TADABBUR QURAN: AN NAHL 97

TADABBUR QURAN: AN NAHL 97

Hai pencari cahaya! ✨🌝

Alhamdulillah... Di hari ke 10 bulan Juni, Lumira masih tetap bisa update series tadabbur quran. Mungkin kalian semua juga merasakan, bahwa hal yang paling sulit itu adalah istiqamah alias konsisten. Oleh sebab itu. meski pelan-pelan, Lumira berusaha untuk terus menulis. 

TADABBUR QURAN: AN NAHL 97

Ayat ini membahas tentang makna "kehidupan yang baik" versi Al Quran dari kajian ulama-ulama terdahulu. Beberapa hari lalu, Lumira pernah menjelaskan juga, kan (dalam Al Fatihah) ? bahwa dalam sholat itu, kita selalu meminta pada Allah jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang diberi petunjuk. Itulah mengapa, untuk memahami makna dalam Al Quran, kita juga belajar dari orang-orang terdahulu yang telah diberikan petunjuk, agar kita tidak tersesat. 

Kehidupan Yang Baik

Dalam salah satu ayat yang sangat menyentuh hati, Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 97,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” 

Ayat ini menjadi penguat bagi Lumira dalam menjalani hidup, karena di dalamnya terkandung janji Allah yang penuh rahmat bagi siapa pun yang menggabungkan iman dengan amal saleh. Tak peduli laki-laki atau perempuan, semua diberi peluang yang sama untuk meraih kehidupan yang baik di dunia dan balasan indah di akhirat.

Iman Dalam Hati Adalah Kunci

TADABBUR QURAN: AN NAHL 97 Part 1

Lumira mendalami makna ayat ini melalui kitab Aisarut Tafasir karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, seorang guru tafsir di Masjid Nabawi. Beliau menjelaskan bahwa kehidupan yang baik (ḥayātan ṭayyibah) adalah hidup yang penuh qana’ah (merasa cukup), rezeki yang halal, dan keberkahan yang menyertai. 

Dalam tafsir beliau, disebutkan bahwa janji ini hanya berlaku bagi orang-orang yang beramal dalam keadaan “wa huwa mu’min”, yaitu saat keimanan benar-benar tertanam dalam hati. Tanpa iman, amal saleh tidak akan diterima di sisi Allah. Hal ini membuat saya sadar bahwa amal yang diterima bukan sekadar aktivitas lahiriah, tapi juga harus dibangun atas dasar keyakinan yang lurus.

Penafsiran ini juga ditegaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, ulama tafsir abad ke-14 H. Beliau menjelaskan bahwa iman adalah pondasi bagi semua amal saleh. Amal tanpa iman hanyalah gerakan kosong yang tidak bernilai di sisi Allah. 

Syaikh As-Sa’di menyebut bahwa kehidupan yang baik yang dijanjikan Allah mencakup ketenangan jiwa, lapangnya hati, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan di akhirat, Allah membalasnya dengan balasan yang lebih baik dari amal itu sendiri—yaitu kenikmatan surga yang tak pernah terbayangkan oleh akal manusia. Membaca penjelasan ini membuat hati saya tenteram, seolah Allah sedang menenangkan setiap jiwa yang berusaha dengan sungguh-sungguh.

Kebahagiaan Lahir dan Batin

TADABBUR QURAN: AN NAHL 97 Part 2

Penjelasan dari Tafsir Ibnu Katsir juga menambah keyakinan Lumira. Dalam penjelasannya, Ibnu Katsir menyampaikan bahwa kehidupan yang baik itu bukan hanya rezeki yang halal, tapi juga kebahagiaan lahir dan batin. 

Beliau meriwayatkan pendapat para ulama seperti Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah, yang menyatakan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang hidup dalam keridhaan Allah, bahkan sampai disebutkan bahwa kehidupan yang benar-benar baik hanyalah di surga. Namun pendapat yang paling kuat, menurut Ibnu Katsir, adalah bahwa kehidupan yang baik mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dari semua penafsiran ini, Lumira akhirnya semakin memahami bahwa QS. An-Nahl: 97 bukan sekadar janji Allah, tapi juga motivasi spiritual yang menuntun Lumira untuk tetap istiqamah dalam iman dan amal. Ayat ini adalah pengingat bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Ini juga yang menjadi alasan mengapa saya tetap berusaha menulis dan update tentang Tadabbur Quran.

Maka tugas Lumira sebagai seorang mukmin bukan hanya berbuat baik, tapi memastikan bahwa setiap amal saya dilandasi oleh iman yang murni. Semoga Allah menjadikan saya dan kita semua termasuk dalam golongan yang meraih kehidupan yang baik di dunia dan surga di akhirat. Aamiin.

Nah, gimana dengan kalian? Apa sih hal yang membuat kalian merasa bahagia? Kira-kira hampir sama nggak dengan apa yang dikaji oleh para ulama? Atau kalian punya persepsi sendiri? Coba tulis dalam journal kalian, atau komen di sini juga boleh kok. Lumira ingin tahu sudut pandang orang lain tentang makna kebahagiaan itu. 

Posting Komentar

0 Komentar