Perjalanan pribadi saya tahun ini rasanya banyak sekali perubahan. Bukan soal pencapaian besar, bukan juga soal target yang berhasil dicentang, tapi lebih ke perubahan-perubahan kecil yang terasa seperti akar halus—pelan, senyap, tapi kuat menumbuhkan sesuatu dalam diri. Tahun ini saya banyak diam, banyak mengamati, dan banyak kembali ke dalam diri, terutama setelah rutin belajar dan membuat series Tadabbur Qur’an.
REFLEKSI DIRI 2025: APA YANG SAYA PELAJARI TAHUN INI?
Walaupun saya tidak lagi mencatat setiap prosesnya secara harian, hubungan saya dengan Al-Qur’an justru terasa semakin dalam. Kajian-kajian dari para ulama, diskusi-diskusi tentang ayat-ayat yang membentang penuh pengetahuan, hingga momen ketika saya membacanya seorang diri, semuanya mengajarkan cara baru bagi saya untuk merespon hidup. Jika dulu saya mudah terbawa suasana dan reaktif, tahun ini saya belajar untuk memberi jeda, melihat konteks, lalu memilih respon yang lebih tenang.Tahun Ketika Saya Belajar Melepaskan Kontrol
Satu hal terbesar yang tumbuh dalam diri saya tahun ini adalah kemampuan menerima bahwa tidak semua hal bisa saya kendalikan. Dulu saya sering merasa harus selalu mampu, harus selalu siap, harus selalu benar. Rasanya seperti memegang setir kehidupan terlalu erat, sampai-sampai saya capek sendiri.Melalui Tadabbur Qur’an, saya pelan-pelan memahami konsep tawakkal—menyerahkan hal-hal di luar kendali, sambil tetap melakukan bagian saya sebaik mungkin. Ini bukan pasrah, tapi lebih ke ikhlas menjalani dengan percaya bahwa Allah tahu jalan yang lebih tepat.
Ketika saya melihat sesuatu yang dulu mungkin langsung memicu emosi, kini saya bisa menatapnya dengan sudut pandang berbeda. Bukan karena saya lebih kuat, tapi karena saya lebih tenang. Saya belajar bahwa hidup bukan tentang mengendalikan segalanya, tapi tentang menjalani dengan lapang.
Menemukan Ketenangan dalam Belajar Al-Qur’an
Saya selalu percaya bahwa ilmu itu menenangkan, tapi tahun ini saya merasakannya jauh lebih nyata. Belajar Al-Qur’an membuka pintu ke dunia pemahaman yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh. Ada ayat yang memberi pelukan, ada yang mengingatkan, ada yang menyadarkan betapa kecilnya kita di tengah luasnya kebijaksanaan-Nya.Yang paling saya rasakan adalah perubahan dalam cara berpikir. Saya jadi lebih perlahan, lebih reflektif dalam menilai sesuatu. Ketika kajian para ulama menjelaskan satu ayat, saya merasa seolah mendapatkan peta untuk memahami diri sendiri dan hidup. Dan itu menjadi fondasi yang memperkuat perjalanan kreatif saya juga.
Al-Qur’an bukan hanya saya baca untuk dicatat, tapi saya pelajari untuk diamalkan — sedikit demi sedikit, sedalam yang saya mampu. Karena akhirnya, tujuan belajar bukan mengumpulkan catatan, tapi menumbuhkan akhlak.
Hal lain yang saya rasakan adalah bahwa setiap peristiwa dan manusia yang Allah kirimkan dalam kehidupan kita tidak lain pelajaran agar kita selalu bersyukur.
- Dari orang-orang yang menyakiti hati kita, kita diajarkan bersabar dan menahan diri agar tidak serupa dengannya. Kita dibukakan hati agar mencari kesembuhan dalam diri sehingga menjadi manusia yang lebih bijaksana dari sebelumnya.
- Dari orang-orang yang membohongi kita, kita bisa belajar agar tidak lagi menggantungkan diri pada selain Allah SWT. Kita sedang diajarkan bagaimana membangun mindset tauhid secara bertahap agar kita hanya kembali KepadaNya.
- Dari mereka yang selalu membantu, kita belajar bahwa Allah tidak pernah membiarkan kita seorang diri. Akan selalu ada makhlukNya yang Dia kirimkan untuk membantu proses kita berjalan menuju KepadaNya.
- Dari Al Quran kita belajar bahwa segala solusi hidup sudah Allah tuangkan dalam Kitab Suci-Nya, hanya saja kita yang sering kali mengabaikannya.
- Dari kegagalan yang datang bertubi-tubi, kita belajar bahwa rezeki yang terbaik memang tidak selalu datang pada waktu yang kita mau. Allah sedang menguatkan fondasi kita dulu—agar ketika nikmat itu akhirnya tiba, hati kita sudah siap menjaganya tanpa sombong dan tanpa gelisah.
- Dari doa-doa yang belum dikabulkan, kita diajarkan untuk tetap yakin bahwa Allah tidak pernah lupa. Ada saat-saat tertentu di mana penundaan adalah bentuk kasih sayang, bukan penolakan. Di sela penantian itulah Dia sedang mengajarkan kita arti sabar dan tawakkal yang sesungguhnya.
- Dari rasa kehilangan, kita belajar bahwa semua yang diambil dari hidup kita tidak pernah benar-benar hilang—ia hanya dikembalikan kepada Pemiliknya. Dan melalui kehilangan itu, Allah sedang menanamkan pemahaman bahwa hati kita tidak boleh terpaut pada sesuatu yang fana.
- Dari kesalahan yang kita buat sendiri, Allah mengingatkan bahwa menjadi manusia berarti punya ruang untuk salah, tapi juga punya kesempatan untuk kembali. Taubat itu lembut, dan Allah lebih dekat daripada rasa malu yang membuat kita menjauh dari-Nya.
- Dari momen-momen kecil yang membuat kita tersenyum tanpa sebab, kita belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar. Terkadang, itu adalah cara Allah menepuk bahu kita, memberi tahu bahwa Dia melihat usaha kita dan menghadiahi kita dengan ketenangan yang tidak bisa dibeli.
- Dari setiap ujian yang datang silih berganti, kita diajarkan bahwa hidup bukan tentang menghindari badai, tetapi tentang menjadi kuat di dalamnya. Dan sekuat apa pun kita merasa berdiri, hakikatnya Allah-lah yang menguatkan—kita hanya sedang belajar mengenali-Nya dalam setiap detik perjuangan.
Setiap detik, menit, dan jam, Allah mengajarkan kita agar selalu mengingat-Nya, bertakwa kepada-Nya, dan kembali hanya kepada-Nya, apa pun yang sudah kita lakukan. Karena Rahmat-Nya selalu ada untuk kita, lebih luas dari apa pun yang mampu kita bayangkan
Saya menulis tentang journaling, tentang tadabbur, dan filosofi yang berakar dari apa yang saya rasakan dan alami. Tapi di balik itu semua, ada satu benang merah yang selalu terasa: saya ingin berbagi “perjalanan pulang ke diri sendiri”. Bahwa menulis dan spiritualitas, keduanya sama-sama membantu saya melihat hidup dengan lebih lembut, komprehensif dan lebih jujur.
Blog ini menjadi ruang untuk mencatat perubahan-perubahan kecil itu. Ruang untuk mengingatkan diri sendiri bahwa proses adalah bagian dari ibadah.
Blog Sebagai Rumah untuk Bertumbuh
Tahun ini saya mulai meredesain blog — bukan hanya secara visual, tapi secara niat dan makna. Saya ingin blog ini bukan sekadar tempat berbagi informasi, tetapi juga menjadi journaling digital untuk perspektif, refleksi, dan filosofi hidup saya. Tempat saya menulis bukan karena harus, tapi karena ingin berbagi perjalanan sebagai manusia yang juga sedang belajar.Saya menulis tentang journaling, tentang tadabbur, dan filosofi yang berakar dari apa yang saya rasakan dan alami. Tapi di balik itu semua, ada satu benang merah yang selalu terasa: saya ingin berbagi “perjalanan pulang ke diri sendiri”. Bahwa menulis dan spiritualitas, keduanya sama-sama membantu saya melihat hidup dengan lebih lembut, komprehensif dan lebih jujur.
Blog ini menjadi ruang untuk mencatat perubahan-perubahan kecil itu. Ruang untuk mengingatkan diri sendiri bahwa proses adalah bagian dari ibadah.
Pulang ke Diri, Pulang kepada Allah
Pada akhirnya, refleksi tahun 2025 ini membawa saya pada satu kesadaran besar: kita semua sedang belajar menjadi jiwa yang lebih tenang. Kita belajar merespon, bukan bereaksi. Belajar memahami, bukan menghakimi. Belajar berproses, bukan terburu-buru. Dan di dalam setiap proses itu, ada Allah yang memandu dengan cara-cara yang terkadang halus, terkadang sangat jelas.Blog ini hanyalah wadah kecil untuk menemani siapa saja yang sedang berada dalam perjalanan yang sama. Bahwa kamu tidak sendirian. Kita tumbuh bersama. Kita belajar bersama. Kita jatuh–bangun bersama. Dan semoga pelan-pelan kita menjadi hamba yang lebih bertakwa, lebih beradab, dan lebih berakhlak.
Semoga ketika waktunya tiba untuk kembali kepada-Nya, kita sudah menjadi jiwa yang tenang — an-nafs al-muthmainnah — yang tahu ke mana jalan pulangnya.
Amin.









0 Komentar
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏