Alhamdulillah, akhirnya Lumira bisa juga menyelesaikan Tadabbur Quran Surat Al Fatihah. Meski surat ini tidak dibahas di awal saya membuat series tadabbur quran, tetapi topik ini sangat cocok dibahas bersama topik sholat karena perannya yang sangat krusial untuk menentukan sah dan tidaknya sholat kita, ya?
TADABBUR QURAN: AL FATIHAH 7
Membahas satu per satu ayat dalam surat Al Fatihah itu sangat panjang ternyata. Padahal mungkin saat kita mengucapkannya bisa cenderung lebih cepat. Kelemahan manusia itu, saat sesuatu sudah menjadi autopilot, seolah semuanya jadi serba cepat tanpa dipikirkan ulang. Inilah yang terkadang membuat kita menjadi abai akan maknanya yang dalam.
Orang-Orang Yang Disenangi Allah
Melanjutkan makna di surat Al Fatihah Ayat 6 di mana kita meminta jalan yang lurus, Lumira jadi bertanya-tanya, "Jalan yang lurus itu, jalan yang seperti apa? Orang-orang yang bagaimana, yang diberikan Allah SWT "nikmat", sehingga kita berdoa untuk mendapatkan hal yang sama?"
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.Al-Fātiḥah [1]:7
Berdasarkan Tafsir Tahlili, ternyata "jalan yang lurus itu" adalah jalan yang telah ditempuh oleh para nabi, ṣiddīqīn (orang-orang jujur yang membenarkan para rasul), syuhadā’ (para syahid yang berkorban demi agama Allah), dan orang-orang saleh. Mereka adalah sosok-sosok yang diberi nikmat oleh Allah karena teguh dalam akidah, menjalankan syariat dengan benar, serta memiliki akhlak mulia. Kita diperintahkan untuk meneladani mereka agar mendapatkan bimbingan dan keberkahan serupa.
Meskipun umat Nabi Muhammad memiliki ajaran dan syariat yang berbeda dalam beberapa rincian hukum, secara prinsip agama Allah tetap satu. Karena itu, kita tetap diperintahkan mengikuti jalan orang-orang saleh terdahulu, sebab pokok-pokok ajaran mereka sama—yakni tauhid dan ketaatan kepada Allah.
Namun, seperti halnya ada yang diberi nikmat, di antara umat terdahulu juga ada yang dimurkai Allah, yaitu mereka yang menolak kebenaran meski telah mengetahuinya, atau menyimpang dari ajaran yang pernah mereka terima. Contohnya adalah kaum ‘Ād, Ṡamud, dan Fir‘aun yang dihancurkan Allah karena keingkaran dan kesombongan mereka.
Melalui ayat ini, Allah juga mengajarkan doa agar kita dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai dan disesatkan. Doa ini sekaligus menjadi peringatan agar kita belajar dari sejarah, karena banyak pelajaran berharga dalam kisah umat terdahulu yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
Kisah-kisah tersebut menunjukkan akibat dari kesesatan dalam akidah, penyimpangan dalam amal, dan kerusakan moral, baik secara individu maupun bangsa. Allah menginginkan agar kita merenungkan dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup.
Jalan Yang Dimurkai & Tersesat
Menurut Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir tafsir Ayat: “Shirathalladzina An’amta ‘Alaihim…” ini menjelaskan makna “jalan yang lurus”, yaitu jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat. Menurut QS an-Nisa: 69-70, mereka adalah para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih. Penafsiran ini bisa berupa badal (pengganti) atau ‘athaf bayan (penjelas lanjutan).
Sementara Ayat: “Ghairil Maghdhubi ‘Alaihim wa Ladh-dhaallin” Maknanya adalah permintaan agar dijauhkan dari dua jalan rusak: jalan orang-orang yang dimurkai (Yahudi) dan yang sesat (Nasrani).
- Yahudi: mengetahui kebenaran tapi menyimpang → dimurkai.
- Nasrani: tidak tahu kebenaran → tersesat.
Penegasan kata “لا” menunjukkan perbedaan dua golongan ini. Jalan lurus adalah gabungan antara ilmu dan amal.
Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa orang-orang Yahudi adalah yang dimurkai dan Nasrani adalah yang sesat. Hal ini juga ditegaskan oleh pengalaman Zaid bin ‘Amr bin Nufail yang memilih tetap dalam fitrah karena menolak kemurkaan Yahudi dan kesesatan Nasrani.
Kandungan Surat Al-Fatihah
Menurut Syaikh Shafiyurrahman, Al-Fatihah memuat beberapa kandungan yang penting berikut ini:
- Pujian dan pengagungan kepada Allah
- Pengakuan akan Hari Pembalasan
- Petunjuk untuk memohon hidayah
- Ajakan beribadah dengan ikhlas
- Permohonan agar tetap di jalan lurus dan menjauhi jalan orang yang dimurkai dan sesat
- Surat ini juga memotivasi amal saleh dan menjauhi kebatilan.
Selain itu, ada juga penekanan pada penyandaran nikmat kepada Allah, dan penghapusan subjek pada kemurkaan menunjukkan adab tinggi dalam Al-Qur'an. Sementara kesesatan disandarkan kepada pelakunya sebagai bentuk keadilan Allah, walaupun tetap dalam takdir-Nya. Ini merupakan bantahan terhadap kelompok Qadariyah yang menolak takdir. Dalilnya juga diperkuat dengan ayat-ayat dan hadits sahih.
Disunnahkan mengucapkan “Amin” setelah membaca Al-Fatihah, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Maknanya adalah “Ya Allah, kabulkanlah.” Hadits-hadits sahih menyebut bahwa jika “Amin” seseorang bertepatan dengan ucapan malaikat, maka dosanya diampuni. Ucapan ini dianjurkan bagi imam, makmum, dan yang shalat sendirian.
Kalimat Amin, meski pendek tetapi maknanya sangat luar biasa, di mana kita bisa merasakan kedekatan dengan Allah SWT. Ini merupakan bentuk husnudzon kepada Allah SWT dan Allah menjawab dengan cara mengabulkannya secara langsung. Dia menurunkan dan memberikan kita Al Quran sebagai pedoman dan panduan hidup sehari-hari yang termaktub dalam Al Baqarah Ayat 2.
Siapa Role Modelmu?
Ada satu pernyataan yang diungkapkan oleh Dr. Omar Soelaiman yang membuat Lumira termenung, yakni tentang Role Model. Menurut beliau kita harus memilih role model yang tepat untuk hidup kita, karena role model itu (sedikit atau pun banyak) akan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan dan berperilaku. Maka "role model" yang memiliki karakter baik di hadapan Allah SWT dan diridhaiNya adalah hal baik yang bisa dijadikan contoh.
Jangan mencari role model yang hanya fokus pada popularitas, engagement, selebitras atau pun influencer saja, tetapi kita tidak bisa mendapatkan pelajaran baik dari karakter yang mereka miliki. Berapa banyak peran idol yang dibangga-banggakan , dipuja-puji kemudian ditampakkanlah hal buruk dalam dirinya oleh Allah SWT agar kita berhenti menjadikannya teladan, Karena khawatir tanpa sadar mereka menjadi "idol-idol" era baru.
Lantas, siapa "role model" yang dicintai dan disenangi Allah SWT, yakni mereka yang dijelakan dalam QS. An Nisa 69-70, para Nabi, Syuhada, Siddiqueen dan salihin. Masih menurut Imam Omar, ada 2 jeni iri yang diperbolehkan, yakni mereka yang memiliki ilmu dan menyebarkannya. Serta orang yang kaya dan menghabiskan hartanya di jalan Allah SWT.
Hmmm... Mencatat Tadabur ini, Saya pun bertanya pada diri sendiri, "Apakah saya sudah menaruh kekaguman pada orang-orang yang dicintai Allah? Atau selama ini saya justru terjebak dalam gemerlap dunia yang semu?"
Dulu saya mengira bahwa kekaguman itu cukup dengan melihat pencapaian seseorang. Tapi kini Lumira sadar, bahwa Al-Fatihah bukan sekadar doa—ia adalah cermin. Ia menunjukkan kepada saya siapa yang layak diikuti, siapa yang harus dijauhi, dan siapa yang pantas dikagumi.
Lumira tidak ingin lagi buta arah seperti dulu. Dalam langkah-langkah hidup saya ke depan, saya ingin berjalan bersama mereka yang diridhai Allah: para Nabi, orang-orang yang jujur dalam keimanannya, para syuhada yang ikhlas, dan para shalih yang hidupnya penuh keberkahan.
Karena hanya dengan meneladani mereka, saya percaya—saya akan sampai pada tujuan yang lurus dan mulia.
Semoga catatan Lumira kali ini, bisa menyerukan kegundahanmu juga ya? Coba kamu juga membuat catatan, apakah selama ini kamu juga sudah meneladani "orang-orang" yang dicintai Allah SWT?
0 Komentar
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏