TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94

TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94

[ewafebri.com] | TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94.

Kejujuran adalah antonim dari kebohongan dan kemunafikan. Setelah beberapa hari kita membahas tentang ayat-ayat kebohongan dan kemunafikan, hari ini kita bahas sisi positifnya. Terutama menyangkut tentang maknanya. 

TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94

Yang menarik dari surat ini adalah isi di dalam Al Anbiya merupakan kisah-kisah para nabi dengan segala problematika yang dihadapinya. Secara khusus ayat ini memang tidak menerangkan tentang kejujuran, tetapi justru tentang kebajikan. Bahwa siapa pun yang melakukan kebajikan--sekecil biji sawi sekalipun, tidak pernah disia-siakan oleh Allah SWT. Semua amal akan tetap di catat, termasuk amal keburukan sekalipun. 

Agama Tauhid

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ 

Siapa yang mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan). Sesungguhnya Kamilah yang mencatat untuknya.

Al-Anbiyā'  [21]:94

Dalam Tafsir Ibnu Katsir penjelasan tentang Ayat ini tidak berdiri sendiri, tetapi menyatu dengan ayat-ayat sebelumnya, termasuk dari Al Anbiya Ayat 92. Secara garis besar ayat ini menjelaskan tentang agama tauhid. Bahwa agama yang dibawa para nabi adalah satu, yaitu agama tauhid: menyembah hanya kepada Allah tanpa sekutu. Meskipun syariat atau aturan amal bisa berbeda antara umat dan zaman, inti ajarannya tetap sama, yaitu penghambaan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Esa. 

Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan seluruh umat, dan setiap rasul membawa misi yang sama: menyeru kepada tauhid. Oleh karena itu, umat manusia seharusnya mengikuti jalan yang lurus ini, bukan memecah belah agama berdasarkan hawa nafsu atau kepentingan kelompok.

Namun kenyataannya, umat-umat terdahulu memecah belah urusan agama mereka—sebagian membenarkan rasul, sebagian mendustakan. Allah mengingatkan bahwa setiap kelompok akan kembali kepada-Nya di hari kiamat, dan masing-masing akan mendapat balasan sesuai amalnya. 

Siapa yang beramal shalih dengan iman, maka amalnya tidak akan diingkari atau disia-siakan, sekecil apa pun. Semua amal dicatat, dan tak ada yang terlewat dari perhitungan Allah.

Kejujuran

TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94 Part 1

Sedangkan dalam Tafsir Sa'di, ayat ini tidak hanya menekankan pentinya tauhid, tetapi juga kejujuran. Terutama kejujuran dalam iman dan beribadah kepada Allah SWT. Allah tidak hanya melihat dan menghisab perbuatan kita secara lahiriah, tapi juga kejujuran hati dalam beriman. 

Amal shalih yang diterima bukan sekadar tindakan baik, tapi harus disertai iman yang tulus dan niat yang jujur karena Allah. Sebaliknya, jika seseorang berpura-pura beramal atau beriman tanpa ketulusan, maka amal tersebut tertolak. Ini mengajarkan bahwa kejujuran dalam niat, keyakinan, dan pelaksanaan amal adalah syarat utama agar amal tidak sia-sia dan mendapat balasan dari Allah.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari Dari Ayat Ini?

TADABBUR QURAN: AL ANBIYA 94 Part 2

Dari ayat ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting untuk kehidupan sehari-hari:

1. Kejujuran dalam Niat dan Amal

Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan niat tulus dan disertai keimanan yang jujur. Ini mengingatkan kita agar tidak hanya sekadar berbuat baik untuk pencitraan atau pujian, tetapi benar-benar karena ingin mendekat kepada Allah.

2. Keseimbangan Antara Iman dan Perbuatan

Beriman saja tanpa amal tidak cukup, begitu juga amal tanpa iman. Dalam keseharian, ini berarti kita harus mewujudkan keimanan melalui tindakan nyata seperti berlaku adil, membantu sesama, dan menepati janji. 

3. Kepastian Balasan dan Keadilan Allah

Allah tidak menyia-nyiakan amal sekecil apa pun. Hal ini memotivasi kita untuk terus berbuat baik, meskipun tidak terlihat atau tidak dihargai manusia, karena semuanya tetap dicatat oleh Allah.

4. Menjauhi Kepura-puraan (Munafik)

Amal tanpa iman atau pura-pura beriman demi keuntungan duniawi adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah agama. Ini mengingatkan kita untuk selalu bersikap jujur, konsisten antara hati, ucapan, dan perbuatan. Ciri-ciri tentang munafik pernah saya bahas di sini. 

5. Selalu Tumbuhkan Semangat Beramal Baik

Karena setiap amal baik yang kita lakukan dicatat dan akan dibalas oleh Allah, maka kita harus selalu termotivasi untuk melakukan kebaikan, sekecil apa pun, dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang "mendengarkan" meski terkesan sepele, tapi bagi beberapa orang itu sangat membantu. 

Namun di sisi lain, bila kita menjadi "orang yang sering curhat dengan orang lain", kita juga perlu memiliki kesadaran diri untuk membatasi diri dan belajar mengelola emosi dan diri sendiri, sehingga tidak merugikan waktu orang lain. 

Perihal tentang bagaimana cara berhenti mengeluh, saya juga pernah membahasnya di blog ini. 

Secara garis besar ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran dalam iman dan amal adalah kunci diterimanya amal di sisi Allah, dan semua kebaikan yang dilakukan dengan tulus tidak akan pernah sia-sia.

Note: 

Infografik yang saya tulis, mungkin tidak sama persis dengan artikel ini, ya? Justru artikel ini saya buat untuk melengkapi yang belum saya catat di Quran Journalingnya. 

Posting Komentar

0 Komentar