Tinggal di desa adalah sebuah Privilege yang saya dapatkan. 😂 Terutama baru-baru ini saya mendapatkan banyak berkah, Alhamdulillah.
Mungkin bagi masyarakat Banyuwangi (terutama Genteng), Perpus keliling ini hal biasa yang sering mereka lihat di hari Minggu. Tapi bagiku, ini merupakan surga baru bagi pecinta buku yang minim daya beli sepertiku. 😁😁
MONOLOG SERIES: PERPUSTAKAAN KELILING
Hari Minggu, 5 Januari 2025, adalah momen bersejarah bagiku. Hari ini adalah jadwalku mengunjungi taman kota yang ada di dekat rumah. Aku memang menjadwalkan kunjunganku ke taman ini setiap minimal 2 minggu sekali.
Selain untuk mengusir penat, kunjunganku juga bagian dari olahraga yang kulakukan setiap minggu. Lumayan, aku bisa berjalan 7 km atau kurang lebih 10.000 langkah setiap akhir pekan.
RTH Maroon
RTH (Ruang Terbuka Hijau) Maroon adalah area taman kota Genteng yang selalu ramai dikunjungi warga sekitar. Selain untuk berkumpul bersama keluarga di akhir pekan, area ini memang sejak dulu sering digunakan untuk arena olah raga bagi siswa yang bersekolah di wilayah sekitarnya.
Di area ini terdapat banyak fasilitas publik. Selain lapangan olahraga dan tempat nongkrong, tempat ini menjadi area ramah lingkungan bagi anak-anak yang ingin belajar sepeda atau mobil-mobilan.
Selain itu, di wilayah ini ada banyak jajanan kaki lima yang meramaikan suasana. Terlebih di hari Minggu, di mana banyak orang yang berkunjung dan olahraga pagi.
Tapi bagiku, yang paling menarik di tempat ini adalah dua pohon beringin besar yang menjadi tempat paling nyaman untuk berteduh. Di bawah pohon inilah yang menjadi tempat favoritku saat mengunjunginya.
Perpustakaan Keliling
Tiga tahun lalu, setelah pandemi menyerang negeri, awal aku datang ke kota ini, aku melihat perpustakaan keliling di wilayah RTH Maroon. Namun, setelahnya aku kehilangan jejaknya. Ya, mungkin karena area mangkalnya berpindah tempat, sehingga aku tidak bisa menemukannya.
Bersyukur di tanggal 5 Januari aku memutuskan untuk berkunjung ke Maron lagi. Dan, sebelum aku mencapai tamannya, mataku menangkap mobil kecil bertuliskan "Polisi Berliterasi" di bagian body-nya.
Tak pelak, aku menghentikan kakiku, dan menuju tumpukan buku yang tertata rapi di dalamnya.
Seorang Bapak menyapaku dengan ramah, "Silakan jika ingin membaca buku, tidak perlu bayar!"
Begitu sambutnya dari tempat beliau duduk di pelataran trotoar yang mulai dipenuhi para penjual kaki lima. Aku pun menoleh dan tersenyum. Senang rasanya bisa menemukan perpustakaan yang pernah ku cari dulu.
Dreams And The Stages Of Life
Aku menghabiskan beberapa menit untuk melihat koleksi buku yang ada. Dan mataku pun mendadak tertuju pada cover buku yang cukup menarik. "Dreams" sebuah kata yang membuatku tertarik untuk mengambilnya dari rak buku.
Aku ingat, beberapa waktu lalu aku sangat ingin membeli buku tentang karya Carl Jung. Tapi aku sangat sadar bahwa bukunya pasti mahal. Sebenarnya aku juga sudah memiliki via pdf-nya, tapi rasanya aku ingin membaca yang paperbook.
Alhamdulillah, doaku beberapa waktu lalu dikabulkan Allah SWT. Aku menemukan tempat baru menggali ilmu, secara gratis dan di saat bersamaan aku menemukan buku yang ku impikan.
Akhirnya aku pun mengambil buku itu dan membacanya di tempat. Kebetulan di dekat mobil perpus tersebut, ada kedai kopi yang sedang sepi. Aku pun memutuskan untuk membeli kopi hangat sambil mulai membacanya.
Berhubung, buku ini cukup tebal, rasanya aku tidak mungkin untuk membacanya semua di tempat. Karena aku juga ingin mencatat gagasan dan menggali ilmu di dalamnya.
"Bukunya boleh dibawa pulang kok, asal dikembalikan." Ucap Bapak penjaga Perpus Keliling. Dari tulisan yang ada pada body mobil, aku berasumsi bahwa beliau seorang polisi.
Ucapan beliau bak aliran sungai di padang pasir. Sangat menyegarkan sekali. Bagiku yang fakir ilmu dan uang ini, mendapatkan kesempatan membaca buku gratis adalah anugerah tiada tara. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau mengirimkan orang-orang baik yang membantuku tumbuh dan berkembang menjadi versi terbaikku.
Namanya, manusia kadang sifat serakahnya muncul. Haha.. apalagi Bapak Perpus-nya menanyakan ingin pinjam berapa buku. Walhasil saya meminta izin membawa dua buku dengan judul yang berbeda. Judul lain dari yang saya pinjam adalah "Studi Al Quran". Buku yang cukup tebal dan pasti menyimpan banyak ilmu. Ah, aku jadi tak sabar mempelajarinya.
Meski kecil, perpustakaan keliling ini akan menjadi salah satu tempat favoritku di desa. Tempat yang tak hanya membuka cakrawalaku tentang dunia, tetapi juga tentang dimensi ide dan gagasan yang tak kasat mata. Alhamdulillah.
2 Comments
Lama banget ga liat perpus keliling. Padahal bermanfaat banget nih. Dlu jaman sekolah jg bahagia tiap dateng hihi
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mbak. Di kotaku jarang ada Perpus umum, kecuali sekolah-sekolah. Jadi lumayan juga ada bajaj kayak gini 😁
DeleteHi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏