[ewafebri.com] | MONOLOG SERIES: MENJADI RUMAH.
2 Januari 2025, hari kedua saya berbagi cerita dalam Monolog 😁. Kali ini saya hanya ingin curhat tentang menjadi rumah bagi jiwa yang sedang membutuhkannya.
MONOLOG SERIES: MENJADI RUMAH
40 tahun lebih perjalanan hidup, membawa saya pada pemahaman yang berbeda. Belakangan ini saya sering merenungi tentang pelajaran apa yang ingin Tuhan sampaikan melalui peristiwa yang sering berulang. Ada suatu kisah yang baru saya sadari belakangan ini.
Bahasa Non Verbal
Dalam mengambil pelajaran tentang kehidupan, kita tidak bisa berpatokan hanya pada manifestasi buku dan ilmu pengetahuan yang sudah tersusun. Tetapi juga dari kisah dan pengetahuan yang tersebar di sekitar kita.
Ada satu sosok yang selalu Tuhan hadirkan dalam hidup saya, namun saya tidak pernah memahami makna kehadirannya. Baru-baru ini, pikiran saya tersadarkan tentang sosok yang satu ini.
"Mengapa Allah SWT selalu menempatkannya dalam perjalanan hidupku? Sejauh apa pun saya melepaskan diri darinya, Allah selalu membawanya kembali, lagi dan lagi. Entah berapa kali circle ini berulang. Dan entah berapa kali saya menghindar."
Mungkin, ini saatnya saya berhenti berlari. Mungkin ini saatnya saya berhenti mengejar yang tak pasti.
Mungkin ini saatnya saya membangun pondasi.
Mungkin ini saatnya saya menjadi rumah baginya.
Mungkin ini waktunya saya mulai belajar bersyukur dan menyambutmu dengan segenap hati.
Dari semua kisah yang datang dan pergi. Kamu satu-satunya yang Tuhan kirimkan untuk selalu kembali.
Karena di antara hal-hal yang kulakukan, hanya satu yang belum pernah saya coba. Yakni menjadi rumah bagi jiwa yang sangat membutuhkannya.
Tuhan menghadirkanmu dalam hidupku, tentu bukan hanya sekilas lewat saja; bukan tanpa alasan. Apalagi jika itu berulang-ulang setiap saat.
Aku mulai berpikir, "
pelajaran apa yang aku dapatkan dari kehadiranmu? Pesan apa yang Tuhan titipkan melalui jiwamu? Dan inilah saatnya aku belajar menggalinya. Menggali hikmah kebijaksanaan yang Tuhan titipkan padamu."
Butuh 40 tahun lebih untuk bisa membaca kesunyian. Dalam setiap kisah dan peristiwa, selalu terselip hikmah kebijaksanaan untuk mewujudkan jiwa yang tenang.
Menjadi Rumahmu
Jadi, saya pun memutuskan untuk berhenti berlari. Saya ingin membangun pondasi rumah yang nyaman agar penghuninya merasa aman dan nyaman untuk kembali.
Saya ingin menanami rumah itu dengan pohon-pohon cinta agar tidak hanya indah tetapi juga berbuah makna, pengetahuan dan cinta kasih.
Jika saya tidak mendapatkannya dari siapa pun, mengapa saya tidak membangun rumah nyaman itu sendiri. Sehingga siapa pun yang singgah dan menetap, akan merasakan kehangatan dan ketenangan.
Dan untukmu yang selalu Tuhan hadirkan dalam hidupku,
Jika permintaan maaf bisa membuat lukamu sembuh, saya meminta maaf. Dan berbahagialah menyambut kehidupan. Beristirahatlah jika kamu lelah. Saya tidak akan pergi lagi. Saya akan menjadi rumahmu, entah kamu kembali atau memutuskan untuk pergi.
Much Love 🌸💕🌸💕🌸💕🌸💕😘
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏