INTENTIONAL LIVING GOAL 2026: MENEMUKAN MAKNA HIDUP LEWAT FILOSOFI ANOMALI & JAMUR

INTENTIONAL LIVING GOAL 2026: MENEMUKAN MAKNA HIDUP LEWAT FILOSOFI ANOMALI & JAMUR

Hai pencari cahaya! ✨🌝 بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kehidupan memang tidak pernah benar-benar berjalan lurus, tapi ada satu perubahan besar dalam cara saya menjalaninya akhir-akhir ini: saya tidak lagi ingin hidup tergesa-gesa. Dulu, setiap memasuki tahun baru, saya sibuk menyiapkan resolusi yang “seharusnya” dibua agar terlihat produktif, yang terdengar meyakinkan, yang terasa seperti standar umum seorang kreator. Tapi sekarang ada ruang dalam diri saya yang mulai terbuka. Ruang yang lebih jujur, lebih pelan, lebih membumi.

Sejujurnya, belakangan ini saya tidak memiliki banyak waktu untuk membuat catatan digital tentang tadabbur quran. Ini bukan berarti saya berhenti belajar. Masalah, beberapa waktu belakangan ini, saya sering pindah-pindah tempat, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat daily tadabbur. Meski begitu, saya tetap berupaya untuk terus mengupdate blog ini. 

INTENTIONAL LIVING GOAL 2026: MENEMUKAN MAKNA HIDUP LEWAT FILOSOFI ANOMALI & JAMUR

Sebagian besar perubahan itu muncul dari proses saya menulis dan mendalami Filosofi Anomali—cara berpikir yang tidak tunduk pada arah mayoritas. Sementara banyak kreator mengejar tren, metrik, dan algoritma, saya justru menemukan ketenangan saat kembali pada esensi: menulis hal-hal yang punya nilai bagi jiwa saya, bukan bagi statistik. 

Dan dari perjalanan itu, saya belajar banyak dari jamur—makhluk yang hidup di dasar tanah, tersembunyi, sunyi, namun memiliki jaringan kehidupan yang luar biasa kuat. Jamur bertumbuh tanpa perlu terlihat. Mereka tangguh tanpa perlu bising.

Tahun depan, saya ingin menata hidup seperti itu—berakar pada nilai, bertumbuh dalam kesadaran, dan menemukan arah dengan tenang. Intentional goals yang saya susun bukan lagi daftar pencapaian yang harus dikejar, tetapi kompas yang memandu langkah saya agar selaras dengan filosofi yang saya hidupi.

Hidup Berbasis Nilai, Bukan Tekanan

Ada saatnya kita berhenti bertanya “apa targetku?” dan mulai bertanya “apa yang benar-benar penting bagiku?”. Pertanyaan kecil itu mengubah banyak hal dalam hidup saya. Dulu saya sering merasa harus mengejar sesuatu—prestasi, produktivitas, atau pencapaian kreatif—karena saya mengira itu standar yang sebaiknya dimiliki seorang penulis atau blogger.

Tapi setelah masuk lebih dalam ke perjalanan Tadabbur Qur’an, saya mulai melihat hidup bukan dari apa yang saya kejar, tapi dari apa yang saya yakini. Nilai seperti ketenangan, kebermaknaan, adab, dan kedekatan kepada Allah perlahan menjadi pondasi. Dan saat nilai menjadi dasar, tujuan pun terasa lebih ringan, lebih jelas, dan tidak menguras energi.

Saya belajar bahwa ketika kita tidak hidup berdasarkan nilai, kita akan selalu merasa “tertinggal”. Tapi ketika nilai yang memimpin, kita justru lebih hadir, lebih sadar, dan lebih damai.

Melambat untuk Bisa Mendengar Arah

Jamur memberi saya metafora yang menarik: pertumbuhannya tidak pernah terburu-buru. Akar-akar mikroskopisnya bergerak pelan, mencari jalan, menyesuaikan diri dengan tanah, memetakan lingkungan sebelum tumbuh ke permukaan. Pelan tapi pasti. Sunyi tapi signifikan.

Tahun ini saya belajar melakukan hal yang sama. Saya melambat untuk mendengarkan diri sendiri—apa yang saya butuhkan, apa yang ingin saya lepaskan, apa yang ingin saya rawat. Melambat bukan berarti pasif; justru dari perlambatan itu, saya melihat arah yang tidak pernah muncul ketika saya berjalan terlalu cepat.

Dari perlambatan itu saya sadar satu hal: saya ingin hidup dengan ritme yang saya pilih sendiri, bukan ritme yang ditentukan algoritma.

Membangun Intentional Goals dari Dalam ke Luar

Tujuan saya tahun depan bukan sekadar daftar yang saya tempel di dinding. Saya ingin ia menjadi arah hidup yang bisa saya pegang dalam situasi apa pun. Itulah sebabnya saya menyusunnya dengan tiga lapisan:

a. Spiritual Intention: tujuan yang mengarahkan hati

Seperti memperbanyak tadabbur, menjaga adab sebelum ilmu, atau menjaga hati tetap tenang meski rencana tidak sesuai harapan.

b. Creative Purpose: tujuan kreatif yang rooted, bukan impulsif

Bukan mengejar viral, tapi menulis hal-hal yang membuat saya pulang ke diri sendiri. Termasuk melanjutkan Filosofi Anomali, memperluas seri tadabbur, memperdalam studi seni, dan membuat blog ini sebagai rumah berpikir.

c. Life Categories: tujuan kecil yang membangun hidup sehari-hari

Hal-hal sederhana seperti tidur lebih tertib, menjaga ruang mental, memperbanyak syukur, membuat konten dengan ritme yang realistis.

Dan untuk pertama kalinya, tujuan hidup saya terasa tidak “kosong”—karena saya menyusunnya dari dalam, bukan dari luar.

Template Journaling untuk Menyusun Intentional Goals

Kalau kamu ingin merumuskan intentional goals dengan cara yang tidak melelahkan, kamu bisa mulai dengan template sederhana ini:
  1. Nilai Hidup Utamaku Tahun Ini: Tulislah tiga nilai yang ingin kamu jadikan dasar, seperti: ketenangan, kebermaknaan, kejujuran, kedekatan kepada Allah, keberanian, atau kebijaksanaan.
  2. Hal-Hal yang Ingin Aku Tinggalkan: Apa saja beban, kebiasaan, atau pikiran yang sudah tidak cocok dengan perjalananmu?
  3. Hal-Hal yang Ingin Aku Rawat: Bisa berupa kebiasaan baik, hubungan sehat, ilmu, atau proyek kreatif.
  4. Arah atau Tema Besar Tahun Depan: Misalnya: “tumbuh pelan”, “lebih berakar”, “berani berbeda”, atau “memperdalam”.
  5. Langkah Kecil yang Bisa Dilakukan: Tidak perlu banyak. Pilih 3 saja. Yang benar-benar realistis untukmu.

Template ini akan membantumu membuat tujuan hidup yang lebih intentional, bukan impulsif.

Tidak semua hal harus besar. Tidak semua langkah harus terlihat. Kadang arah hidup yang paling benar justru datang dari tempat yang paling sunyi—di mana kita diam, mendengar, lalu berakar.

Blog ini pun demikian. Ia mungkin bukan blog yang viral atau ikut arus, tapi ia seperti jamur: tumbuh pelan, menyerap makna dari dalam tanah, dan hadir sebagai bentuk kehidupan yang berbeda. Anomali, tapi autentik.

Tahun depan, saya ingin tetap hidup seperti itu: bertumbuh dari dalam, mengikuti nilai yang saya yakini, dan menyusun tujuan hidup yang membuat saya semakin pulang kepada diri sendiri… dan kepada Allah. Meski begitu, saya percaya bahwa apa yang digariskan oleh Allah SWT adalah yang terbaik untuk saya. 

Semoga kita semua dipertemukan dengan arah hidup yang lebih jernih, lebih dalam, dan lebih intentional. Aamiin.


0 Komentar