maupun dianjurkan. 

Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala dari amal yang dilakukan dengan niat tulus karena-Nya dan sesuai syariat. Amalan semacam itu akan dijaga dan dibalas dengan pahala yang sempurna sesuai dengan kualitas amal yang dikerjakan.

Pelajaran yang Bisa Diambil dalam Kehidupan Sehari-hari

Selain apa yang terjadi dalam sudut pandang saya di atas, apa sih sebenarnya pelajaran yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari?

Iman dan Amal Saleh Harus Sejalan

Ayat ini menekankan bahwa keimanan yang benar harus dibuktikan dengan amal perbuatan yang baik. Iman bukan hanya ucapan, melainkan fondasi yang harus terlihat dalam tindakan nyata—seperti kejujuran, kepedulian, dan konsistensi dalam ibadah.

Allah Tidak Menyia-nyiakan Kebaikan

Setiap amal kebaikan, sekecil apa pun, tidak akan luput dari perhatian Allah. Ayat ini memberi harapan dan ketenangan bagi siapa pun yang berusaha berbuat baik, meski tak selalu dihargai manusia, karena Allah Maha Adil dan Maha Menghitung.

Nilai Amal di Hadapan Allah Berdasarkan Kualitas dan Keikhlasan

Frasa "أَحْسَنَ عَمَلًا" (yang berbuat baik dengan sebaik-baiknya) menunjukkan bahwa bukan hanya banyaknya amal, tetapi kualitas, keikhlasan niat, dan ketepatan amal sesuai dengan tuntunan syariat juga sangat penting.

Motivasi untuk Konsisten dalam Kebaikan

Ayat ini adalah bentuk motivasi spiritual bagi orang-orang yang berusaha tetap istiqamah dalam iman dan amal, terutama ketika sedang dalam kesendirian, keterasingan, atau perjuangan yang panjang. Allah menjamin pahala mereka tidak akan hilang.

Secara keseluruhan, ayat ini menanamkan optimisme bahwa hidup dengan iman dan perbuatan baik akan selalu bermakna—di mata manusia mungkin tidak selalu tampak, tapi di sisi Allah, semua dicatat dan akan dibalas dengan adil.

Posting Komentar

0 Komentar