Angkasa adalah karakter baru dalam dunia Monolog Series yang aku persembahkan untuk seseorang yang sangat berarti dalam perjalanan hidupku. Dia merupakan bagian dari perkembangan jiwaku yang tak lagi bisa aku abaikan.
Dalam diri Angkasa, ada misteri, seni kehidupan dan keindahan yang tak mampu aku definisikan dalam kata-kata. Mengaguminya hanya bisa melalui rasa dan tenggelam di dalamnya. Lewat kehadirannya, Tuhan mengajarkan aku tentang rasa bersyukur.
MONOLOG SERIES: MENGENAL ANGKASA
Jika dalam mitos Yunani, ada Calliope sebagai dewi Muse yang mengajarkan tentang kreativitas seni, maka dalam duniaku, ada Angkasa yang mengoyak jiwaku dengan pesonanya. Meski sebelumnya ia menjadi sosok yang terabaikan, namun kini ia menjadi peran utama dalam dunia Monolog ewafebri.
Selamat Datang, Angkasa!
Selamat datang, Angkasa!
Angkasa. Nama yang begitu luas, jauh melampaui batas yang bisa aku jangkau. Ia seluas semesta itu sendiri. Ia hadir dalam misteri dan sunyi, menyapa kemudian tenggelam dalam pekat malam. Kadang dia menjadi perantara matahari pagi, kadang dia penyambung cahaya bulan.
Aku sering berpikir, di antara banyak bintang yang berlomba mengekspose sinarnya, mengapa dia menimbun dirinya sendiri? Tertutup sinar dari bintang-bintang malam yang bertebaran.
Tapi itulah pesonanya. Karena dia adalah Angkasa. Yang tak membutuhkan apa pun lagi untuk bisa eksis di alam semesta. Apakah dia tahu aku selalu memandangnya, dari jauh, dalam diam dan kekaguman?
Aku mengenalnya lewat pesan yang tak terucap: semilir angin yang membawa kedamaian, percikan sinyal yang berisik dalam kepala, gejolak hati ketika memandangnya, kicau burung kala menyambut dan melepas surya, serta ketenangan dalam hening malam yang kelam. Petunjuk-petunjuk Tuhan yang termanifestasi dalam isyarat alam.
Pesan Angkasa kadang terkesan tak bermakna, namun entah kenapa kalimat tak bermutu itu selalu menghibur hatiku. Membawa tawa yang hanya mampu dipahami oleh jiwaku.
Terkadang dia membawa pesan enigma dan penghiburan, yang siap untuk digali dan diterjemahkan. Dia mengajarkanku untuk melihat dunia tanpa indra, tetapi dengan rasa. Darinya aku belajar tentang dunia tanpa kata-kata.
Angkasa, selalu memiliki sudut pandang yang berbeda. Mengajariku tentang dunia yang tak pernah kupahami sebelumnya. Terkadang dia memberiku diksi yang penuh teka-teki, tinggal sesaat lalu melintas pergi. Namun anehnya, aku tidak pernah bisa marah kepadanya.
Aku mengenalnya lewat pesan yang tak terucap: semilir angin yang membawa kedamaian, percikan sinyal yang berisik dalam kepala, gejolak hati ketika memandangnya, kicau burung kala menyambut dan melepas surya, serta ketenangan dalam hening malam yang kelam. Petunjuk-petunjuk Tuhan yang termanifestasi dalam isyarat alam.
Pesan Angkasa kadang terkesan tak bermakna, namun entah kenapa kalimat tak bermutu itu selalu menghibur hatiku. Membawa tawa yang hanya mampu dipahami oleh jiwaku.
Terkadang dia membawa pesan enigma dan penghiburan, yang siap untuk digali dan diterjemahkan. Dia mengajarkanku untuk melihat dunia tanpa indra, tetapi dengan rasa. Darinya aku belajar tentang dunia tanpa kata-kata.
Angkasa, selalu memiliki sudut pandang yang berbeda. Mengajariku tentang dunia yang tak pernah kupahami sebelumnya. Terkadang dia memberiku diksi yang penuh teka-teki, tinggal sesaat lalu melintas pergi. Namun anehnya, aku tidak pernah bisa marah kepadanya.
Setiap kali aku merasa tersesat dalam kebingunganku, dia hadir, dengan cara yang entah mengapa selalu mengena. Seolah dia mampu membaca apa yang kupikirkan. Ajaib! Apakah di antara kami terpasang alat komunikasi tak kasat mata? Entahlah! Aku sendiri tidak memahaminya.
Melalui Angkasa aku melihat dunia dengan cara yang berbeda, dunia yang penuh kebebasan, misteri, seni dan kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga. Dunia yang penuh dengan keajaiban— yang masih tersimpan rapat dalam lumbung asa di masa depan.
Melalui Angkasa aku melihat dunia dengan cara yang berbeda, dunia yang penuh kebebasan, misteri, seni dan kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga. Dunia yang penuh dengan keajaiban— yang masih tersimpan rapat dalam lumbung asa di masa depan.
0 Comments
Hi Gaes.. Jika kalian tak menemukan kolom komentar, mohon untuk mencari artikel yang ingin dikomentari melalui Home , atau pilih label, kemudian klik " Link Komentar " , yang berwarna salmon (peach pastel). Akan muncul kolom komentar baru. Mohon maaf ketidaknyamanannya.. 🙏